Sebagian besar masyarakat Indonesia mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Bahkan, rasanya tidak benar-benar ‘makan’ bila belum mengonsumsi nasi. Namun, beberapa penelitian sempat menyatakan bahwa nasi mengandung senyawa arsenik inorganik bila diolah dengan cara yang salah.
Arsenik merupakan senyawa yang umumnya ditemukan di tanah sehingga tidak mengherankan apabila terdapat pada makanan yang ditanam di tanah, seperti beras.
Hanya saja beras ditanam di tanah yang dibanjiri air sehingga arsenik lebih mudah terserap beras. Akibatnya, arsenik pada beras mencapai 10-20 kali lebih banyak dari tanaman biji-bijian lainnya. Lantas, apakah ini berbahaya? Lalu, adakah cara mengatasi arsenik yang terkandung di dalam beras?
Arsenik pada Beras, Apakah Berbahaya?
Ada dua kategori arsenik, yaitu arsenik organik dan arsenik inorganik. Arsenik organik biasa ditemukan pada tumbuhan dan jaringan tubuh hewan. Sementara, arsenik inorganik biasa terkandung dalam bebatuan, tanah, atau terlarut dalam air. Arsenik inorganik merupakan kategori yang lebih berbahaya.
Di negara Uni Eropa, arsenik inorganik telah dikategorikan sebagai bahan karsinogenik, yaitu bahan yang menyebabkan kanker. Selain itu, paparan kronis terhadap arsenik dapat menyebabkan titik-titik hiperpigmentasi (penggelapan kulit). Keluhan lainnya adalah gangguan saraf (periferal neuropati), terutama pada area tangan dan kaki.
Kandungan arsenik pada beras tidak serta-merta mengharuskan kamu berhenti mengonsumsi sumber karbohidrat ini. Apabila kandungan arsenik dalam beras dapat ditekan, bukan tidak mungkin nasi menjadi aman untuk dikonsumsi.
Artikel Lainnya: Antara Beras Putih, Merah, dan Hitam, Mana Lebih Baik?
Perlu kamu ketahui, kadar arsenik yang aman dikonsumsi adalah di bawah 0.2 mg/kg berat badan/hari untuk dewasa dan dibawah 0.1 mg/kg berat badan/hari.
Konsumsi jangka panjang arsenik di atas ambang batas tersebut dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti gangguan jantung, mata, pernapasan, dan kanker.
Selain itu, keracunan arsenik juga dapat menyebabkan gangguan kehamilan serta meningkatnya risiko penyakit lain, seperti diabetes mellitus.
Anak-anak dan bayi termasuk ke dalam golongan yang berisiko tinggi terhadap bahaya arsenik pada beras. Ini karena tubuh mereka yang masih dalam tahap tumbuh kembang sehingga dikhawatirkan akan mengganggu sistem kekebalan tubuh serta menyebabkan gangguan perkembangan IQ.
Hal ini tentunya patut menjadi perhatian, terutama di Indonesia. Sayangnya, di Indonesia sendiri belum ditemukan data mengenai pemeriksaan ini meskipun hampir seluruh masyarakat menjadikan nasi dari beras sebagai makanan pokok sehari-hari.
Cara Mengatasi Arsenik yang Ada pada Beras
Meskipun jumlah kadar arsenik pada beras di Indonesia belum diketahui, tak ada salahnya mengikuti cara memasak yang dianjurkan untuk mengurangi kandungan dan potensi bahaya arsenik pada beras.
Rendam Beras Sebelum Dimasak
Cara mengatasi arsenik pada beras yang pertama adalah merendam beras. Selain untuk mengurangi kadar arsenik dalam beras, teknik merendam beras banyak dianjurkan untuk menghasilkan nasi yang lebih enak setelah dimasak.
Artikel Lainnya: Manfaat Beras Hitam untuk Diabetes Mellitus
Namun demikian, kamu tidak perlu merendam beras terlalu lama. Rendamlah selama 30 menit saja untuk mengurangi kadar arsenik pada beras.
Cuci Beras dengan Air Bersih
Selain merendam beras, cara mencuci beras juga perlu kamu perhatikan. Berdasarkan penelitian, mencuci beras sebelum dimasak dapat mengurangi hingga 10 persen kandungan arsenik pada beras.
Cara mencuci beras dengan benar, yakni pastikanlah untuk menggunakan air bersih, lalu bilas beras beberapa kali hingga air buangan menjadi lebih jernih dan tidak terlalu berkabut.
Masak Beras dengan Banyak Air
Rasio perbandingan beras dengan air yang tinggi saat memasak beras dapat mengurangi kandungan arsenik inorganik pada beras hingga 45 persen.
Di Indonesia, cara mudah yang kerap dilakukan adalah mengukur air setinggi 1 ruas jari di atas permukaan beras saat memasak. Jika ingin lebih pasti, gunakan rasio air banding beras 6:1 saat memasak nasi.
Meskipun sampai saat ini penelitian di Indonesia belum menyatakan adanya bahaya di balik kandungan arsenik pada beras, tak ada salahnya untuk menerapkan langkah-langkah tepat dalam mengolah beras di atas.
Selain itu, variasikan menu makanan kamu agar mendapat nutrisi lengkap dan seimbang. Kamu bisa mencoba sumber karbohidrat lain selain nasi sebagai makanan pokok selingan, misalnya mie, pasta, kentang, atau umbi-umbian lainnya.
Kamu juga bisa konsultasi seputar menghilangkan arsenik pada beras atau kondisi medis lainnya lewat fitur tanya dokter online di KlikDokter. Yuk, mulai sekarang #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi seputar kesehatan terkini.
[WA]