Sejak ribuan tahun lalu, terapi sengatan lebah sudah dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit, seperti nyeri sendi dan rematik. Meski dinilai efektif mengatasi keluhan kesehatan, metode pengobatan tradisional ini tidak boleh sembarang dilakukan.
Ada sejumlah risiko dan efek samping terapi sengatan lebah yang perlu Anda ketahui.
Apa Itu Terapi Sengatan Lebah?
Sesuai dengan namanya, terapi sengat lebah merupakan metode pengobatan menggunakan racun lebah hidup. Pemilihan racun lebah bukan tanpa alasan.
Racun lebah (apitoxin) mengandung banyak senyawa biologis aktif. Di antara kandungannya adalah asam amino dan enzim yang memiliki sifat anti-inflamasi. Enzim tersebut bisa mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan.
Terapi ini dilakukan dengan menempatkan lebah pada kulit seseorang. Lebah dibiarkan menginjeksi racun di beberapa bagian tubuh yang telah dipilih oleh ahli terapi.
Seorang ahli terapi sengat lebah asal Yogyakarta, Wima, dalam buku Sehat dengan Terapi Lebah, menyebut, daya tubuh orang berbeda-beda. Oleh karena itu, terapi lebah pada setiap orang punya cara dan penanganan yang berbeda pula.
Artikel lainnya: 5 Manfaat Penting Terapi Pijat untuk Kesehatan
Menurut dia, dalam sekali terapi, seseorang biasanya mendapat sengatan tidak lebih dari sepuluh kali.
Wima biasanya menyarankan pasiennya agar makan terlebih dahulu, lalu beristirahat selama tiga jam. Setelah itu, pasien akan menjalani sengat pembuka saraf di bagian tengkuk dan pinggang. Di bagian tubuh tersebut terdapat saraf yang paling sensitif.
Jika tidak terjadi gejala alergi, pasien bisa langsung menjalani terapi sengat lebah lanjutan. Bila ada reaksi alergi, pasien disarankan untuk melakukan terapi secara bertahap dengan jangka waktu lebih panjang.
Dengan terapi yang dijalankannya, Wima mengklaim dapat membantu orang-orang menyembuhkan berbagai penyakit. Sebagai contoh, mengobati penyakit darah tinggi, diabetes melitus, masalah kolesterol, asam urat, dan gangguan liver.
dr. Arina Heidiyana memberikan penjelasan senada. Ia mengatakan, beberapa penelitian sudah mengungkap manfaat terapi sengat lebah untuk mengatasi berbagai penyakit.
Dia merujuk Journal of Diabetes and Metabolism (2015). Dalam sebuah artikel, dipaparkan penelitian uji coba racun lebah terhadap kelinci diabetes. Hasilnya, racun lebah dapat dipertimbangkan sebagai agen terapi untuk diabetes.
“Tapi, Anda harus hati-hati juga karena sengatannya itu bisa menimbulkan reaksi alergi,” dr. Arina mengingatkan.
“Jadi, untuk manusia masih dibutuhkan penelitian lanjutan lagi, karena belum diketahui efektivitasnya,” dia mengingatkan.
Artikel lainnya: Manfaat Terapi Kesehatan Mental yang Dilakukan secara Berkelompok
Efek Samping Terapi Sengatan Lebah
Dalam praktiknya, terapi sengat lebah juga menimbulkan beberapa efek samping. Menurut dr. Arina, berikut empat reaksi dan risiko terapi sengat lebah yang bisa saja muncul:
1. Alergi
Alergi muncul sebagai reaksi tubuh ketika mendapat sengatan lebah. Beberapa gejala dapat muncul, seperti biduran, kulit memerah atau pucat, mual, muntah, kram perut, atau bahkan sulit bernapas.
Saat Anda mendapatkan terapi sengatan lebih banyak daripada yang semestinya, reaksi alergi pun bisa muncul. Anda akan disarankan untuk tidak melanjutkan terapi sementara waktu.
2. Sakit Kepala
Sakit kepala dan pusing juga bisa menjadi efek samping dari terapi sengat lebah. Jika sudah terlalu parah, sebaiknya terapi dihentikan.
3. Nyeri Otot
Nyeri otot umumnya terjadi karena tubuh menahan sakit dari sengatan beberapa lebah. Nyeri otot bisa terjadi di bagian tubuh manapun tergantung titik-titik lebah menyengat tubuh.
4. Bengkak di Kulit
Selain bengkak, kulit juga bisa terasa gatal setelah tersengat lebah. Oleh karena itu, terapi lebah semestinya dilakukan hati-hati guna meminimalkan risiko. Jangan memaksakan diri jika reaksi yang muncul semakin parah.
Meski menawarkan manfaat kesehatan, ada juga risiko dan bahaya terapi sengat lebah. Itu sebabnya, penting untuk memastikan Anda menjalani terapi sengat lebah di tempat yang tepercaya dan profesional.
Anda juga bisa berkonsultasi dengan dokter jika reaksi tak kunjung reda. Pantau terus informasi terbaru seputar kesehatan hanya di aplikasi KlikDokter.
[HNS/JKT]