Terapi urine sudah lama dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, di antaranya kanker, rematik, asma, sakit kepala, dan sebagainya.
Kandungan urine terdiri dari air 95%, 2.5% urea, dan sisanya merupakan kombinasi dari garam, bermacam mineral, enzim, serta hormon. Banyak nutrisi penting dan bahan kimia berakhir dalam urine, yang artinya urine dapat mencerminkan bagaimana fungsi tubuh seseorang bekerja.
Terdapat beberapa aturan yang harus dilakukan sebelum melakukan terapi urine, yaitu:
- Orang yang sedang menjalani pengobatan rutin dan perokok berat dilarang untuk melakukan terapi urine.
- Orang yang menderita penyakit di daerah genital atau terdapat infeksi di kandung kemih dilarang untuk minum urine mereka sendiri.
- Urine yang akan diminum tidak boleh direbus atau dipanaskan.
- Urine yang digunakan hanya urine pada pagi hari dan diambil dari pancaran urine tengah, karena urine yang keluar pertama kali terkadang mengandung bakteri.
- Terdapat efek samping setelah minum urine seperti rasa gatal, kemerahan di kulit, diare, nyeri, bahkan demam. Hal ini dipercaya oleh beberapa kalangan, terjadi karena efek pembersihan tubuh akibat terapi urine ini.
Nutrisi dan bahan kimia pada urine dipercaya oleh beberapa kalangan dapat kembali digunakan sebagai antivirus alami, antibakteri, bahkan antikarsinogenik.
Lalu, bagaimana kaitan antara terapi urine sebagai obat kanker? Menurut penelitian, jumlah zat termasuk antigen tumor yang terdapat pada urine biasanya sangat kecil dibandingkan dengan mereka yang sudah hadir dalam darah dan di tempat lain dalam tubuh.
Jadi meskipun benar bahwa urine dapat berisi antigen tumor, sampai saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa meminum urine, memijat, mandi atau aplikasi lainnya dari urine akan merangsang produksi antibodi atau pengobatan melawan kanker.
Kesimpulannya, terapi urine bagi kesehatan tubuh belum dapat dibuktikan secara uji klinis medis. Namun jika ingin diterapkan dalam kehidupan sehari hari, terapi urine tidak menjadi masalah dan tidak berbahaya.