Mikroplastik didefinisikan sebagai plastik dengan ukuran kurang dari 5 mm dan berada di lingkungan air laut dan air tawar. Beberapa tahun belakangan, pencemaran mikroplastik dan efeknya terhadap biota perairan dunia telah menjadi permasalahan serius—tak terkecuali Indonesia. Tak hanya itu, ternyata polusi dari mikropastik juga mengancam kesehatan tubuh manusia.
Mikroplastik sendiri berasal dari polimer beserta zat turunannya seperti polystyrene. Selain polimer, zat ini ternyata juga berasal dari kantong plastik yang biasa digunakan masyarakat, yang secara perlahan-lahan hancur tapi tidak terurai.
Dikutip dari Eurekalert.org, mikroplastik merupakan partikel kecil dari plastik yang digunakan dalam berbagai produk untuk tujuan tertentu. Penciptaan dari mikroplastik ini awalnya merupakan ketidaksengajaan, yaitu memecah potongan-potongan plastik yang lebih besar melalui proses pelapukan.
Ketika mencemari lingkungan, mikroplastik tertelan oleh hewan-hewan akuatik, terutama ikan, lalu masuk ke rantai makanan. Tercatat sebanyak 2-5 persen limbah plastik berakhir di laut. Sementara itu, mikroplastik memang sudah terdeteksi ada di dalam makanan laut, seperti tuna dan udang. Partikel-partikel kecil dari plastik itu pun kini ada di mana-mana, misalnya di laut, air keran, air kemasan botol, hingga air tanah. Bahkan, dilansir dari LiveScience, mikroplastik juga ditemukan pada kotoran manusia!
Mikroplastik sudah “berhasil” masuk ke tubuh manusia
Menurut seorang ilmuwan dari Universitas Vienna, Austria, Dr. Philipp Schwabl, dugaannya benar bahwa akhirnya mikroplastik menemukan jalan masuk ke usus manusia. Tambahnya lagi, meski kini mikroplastik baru berhasil masuk ke organ pencernaan, tapi tak menutup kemungkinan bahwa partikel kecil nan berbahaya itu masuk ke organ tubuh lain dan merusak fungsinya. Sebagai contoh, mikroplastik bisa saja masuk ke aliran darah dan sistem limfatik atau organ hati. Karenanya, Dr. Philipp masih akan melakukan penelitian lebih lanjut lagi tentang bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh mikroplastik.
Dalam studi yang ia lakukan, Dr. Philipp menganalisis sampel tinja dari delapan sukarelawan sehat yang tinggal di beberapa negara: Finladia, Italia, Jepang, Belanda, Polandia, Rusia, Inggris, dan Austria. Dengan menggunakan prosedur analitis baru, peneliti menemukan mikroplastik di semua sampel tinja. Lebih detailnya, 20 partikel mikroplastik terdeteksi pada per 10 gram tinja. Selain itu, jenis mikroplastik yang ditemukan dalam sampel tersebut terdiri atas polypropylene dan polyethylene terephthalate. Keduanya biasa digunakan sebagai bahan pembuat botol plastik.
Pada studi ini, partisipan penelitian tidak diberikan instruksi tentang apa yang mereka boleh konsumsi alias bebas saja. Namun, setelah ditelaah lebih dalam, rupanya mereka mengonsumsi ikan, setidaknya beberapa makanan yang dibungkus plastik, serta minuman dari botol plastik selama seminggu terakhir. Dari situ, hasil studi menunjukkan bahwa makhluk hidup, baik hewan maupun manusia, tanpa sengaja menelan mikroplastik.
Cara mencegah pencemaran mikroplastik
Dilansir dari Energy Cross Roads, Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2017 mendesak semua orang untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai untuk menyelamatkan laut dan samudra dunia dari pencemaran plastik dan mikroplastik. Karena jika perairan sudah tercemar, makhluk hidup seperti hewan dan manusia pasti turut merasakan efek negatifnya. Ironisnya, manusia sendirilah yang menyebabkan hal ini terjadi.
Karena rasa tanggung jawab (atau rasa bersalah?) karena mungkin sudah secara tak langsung menjadi penyebab polusi mikroplastik, lakukanlah hal-hal berikut ini untuk meminimalkan pencemarannya.
- Hindari menggunakan kantong plastik sekali pakai saat berbelanja. Gunakanlah kardus, tas kain, keranjang, atau apapun yang bisa muat banyak dan dipakai berkali-kali.
- Hindari menggunakan sabun cuci dan kosmetik yang mengandung microbeads (butiran biru kecil), karena partikel tersebut tidak akan hancur di air, bisa tertelan oleh hewan air, dan pada akhirnya masuk ke tubuh Anda.
- Ganti penggunaan botol plastik dan sedotan plastik menggunakan tumbler atau sedotan yang bisa dipakai berkali-kali.
Meski bahaya menelan mikroplastik masih terus diteliti lebih lanjut, tetapi pada dasarnya saat ada "benda asing" masuk ke dalam tubuh, pasti akan menimbulkan efek tertentu bagi kesehatan. Oleh karena itu, demi kesehatan tubuh dan menyelamatkan lingkungan, kurangi atau hentikan penggunaan produk-produk yang memakai bahan mikroplastik. Sebarkan infomasi bahaya polusi mikroplastik kepada orang-orang di sekitar Anda. Semakin banyak yang tersadarkan, dampaknya pun akan semakin luas!
[RN/ RVS]