Prevalensi angka kejadian infeksi Clostridium difficile alias bakteri clostridium di negara-negara Asia memang sangat sedikit. Sementara, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) tahun 2017, penduduk AS sebanyak 223,900 dirawat di RS, sedangkan 12,800 nyawa meninggal akibat bakteri mematikan ini.
Bakteri Clostridium difficile ini merupakan penyebab utama diare yang berbahaya bagi manusia dan hewan karena menyebabkan kematian di mana terjadi peningkatannya sekitar 28 persen dari tahun 2006. Bahkan pada laporan tahun 2019, CDC mengatakan bahwa Clostridium difficile sebagai ancaman serius.
Apa itu Bakteri Clostridium Difficile
Clostridium difficile atau C. Diff adalah suatu bakteri infeksius yang menyebabkan suatu kondisi yang dikenal sebagai clostridium difficile colitis. Kolitis mengacu pada peradangan dinding usus yang dapat menimbulkan berbagai gejala.
Menurut American College of Gastroenterology (ACG) antara 5 hingga 15 persen orang dewasa sehat dan 84,4 persen bayi baru lahir dan bayi yang sehat memiliki C. Diff di dalam saluran cerna atau usus mereka.
Namun, bakteri baik yang hidup di usus biasanya menjaga jumlah C.Diff agar terkendali. Namun bila terjadi ketidakseimbangan jumlah bakteri baik usus dengan C.Diff maka bisa terjadi infeksi pada usus Anda.
Artikel Lainnya: Sering Sakit Perut Pertanda Infeksi Usus?
Apa Saja Tanda dan gejala Infeksi Clostridium Difficile?
Gejala-gejala berikut dapat terjadi sebagai akibat infeksi Clostridium difficile:
Peradangan pada lapisan usus besar atau kolitis menyebabkan timbulnya gejala-gejala di atas. Meskipun komplikasi jarang terjadi, Clostridium difficile juga dapat menyebabkan:
- Peritonitis atau infeksi pada lapisan perut
- Septikemia, atau keracunan darah
- Perforasi usus besar
Gejala yang lebih nyata dapat meliputi:
- Dehidrasi
- Suhu tubuh meningkat
- Kehilangan selera makan
- Kram perut parah dan nyeri
- Mual
- Nanah atau darah di tinja
- Perlu menggunakan kamar mandi 10 kali atau lebih per hari
- Penurunan berat badan
Dalam sebuah penelitian, anak-anak dan usia lanjut, adanya penyakit penyerta, riwayat pembedahan dan obat-obatan yang bekerja pada motilitas usus merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko Antibiotic-associated diarrhea (AAD). Berdasarkan dari semua kasus AAD, 10 hingga 20% disebabkan adanya infeksi C. Diff.
Artikel Lainnya: Kenali 8 Penyebab Diare Berkepanjangan pada Lansia
Kapan Saya Harus ke Dokter?
Beberapa orang kehilangan tinja selama atau tidak lama setelah terapi antibiotik. Ini mungkin disebabkan oleh infeksi C.Diff. Temui dokter Anda jika Anda memiliki:
- Tiga atau lebih tinja berair sehari
- Gejalanya berlangsung lebih dari dua hari
- Demam
- Nyeri perut yang parah atau kram
- Ditemukan darah pada tinja
Namun tak perlu panik, sebab pengobatan awal infeksi C. Diff telah dikembangkan dengan baik, termasuk penghentian antibiotik yang dapat memicu adanya infeksi, dan terapi lainnya. Jika ingin tahu lebih dalam lagi mengenai bakteri mematikan C.Diff, gunakan Live Chat KlikDokter.
[RPA]