Kesehatan Umum

Jadikan HUT RI Tonggak Merdeka dari Beragam Penyakit Ini

Krisna Octavianus Dwiputra, 17 Agu 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Meski sudah 74 tahun merdeka, Indonesia masih belum bebas dari sejumlah penyakit. Nah, yuk jadikan HUT RI tonggak merdeka dari penyakit ini.

Jadikan HUT RI Tonggak Merdeka dari Beragam Penyakit Ini

Dalam ranah kesehatan, momen HUT RI yang jatuh pada 17 Agustus setiap tahun, seharusnya menjadi tonggak untuk merdeka dari penyakit. Faktanya, masih ada beragam jenis penyakit yang “menjajah” masyarakat. 

Sektor kesehatan masih perlu mendapat perhatian besar. Masalahnya, pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan yang masih rendah dan belum merata berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat. Akibatnya penyakit – baik menular maupun tidak menular – terus meningkat.

Tantangan besar dalam bidang kesehatan

Sebetulnya, Indonesia telah mencatat kemajuan besar dalam bidang kesehatan sejak tahun 1990, dengan meningkatnya usia harapan hidup jadi delapan tahun lebih lama, yaitu 71,7 tahun. Selain itu, penyakit menular seperti diare dan tuberkulosis (TB) juga tercatat menurun.

Meski begitu, Indonesia juga menghadapi tantangan dengan meningkatnya berbagai penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan sebagainya. Ada studi yang dilakukan oleh The Institute of Health Metrics and Evaluation dari Universitas Washington dan peneliti dari Indonesia yang dipimpin oleh dr. Nafsiah Mboi, SpA. 

Temuan yang dipublikasikan di jurnal “The Lancet” tahun 2016 tersebut menyebut, sepuluh penyakit yang paling banyak sebabkan kematian tahun 2016. Kesepuluh penyakit itu adalah penyakit jantung, stroke, diabetes, tuberkulosis, sakit pinggang bawah dan nyeri leher, komplikasi akibat kelahiran prematur, masalah pancaindra, cedera dan kecelakaan lalu lintas, penyakit kulit, dan penyakit yang berhubungan dengan diare. 

Bahkan, hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 juga tak terlalu menggembirakan. Prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain: kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. 

Prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara penyakit ginjal kronis naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen, dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.

Semua masalah kesehatan di atas memang masih menjadi ancaman nyata masyarakat Indonesia. Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, semua yang disebutkan di atas memang masih menjadi pergulatan besar bagi masyarakat Indonesia.

"Penyakit-penyakit seperti jantung, stroke, dan diabetes melitus memang masih sangat banyak terjadi di sekitar kita. Sesuai sekali dengan hasil Riskesdas 2018. Ini memang berkaitan dengan gaya hidup masyarakat yang masih jauh dari sehat," ujar dr. Sepriani.

Gaya hidup yang dimaksud adalah tidak memperhatikan pola makan, jarang berolahraga, sampai konsumsi minuman alkohol. Ini semua masih menjadi kebiasaan buruk kebanyakan orang Indonesia. 

1 dari 2

Mari memerdekakan diri dari ancaman penyakit!

Sudah waktunya masyarakat lebih sadar akan kesehatan diri karena ancaman bukan hanya datang dari penularan penyakit, melainkan dari pola hidup yang tidak sehat. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai adalah:

  1. Penyakit jantung

Penyakit jantung masih menjadi momok di tengah masyarakat. Menurut data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan, penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab utama kematian tertinggi di Indonesia.

Menurut dr. Andika Widyatama dari KlikDokter, penyakit jantung koroner masih mendominasi, baik di Indonesia maupun secara global.

"Hingga kini, penyakit jantung masih menjadi salah satu penyakit yang paling mengancam keselamatan jiwa di seluruh dunia. Menurut data yang dihimpun dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012, 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular. Ini setara dengan 31 persen dari total 56,5 juta kematian di dunia,” ungkap dr. Andika.

  1. Stroke

Seperti sudah disebutkan di atas, prevalensi stroke naik cukup signifikan. Selain jantung, penyakit ini juga mengintai banyak orang. 

"Stroke merupakan penyakit yang sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Ketika telah mengalami gangguan fungsi saraf akibat serangan stroke seperti timbulnya kelumpuhan, maka fungsi anggota tubuh tidak selalu bisa dikembalikan ke fungsi semula seperti sedia kala," kata dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter.

