I-Doser semakin marak beredar dan terus menjadi buah bibir di berbagai kalangan. Disebut narkoba digital karena dapat memberikan efek langsung pada otak layaknya ganja.
Aplikasi I-Doser pada dasarnya merupakan sebuah program berteknik binaural yang dimasukkan ke dalam musik, atau alunan nada. Jika Anda mendengarkan musik atau nada berbasis binaural tersebut, maka tingkat kesadaran Anda akan berubah.
Artikel Lainnya : Mengenal Jenis-Jenis Narkoba dan Bahayanya
Cara Kerja
Narkoba digital bekerja menggunakan kekuatan dua frekuensi yang berbeda pada masing-masing telinga. Perbedaan antara kedua frekuensi tersebut memberikan efek binaural beats terhadap otak pendengar. Alhasil, pendengar bisa mengatur gelombang otak sesuai keinginannya.
Target gelombang otak bisa mengarah kepada lima kategori di bawah ini:
- Delta. Memiliki frekuensi gelombang <4Hz, yang membantu saat tidur nyenyak.
- Thetha. Memiliki gelombang 4-7 Hz, yang muncul saat mimpi dan tidur REM (Rapid Eye Movement).
- Alpha. Memiliki gelombang 7-13 Hz, yang membantu memberikan efek santai pada tubuh saat terjaga.
- Beta. Memiliki gelombang 13-40 Hz, yang membantu dalam konsentrasi dan kewaspadaan.
- Gamma. Memiliki gelombang >40 Hz, yang membantu memberikan efek kesadaran penuh dalam memecahkan masalah.
Bukan Narkoba
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Berdasarkan pengertian tersebut dan diskusi dari beberapa ahli yang berkompeten di bidangnya, aplikasi I-Doser dinyatakan tidak termasuk ke dalam golongan narkoba.
Meski bukan narkoba digital, penggunaan I-Doser harus diawasi secara ketat. Sebab aplikasi ini bekerja dengan memengaruhi gelombang otak, yang bila disalahgunakan bisa berbahaya.
(NB/ RH)