Ikan asin sudah sejak lama menjadi kegemaran masyarakat Indonesia, baik itu dicampur nasi uduk, nasi goreng, dan nasi putih. Di samping sambal dan kerupuk, ikan asin kerap menghiasi piring makan siang Anda sehari-hari. Namun, di balik rasanya yang gurih dan lezat, adakah manfaat mengonsumsi ikan asin bagi kesehatan?
Ikan asin dapat dibuat dari aneka jenis ikan, seperti gabus, peda, dan tenggiri. Proses pengawetannya pun dibuat dengan menggunakan garam dalam jumlah yang banyak sehingga dapat disimpan di suhu ruangan selama berbulan-bulan.
Kandungan gizi pada ikan
Ikan mengandung banyak nutrisi bergizi tinggi, seperti protein, vitamin, mineral dan asam lemak omega 3, tergantung jenisnya. Ikan yang berlemak (seperti salmon, tuna, sarden atau mackerel) mengandung asam lemak omega 3 yang lebih tinggi. Asam lemak omega 3 ini diperlukan untuk tubuh dan otak dapat berfungsi dengan baik.
Untuk itu, guna memenuhi kebutuhan omega 3 Anda, dianjurkan untuk makan ikan berlemak paling tidak 1-2 kali per minggu. Bahkan menurut studi yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition, makan 1 porsi ikan minimal 1 kali per minggu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung hingga 15 persen.
Namun kandungan gizi ikan juga dapat berpengaruh dari cara pengolahan maupun penyajiannya. Seperti penelitian yang dilansir oleh American Heart Association, melaporkan bahwa agar kandungan asam lemak omega 3 (yang baik untuk jantung) tetap optimal bisa diperoleh jika ikan tersebut dimasak dengan cara direbus ataupun dikukus dibandingkan dengan cara digoreng, dikeringkan, maupun diawetkan. Proses pengolahan dengan cara digarami dan dikeringkan seperti pada ikan asin akan mengurangi gizi dan nutrisi yang terkandung dalam ikan secara drastis.
Ikan asin bisa tingkatkan risiko penyakit
Selain itu, satu penelitian yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition menyebutkan, ikan asin (dan makanan lain yang diasinkan) tinggi kadar sodium. Hal ini justru dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Penelitian ini dilakukan di Jepang pada 80.000 pria dan wanita yang mengonsumsi makanan yang diasinkan (termasuk ikan asin). Hasilnya, responden yang banyak mengonsumsi makanan yang diasinkan (tinggi sodium) dapat mengalami peningkatan risiko penyakit jantung hingga 20 persen.
Garam memang dibutuhkan untuk tubuh agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Namun, konsumsi garam yang berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Untuk itu, organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), menganjurkan untuk tidak mengonsumsi garam melebihi 5 gr setiap harinya.
Namun pada ikan asin, proses pengawetan menggunakan garam di atas ketentuan. Meski jumlah garam yang dibutuhkan berbeda-beda (tergantung cara pengawetannya), untuk ikan asin yang diolah dalam kemasan, biasanya membutuhkan sekitar 30 kg garam per 100 kg ikan.
Selain penyakit jantung, penelitian tersebut juga menyebutkan adanya peningkatan risiko kanker pada responden yang banyak mengonsumsi ikan asin dan makanan yang diasinkan lainnya. Hal ini diduga karena adanya kandungan bahan karsinogen (pencetus kanker), N-nitroso yang terkandung dalam ikan asin dan makanan yang diasinkan lainnya. Bahan karsinogen ini terbentuk dari pengawet nitrat atau nitrit.
Anda penggemar ikan asin? Sebaiknya mulai sekarang kurangi dan batasi konsumsi ikan asin jika tak ingin risiko berbagai penyakit termasuk risiko tekanan darah tinggi dan sakit jantung meningkat. Sebaiknya, konsumsilah ikan dengan cara dikukus dan direbus jika ingin merasakan manfaatnya untuk kesehatan.
[HNS/ RVS]