  1. Diabetes

Diabetes merupakan penyakit metabolik yang diakibatkan oleh peningkatan kadar glukosa atau gula darah. Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang serius. Mulai dari obesitas, penyakit jantung koroner dan stroke, serta gangguan pada mata, ginjal, dan saraf.

  1. Penyakit ginjal kronis

Penyakit ginjal kronis itu berarti fungsi ginjal sudah sangat menurun. Menurut dr. Fiona Amelia, MPH dari KlikDokter, tanda yang paling mudah dilihat adalah munculnya protein di dalam urine (yang normalnya tidak ada).

Protein merupakan pembentuk utama kekebalan tubuh. Ketika protein banyak yang dikeluarkan dari ginjal, tentunya kekebalan tubuh yang terbentuk tidak akan optimal. Ini juga masih menjadi masalah kesehatan utama yang masuk dalam Riskesdas 2018. Menjaga kesehatan ginjal perlu dilakukan dengan banyak minum air putih dan pola makan yang baik.

  1. Kanker

Kanker juga masih menjadi pembunuh utama meski jumlahnya tidak sebanyak penyakit tak menular lainnya. Prevalensinya sejak tahun  2013 naik, dari 1,4 persen menjadi 1,8 persen. 

Memang penyebab kanker sampai saat ini masih belum diketahui jelas, dan paling banyak berhubungan dengan masalah genetik. Namun dengan gaya hidup yang sehat, angka kejadian kanker bisa ditekan. Kesadaran mengenai pentingnya deteksi dini juga memegang peranan krusial.

  1. Stunting

WHO menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia tahun 2017, yaitu 36,4 persen. Namun pada tahun 2018, menurut Riskesdas 2018, angka tersebut turun hingga 23,6 persen.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat gizi buruk. Menurunnya stunting di Indonesia memang kabar baik, tetapi bukan berarti boleh tenang. Kalau merujuk pada standard WHO, batas maksimalnya adalah 20 persen atau seperlima dari jumlah total dari anak balita.

Jika angka kejadian stunting masih tinggi, maka ada risiko kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan ekononi, meningkatkan angka kemiskinan, serta memperlebar ketimpangan, sehingga bisa membuat Indonesia lewat sumber daya manusianya tak mampu bersaing menghadapi tantangan global di masa mendatang.

2 dari 2

Masih belum bisa bebas dari ancaman penyakit akibat sanitasi buruk

Sanitasi yang tidak memadai masih menjadi kendala di banyak kawasan di Indonesia. Padahal, sanitasi yang buruk bisa memunculkan masalah kesehatan, misalnya keracunan makanan, disentri, dan lain-lain.

Studi WHO tahun 2008 menyebut, jika setiap anggota keluarga dalam suatu komunitas melakukan lima pilar STBM (sanitasi total berbasis masyarakat), maka akan dapat menurunkan kejadian diare sebesar 94 persen. Penyakit akibat sanitasi yang buruk seperti gangguan saluran pencernaan membuat energi untuk pertumbuhan tubuh menjadi teralihkan, sehingga tubuh kurang mampu menghadapi penyakit infeksi.

Sanitasi juga berkaitan erat dengan stunting. Menurut data dari Kemenkes, akses terhadap sanitasi yang baik berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 27 persen. Jika intervensi yang terfokus pada perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan dapat menyebabkan potensi stunting berkurang.

Selain itu, penyakit yang sebetulnya sudah ada vaksin pencegahnya, masih saja ditemukan. Tentunya Anda masih ingat dengan kejadian luar biasa (KLB) difteri tahun 2017 dan 2018 lalu. Setelah sempat dinyatakan bahwa penyakit ini hampir tidak ada kasus kejadian setelah ditemukan vaksinnya, tapi malah terjadi lagi di Indonesia.

Hepatitis A juga sempat ditetapkan sebagai KLB di Pacitan, Jawa Timur, ketika penyakit tersebut menulari 800 orang warganya. Diduga, penyebabnya berkurangnya pasokan air bersih. Penyakit ini bisa dengan mudah dicegah dengan vaksin.

Sambil merayakan HUT RI pada hari ini, sebarkan pengetahuan, kesadaran, dan semangat hidup sehat dan bersih, agar masyarakat bisa merdeka dari beragam penyakit di atas.  Dengan demikian seluruh masyarakat akan bergerak dan “berjuang” bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat. Merdeka!

(RN/ RVS) 

sanitasi buruk
Penyakit tidak menular
17 Agustus
HUT RI
Penyakit Menular
Penyakit
stunting
Diare
Difteri
Hepatitis A
Gizi Buruk
Indonesia
KLB Indonesia