Awas, Keracunan Freon Kulkas Bisa Terjadi di Rumah Anda!

Kulkas mengandung bahan kimia yang disebut hidrokarbon terfluorinasi alias freon. Tak melulu soal tersengat listrik, Anda bisa mengalami keracunan freon kulkas jika benda tersebut bocor. 

Tak cuma kulkas, freon juga ditemukan di AC. Kasus keracunan freon kulkas secara tidak sengaja sebenarnya cukup jarang terjadi, apalagi jika ventilasi ruangan Anda baik. 

Biasanya, orang yang mengalami hal tersebut berkontak langsung dengan bahan kimia pendingin ketika mereparasi alat elektronik atau dengan sengaja menghirupnya sebagai “narkoba”. 

Ya, beberapa orang ternyata juga ada “memanfaatkan” freon demi merasakan efek euforia. Padahal, gas tersebut berbahaya bagi tubuh, meski tidak memiliki bau yang kuat sama sekali!

Sebelum membahas bahayanya, ada baiknya Anda ketahui dulu gejala-gejala yang dirasakan oleh orang yang keracunan freon. 

Kondisinya akan dibagi dua, paparan yang yang tidak intens sehingga gejalanya ringan ke sedang dan paparan intens dengan gejala yang parah.

Adapun ciri-ciri dari keracunan freon yang terbilang ringan ke sedang, yaitu:

1. Mata, telinga, dan tenggorokan teriritasi. 
2. Sakit kepala. 
3. Mual muntah. 
4. Radang dingin (merah, keras, dan mati rasa).
5. Luka bakar.

Sementara itu, gejala dari keracunan yang parah adalah:

1. terjadi penumpukan cairan dan pendarahan di paru-paru,
2. merasakan sensasi terbakar di kerongkongan,
3. muntah darah, 
4. mental terganggu,
5. sulit bernapas,
6. detak jantung tidak teratur,
7. kejang, dan
8. penurunan kesadaran. 

Artikel Lainnya: Tangkal Bahaya Polusi Udara dengan Antioksidan

Menurut dr. Alvin Nursalim, Sp.PD, keracunan chlorofluorocarbon atau CFC dapat berdampak buruk pada kesehatan. 

“Keracunan freon dalam konsentrasi rendah pada daerah berventilasi baik biasanya tidak memiliki dampak serius,” katanya.

Dia menambahkan, “Namun, jika pekerja yang berurusan dengan bahan ini dan terkena dalam konsentrasi tinggi, tentu risiko intoksikasinya lebih besar. Bahkan, ia bisa meninggal dunia. Karena itulah alat pelindung diri wajib dipakai.”

Menghirup gas pendingin untuk merasakan euforia dengan menekan sistem saraf pusat adalah tindakan yang sangat berisiko. Hal tersebut berakibat fatal, bahkan pada percobaan pertama. 

Menghirup freon konsentrasi tinggi merusak organ dalam dan menyebabkan kematian mendadak. 

Menurut National Institute on Drug Abuse, perasaan yang dihasilkan oleh penyalahgunaan bahan kimia ini  mirip dengan yang diciptakan oleh minuman beralkohol atau obat penenang. Mereka akan pusing dan berhalusinasi. 

Perasaan high hanya berlangsung beberapa menit. Orang yang menyalahgunakan freon sering kali menghirup berulang kali agar perasaannya bertahan lebih lama.

Bahan kimia pendingin menempel di tubuh Anda untuk jangka waktu yang lama. Mereka menempel dengan mudah ke molekul lemak dan disimpan di jaringan lemak.

Penumpukan racun dapat berdampak negatif pada organ vital, termasuk hati dan otak. Penurunan berat badan, kehilangan kemampuan koordinasi, hingga depresi juga bisa terjadi.

Artikel Lainnya: Pertolongan Pertama pada Keracunan Makanan yang Harus Diketahui

Pada gejala yang ringan, dr. Alvin menyarankan Anda untuk segera membuka jendela dan pintu agar gas tersebut tidak terperangkap di dalam ruangan.

“Jika penderita mengalami penurunan kesadaran, henti napas dan jantung, langkah terbaik adalah melakukan resusitasi jantung paru,” sarannya. 

Jika gejala intoksikasi dirasakan, jangan ragu untuk mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang lebih spesifik. Dokter mungkin akan melakukan:

• pemberian oksigen melalui tabung pernapasan,
• pemberian obat-obatan untuk mengatasi gejala,
• tindakan lavage lambung, yaitu memasukkan tabung ke dalam perut untuk membilas dan mengosongkannya, dan
• operasi pengangkatan kulit yang terbakar atau rusak.

Kini, Anda sudah mengetahui bahaya freon kulkas bocor sekaligus efek negatif menghirup gas tersebut secara sengaja. 

Bila masih ada pertanyaan seputar keracunan, segera konsultasikan pada dokter kami lewa fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter.

(HNS/AYU)