Kasus tertangkapnya Richard Muljadi karena menggunakan kokain di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, pada hari Rabu (22/8/2018) menunjukkan bahwa Indonesia masih punya pekerjaan rumah yang besar untuk memberantas narkoba.
Tertangkapnya Richard akibat konsumsi kokain sangatlah mengejutkan. Pasalnya, cucu dari wanita terkaya di Indonesia, Kartini Muljadi, ini merupakan pengusaha muda yang sukses dan sedang menghitung hari untuk melangsungkan pernikahan. Namun, kokain memang banyak disalahgunakan oleh orang-orang sibuk seperti ini.
Mengenal kokain
Kokain merupakan zat narkotika yang memiliki efek sebagai stimulan. Kokain menyebabkan seseorang menjadi lebih energik, lebih bersemangat, tidak mudah lelah, dan tidak cepat mengantuk.
Itulah sebabnya, kokain sering digunakan oleh orang yang memiliki beban pekerjaan sangat tinggi, serta oleh pelajar atau mahasiswa yang stres dalam mempersiapkan ujian. Para pengguna kokain merasa bahwa kokain bisa membantu mereka bekerja atau belajar dengan lebih baik.
Ada berbagai bentuk kokain. Bentuk yang paling sering dijumpai berupa serbuk putih halus yang dihirup melalui hidung. Namun, ada pula kokain berbentuk serbuk putih kasar yang diserap melalui gusi atau diisap seperti rokok. Bentuk yang paling jarang adalah kokain cair yang disuntikkan melalui pembuluh darah. Setelah digunakan (misalnya dihirup), efek kokain mulai bisa dirasakan 10 hingga 15 menit kemudian.
Efek penggunaan kokain
Efek jangka pendek dari penggunaan kokain umumnya berupa kegembiraan yang berlebihan (euforia), merasa sangat bertenaga, mudah curiga pada orang lain, nafsu makan berkurang, serta sangat sensitif pada sentuhan dan suara tertentu.
Jika kokain digunakan secara rutin, maka lama-kelamaan tubuh akan ketagihan dan menginginkan dosis kokain yang makin banyak jumlahnya. Pada penggunaan jangka panjang, penderitanya bisa mengalami halusinasi suara (mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada) atau halusinasi visual (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada). Hal ini menyebabkan pengguna kokain kadang kesulitan untuk membedakan yang mana yang benar-benar merupakan realita.
Selain itu, overdosis kokain juga bisa terjadi. Overdosis yang tidak diatasi dengan segera bisa mengancam nyawa. Kondisi overdosis ini dibagi menjadi tiga tahap.
- Pada tahap awal, pengguna kokain masih sadar dan bisa diajak bicara. Hanya saja ia terlihat gelisah, terlalu girang, tekanan darah cenderung naik, suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan bisa terdapat mual dan muntah.
- Pada tahap kedua, pengguna kokain sudah tidak sadarkan diri akibat pengaruh kokain pada otak. Denyut jantungnya menjadi tak teratur. Tekanan darah dan suhu tubuh juga makin tinggi. Pengguna kokain terlihat sesak dan pernapasannya menjadi tak beraturan.
- Pada tahap akhir, penderita mengalami koma, henti jantung, dan kegagalan pernapasan. Hal ini dapat berujung pada kematian jika tidak ditolong segera.
Tak hanya overdosis, efek putus obat (withdrawal) akibat kokain juga bisa terjadi jika pengguna menghentikan penggunaan kokain secara mendadak. Gejalanya berupa sulit berkonsentrasi,.mudah lelah, tremor, kehilangan gairah seks, nyeri-nyeri otot, depresi, bahkan bisa terpikir ide bunuh diri.
Agar tak terjadi dampak yang membahayakan akibat konsumsi kokain, diperlukan pengobatan sesegera mungkin. Pengobatan utamanya dilakukan di pusat rehabilitasi ketergantungan obat dengan melakukan konseling antara terapis dengan pengguna kokain.
Tujuannya adalah untuk mengubah pola pikir dan perilaku ketergantungan terhadap kokain, serta mengajarkan pengguna untuk mengendalikan stres dengan cara yang baik. Tidak ada obat khusus yang diberikan untuk mengatasi kecanduan kokain. Hal yang perlu diingat adalah hindari menghentikan kokain secara mendadak karena dapat menimbulkan gejala putus obat. Sebaiknya dosis kokain diturunkan secara perlahan.
Kasus terciduknya Richard Mujadi oleh polisi akibat memakai kokain, perlu menjadi pembelajaran bagi semua pihak. Segala macam jenis narkoba masih marak beredar di kalangan masyarakat. Dan penggunaan kokain berisiko mempertaruhkan nyawa. Jadi tak perlu coba-coba, ya!
[RS/ RVS]