Bagi yang sudah kecanduan, berhenti dari kebiasaan merokok bisa sangat sulit baik pada pria maupun wanita. Namun, ada studi yang mengatakan bahwa wanita lebih sulit berhenti merokok ketimbang pria. Atas dasar apa?
Kenapa harus berhenti merokok?
Hampir semua orang, termasuk perokok, tahu begitu banyaknya dampak buruk merokok bagi kesehatan.
“Merokok dapat membahayakan hampir semua organ tubuh, bahkan akan menimbulkan berbagai penyakit yang dapat memengaruhi kesehatan perokok, sebut saja gangguan pernapasan hingga kanker,” tutur dr. Alvin Nursalim, SpPD, dari KlikDokter.
Pada wanita, menurut dr. Fiona Amelia, MPH dari KlikDokter, kebiasaan merokok dapat merusak rahim.
“Sebuah studi menyebutkan, risiko gangguan kesuburan pada wanita usia reproduksi yang merokok, 60 persen lebih tinggi daripada mereka yang tidak merokok. Temua tersebut dikonfirmasi oleh studi lain yang menemukan bahwa peluang hamil pada wanita yang merokok kurang dari 10 batang per hari lebih tinggi (52,2 persen) daripada wanita yang merokok 10 batang atau lebih per hari (34,1 persen ),” kata dia.
Dari hasil studi-studi tersebut, disimpulkan bahwa rokok membuat lingkungan rahim kurang kondusif untuk hamil. Salah satu alasannya, merokok akan menurunkan aliran darah ke rahim.
“Selanjutnya, ini akan memengaruhi ketebalan dinding dalam rahim (endometrium) yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Dinding rahim yang terlalu tipis (di bawah 7 mm) akan menyulitkan proses implantasi embrio. Risiko keguguran pun meningkat,” ujar dr. Fiona.
Benarkah wanita lebih sulit berhenti merokok?
Penjelasan di atas hanya segelintir alasan bagi wanita (dan pria) untuk berhenti merokok. Namun, menurut studi yang melibatkan lebih dari 200 pasien di St. Michael’s Hospital di Toronto, Kanada, wanita mungkin lebih mengalami kesulitan dalam berhenti merokok.
Temuan tersebut dikaitkan dengan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi di kalangan wanita, dan merokok dianggap sebagai cara untuk melepas stres dan kecemasan yang mereka alami.
Studi tersebut melibatkan beberapa peserta berusia sekitar 56 tahun—pria dan wanita yang sudah kecanduan rokok selama 37 tahun dan mengisap 18 batang rokok per hari.
Diketahui bahwa 2/3 wanita yang merokok memiliki kelainan lipid, seperti dislipidemia, yang mana kadar lipid dalam darah (trigliserida dan kolesterol) mencapai puncaknya. Hampir 2/3 wanita memiliki tekanan darah tinggi, hampir setengah melaporkan penyakit jantung, dan lebih dari seperempatnya mengalami depresi atau kecemasan.
Setelah enam bulan, 25 persen peserta berhenti merokok, sementara 29 persen mengurangi jumlah rokok yang diisap lebih dari setengahnya. Jika dibandingkan secara keseluruhan, wanita lebih kecil kemungkinannya untuk berhenti merokok, yaitu sekitar 50 persen, ketimbang pria
Selain itu, alasan lain mengapa wanita cenderung lebih enggan berhenti merokok karena takut berat badan naik. Patricia Folan, direktur Center for Tobacco Control di Amerika Serikat mengatakan, setelah berhenti merokok memang makanan yang masuk ke mulut lebih terasa enak dan baunya makin sedap. Hal ini bisa memicu kenaikan berat badan.
Seperti diungkapkan di atas, kecemasan dan depresi memang cenderung dialami wanita. Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Beth Abramson dari Universitas Toronto, Kanada, mengatakan bahwa wanita harus mendapatkan pertolongan jika ingin berhenti merokok, terutama pada wanita yang punya riwayat penyakit jantung dan stroke.
"Berhenti merokok adalah faktor yang paling signifikan untuk mencegah penyakit jantung pada wanita, meski tidak bisa disamaratakan untuk semua wanita," tutur Prof. Abramson, seperti dikutip di UPI.
"Wanita juga cenderung menggunakan rokok untuk mengatasi stres dalam hidup mereka. Jadi, menggabungkan pengobatan dengan perubahan perilaku dapat membantu wanita berhenti merokok," Folan menambahkan.
Temuan bahwa wanita lebih sulit berhenti merokok cukup mengejutkan. Namun, jangan sampai temuan tersebut membuat para wanita pasrah saja dan tetap melanjutkan kebiasaan buruk tersebut. Kuatkan tekad, beri tahu orang-orang sekitar tentang niat Anda untuk berhenti merokok, serta cari bantuan profesional jika perlu untuk bisa benar-benar lepas dari jerat bahaya rokok.
[HNS/RN]