Alergi makanan, keadaan menyebalkan yang membuat seseorang tidak bisa menikmati jenis makanan tertentu. Setiap orang memiliki risiko terkena alergi jenis ini, apalagi jika ia memiliki keluarga yang juga mengalami keadaan tersebut.
Pada dasarnya alergi makanan disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap suatu hal yang sebenarnya tidak berbahaya. Keadaan ini melibatkan sistem pencernaan, pernapasan, serta kulit. Berdasarkan data yang dipaparkan Mayo Clinic, lebih dari 160 jenis makanan dapat menimbulkan alergi. Di antara semuanya, delapan jenis makanan yang paling sering memicu alergi adalah susu, telur, ikan, makanan laut, kacang pohon, kacang tanah, gandum, dan kedelai.
“Alergi umumnya memberikan gejala berupa ruam merah atau bentol gatal di kulit, bengkak pada mata dan bibir, sesak napas, dan pingsan. Ada pula reaksi alergi yang bisa mengancam nyawa,” ujar dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter saat menjelaskan tentang gejala alergi makanan.
Salah kaprah alergi makanan
Dilansir dari Live Science, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa 1 dari 10 orang di Amerika Serikat mengalami alergi makanan. Sementara itu, sisanya tidak mengalami alergi namun pernah merasakan gejala serupa.
Pada banyak kasus serupa, orang yang mendiagnosis dirinya sendiri mengalami alergi makanan tanpa berkonsultasi pada dokter bisa jadi salah kaprah. Mungkin sebenarnya gejala yang mirip alergi terjadi akibat adanya intoleransi makanan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, alergi makanan merupakan respons sistem kekebalan tubuh (antibodi) yang tidak dapat menerima bahan makanan tertentu. Sedangkan, intoleransi makanan adalah respons sistem pencernaan terhadap sistem kekebalan.
“Intoleransi makanan terjadi ketika sistem pencernaan seseorang mengalami gangguan sehingga tidak dapat mencerna dengan baik. Atau, bisa juga karena sensitif terhadap zat-zat tambahan dalam makanan tertentu,” ujar dr. Fiona Amelia dari KlikDokter.
Lebih lanjut, dr. Fiona memaparkan bahwa keluhan pada intoleransi makanan muncul lebih lambat atau secara bertahap, dimana ini benar-benar berbeda dengan gejala alergi makanan. Dan, intoleransi makanan biasanya terjadi saat seseorang mengonsumsi makanan pemicu dalam jumlah banyak.
Solusi alergi dan intoleransi makanan
Alergi dan intoleransi makanan tidak boleh diabaikan begitu saja. Sebab, kondisi ini kerap berhubungan dengan gangguan saluran pencernaan, seperti perut kembung, sering buang angin, dan kram perut. Keluhan sakit kepala dan gelisah juga dapat muncul meskipun jarang.
Guna mencegah tercetusnya keadaan tersebut, Anda dianjurkan untuk menerapkan gaya hidup sehat. Di antara anjuran tersebut, salah satu yang harus paling dipatuhi adalah menjaga asupan makanan sehari-hari.
Untuk mencegah reaksi alergi makanan, Anda perlu mengingat jenis makanan atau bahan dasar suatu makanan yang memicu gejala. Pastikan Anda selalu memeriksa label produk makanan dengan teliti. Hal ini juga berlaku bagi Anda mengalami intoleransi makanan.
Di samping itu, Anda juga perlu berolahraga secara rutin dan teratur setidaknya selama 30 menit dalam sehari. Olahraga akan memperbaiki aliran darah dalam tubuh, sehingga alergen lebih mudah dikeluarkan. Selain itu, adrenalin yang terpicu saat olahraga juga akan mengurangi keluhan, seperti hidung tersumbat dan batuk.
Jika Anda mengalami gejala atau keluhan yang mirip dengan reaksi alergi makanan, sebaiknya jangan buru-buru menghakimi diri sendiri. Sebaiknya periksakan terlebih dahulu kondisi Anda ke dokter. Siapa tahu gejala tersebut bukanlah reaksi alergi, melainkan intoleransi makanan.
[NB/ RVS]