Sebuah fenomena alam yang sangat langka akan terjadi di Indonesia. Tepat pada hari Rabu, 31 Januari 2018 malam ini akan terjadi gerhana bulan total. Pada saat itu, bulan akan mengalami supermoon yang memunculkan warna kemerahan atau oranye. Konon, fenomena ini dapat mengganggu kualitas tidur seseorang.
Sebuah studi di jurnal Current Biology mengungkapkan bahwa seseorang cenderung mendapatkan kualitas tidur yang lebih rendah saat terjadi gerhana bulan total. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang yang menghabiskan rata-rata 20 menit untuk menyaksikan fenomena ini.
“Jika Anda bertanya kepada orang-orang, paling tidak di Swiss, sekitar 40% melaporkan bahwa mereka mendapatkan kualitas tidur yang buruk saat fenomena gerhana bulan total,” kata penulis penelitian Christian Cajochen dari Psychiatric Hospital of the University of Basel di Swiss.
Penelitian yang melibatkan 33 orang berusia 20 dan 74 tahun milik Cajochen tersebut dilakukan di laboratorium tanpa jendela yang membuat mereka tidak bisa melihat bulan. Para peserta tinggal di laboratorium selama 3 ½ hari dengan kelembapan dan suhu yang dikendalikan.
Temuan ini menemukan bahwa dibutuhkan sekitar lima menit lebih lama bagi peserta untuk tertidur selama fenomena supermoon ini berlangsung. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidur nyenyak para peserta menurun hingga 30 % saat terjadi gerhana bulan total.
Tidak hanya itu, para peserta juga memiliki tingkat melatonin yang lebih rendah, yakni hormon yang penting dalam menjaga ritme sirkadian tubuh.
Yang perlu menjadi catatan adalah penelitian ini dilakukan dengan jumlah peserta yang terbatas, sehingga hasilnya tidak sama dengan populasi orang yang menyaksikan gerhana bulan pada umumnya.
Tidak hanya itu, periset juga tidak mengobservasi aktivitas peserta sebelum penelitian dilakukan, dimana lingkungan tempat tinggal peserta adalah salah satu hal yang bisa memengaruhi kebiasaan tidurnya. Sehingga, hasil penelitian tersebut juga belum dapat dijadikan tolak ukur sepenuhnya.
Terdapat bukti yang mengungkapkan bahwa beberapa spesies laut memiliki pola reproduksi yang selaras dengan siklus bulan purnama. Dari sini pula para peneliti menduga siklus perputaran bulan purnama dapat memengaruhi jam tidur seseorang.
Cajochen berspekulasi, meski studi ini tidak secara jelas mengaitkan antara fenomena gerhana bulan total dan buruknya kualitas tidur, otak manusia mungkin memiliki jam internalnya sendiri yang disinkronkan dengan siklus bulan.
Meski begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi temuan ini, misalnya dengan functional magnetic resonance. Cara ini bisa membantu peneliti untuk mengetahui apa yang terjadi pada otak (saat tidur) ketika menghadapi berbagai macam siklus bulan.
Fenomena gerhana bulan supermoon ini terbilang sangat langka, sehingga banyak orang akan rela terjaga untuk menyaksikannya. Akan tetapi, jangan sampai fenomena ini mengganggu siklus istirahat dan menurunkan kualitas tidur Anda. Karena pada akhirnya akan membuat kondisi tubuh Anda tidak segar di keesokannya harinya. Jadi, siap melihat gerhana bulan malam ini?
[NP/ RVS]