Harga tiket pesawat semakin terjangkau. Perjalanan dengan naik pesawat pun menjadi solusi cepat dan murah untuk menempuh perjalanan lintas provinsi atau negara. Meski demikian, kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkalpinang di perairan Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10), membuat banyak orang tiba-tiba fobia naik pesawat. Mereka yang memang sudah punya ketakutan terbang pun kian takut memilih moda transportasi ini.
Faktanya risiko kecelakaan atau kendala teknis lainnya tak hanya bisa dialami pesawat terbang. Moda transportasi lainnya seperti kereta, bus, atau mobil pun memiliki risiko yang sama.
Jika bicara angka, sebenarnya angka kecelakaan di darat lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka kecelakaan pesawat terbang. Namun, tetap saja berita pesawat Lion Air jatuh memunculkan rasa takut untuk terbang.
Alasan seseorang fobia terbang
Menurut Matthew Price, seorang psikolog dari Universitas Vermont, Amerika Serikat, tidak ada penjelasan khusus mengenai alasan seseorang memiliki ketakutan atau fobia terbang. Ada beberapa alasan yang mungkin mendasari munculnya rasa takut ini.
-
Takut sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya
Sama seperti rasa grogi saat pertama kali berbicara di depan umum, seseorang juga bisa ketakutan saat akan pertama kali bepergian dengan menggunakan pesawat.
-
Pengalaman buruk yang pernah dialami sebelumnya
Jika Anda pernah mengalami turbulensi hebat saat naik pesawat sebelumnya, pengalaman tersebut akan membekas. Hal ini akan memengaruhi pertimbangan Anda saat memilih rute perjalanan, maskapai penerbangan, bahkan waktu bepergian.
-
Paparan informasi negatif
Ini bisa terjadi jika Anda mengikuti segala perkembangan kecelakaan pesawat. Berita, informasi tak resmi, asumsi atau opini di chat group, bahkan melihat foto atau video terkait insiden tersebut bisa membuat Anda makin fobia. Apalagi jika ternyata berita yang Anda dengar adalah hoaks!
-
Kecemasan
Rasa takut atau fobia terbang juga dapat dipicu oleh kecemasan lainnya, misalnya rasa cemas akibat berada di ruang tertutup atau takut akan ketinggian. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan rasa takut, bahkan fobia.
Lantas, bagaimana cara membedakan apakah rasa takut yang dialami masih dalam batas wajar atau sudah masuk ke dalam kategori fobia yang butuh perhatian khusus?
Ini yang perlu Anda ketahui tentang fobia terbang
Fobia terbang, atau aerofobia dan aviofobia, merupakan rasa takut atau cemas berlebihan akan bepergian melalui udara, baik dengan pesawat, helikopter, parasut, dan rute perjalanan udara lainnya. Meski rasa takut dan khawatir akan terbang dapat dianggap wajar, kondisi fobia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Studi menemukan bahwa 1 di antara 5 orang memiliki fobia terbang. Bahkan, di antara orang yang kerap bepergian dengan angkutan udara, 25 persen dari kelompok ini memiliki fobia terbang.
Berikut ini adalah beberapa sejumlah gejala bahwa Anda mengalami ketakutan naik pesawat atau angkutan udara lainnya:
- Adanya ketakutan berlebih dan berkelanjutan, sebelum dan selama penerbangan berlangsung. Kondisi ini bahkan dapat terpicu saat Anda memikirkan tentang bepergian dengan angkutan udara.
- Adanya dorongan untuk sama sekali menghindari cara bepergian melalui udara. Dalam kasus ekstrem penderita sampai menghindari lokasi-lokasi yang berhubungan dengan angkutan udara seperti bandara dan landasan heliko
- Kesulitan berpikir jernih saat gangguan cemas menyerang.
- Adanya iritabilitas atau rasa mudah gusar yang sering kali dilampiaskan pada rekan bepergian seperti pasangan, keluarga, atau bahkan petugas bandara.
- Serangan panik yang termanifestasi secara fisik seperti mual dan muntah, menggigil, diare, rasa berputar, diare, hingga pingsan.
Jika Anda mengalami satu atau lebih tanda-tanda di atas selama enam bulan atau lebih – dan kondisi tersebut mengganggu aktivitas Anda sehari-hari – segera konsultasikan dengan psikolog. Ada beberapa pilihan terapi yang dapat dimanfaatkan untuk mengontrol gejala fobia. Beberapa di antaranya terapi paparan, terapi kognitif (CBT), hingga pemberian obat-obatan untuk kondisi yang lebih ekstrem.
Jika Anda mengalami ketakutan atau fobia naik pesawat carilah informasi sebanyak mungkin tentang gangguan ini, sebagai usaha untuk menenangkan diri secara mandiri. Namun jika masih saja terjadi, segera berkonsultasilah dengan psikolog.
Peristiwa pesawat Lion Air jatuh Senin (29/10) lalu, memang menyisakan duka bagi banyak orang. Peristiwa kecelakaan pesawat ini bisa memantik ketakutan siapa saja untuk naik pesawat. Namun demikian, fobia naik pesawat bukanlah gangguan psikis yang tidak bisa ditangani sama sekali.
[RN/ RVS]