Hingga hari ketiga setelah kecelakaan pesawat Lion Air JT610 pada Senin (29/10) lalu, keluarga korban pesawat jatuh tersebut masih menunggu dengan cemas. Mereka berharap jenasah para korban bisa ditemukan agar dapat dimakamkan dengan layak. Penemuan jenasah dan serpihan barang-barang dan bagian pesawat menjadi petunjuk untuk mengenali para korban temasuk dengan pemeriksaan DNA.
Dilansir dari Liputan6.com, pesawat Lion Air JT610 rute Jakarta-Pangkalpinang tersebut hilang kontak 13 menit setelah lepas landas pada hari Senin, 29/10/2018. Pesawat jenis Boeing 787-800 Max ini ditemukan telah hancur berkeping-keping di perairan Tanjung Karawang. Badan SAR Nasional (Basarnas) menyatakan penumpang pesawat Lion Air JT610 ada sebanyak 189 orang, terdiri dari 179 penumpang dewasa, 1 penumpang anak, 2 bayi, 2 pilot, dan 5 kru.
Pentingnya identifikasi korban
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sudah merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat untuk melakukan identifikasi terhadap korban yang tidak dikenal.
Identifikasi korban meninggal dilakukan untuk memenuhi haknya untuk dikembalikan ke keluarga dan dikubur secara layak sesuai dengan keyakinannya. Selain itu, ada dampak hukum dengan meninggalnya seseorang misalnya hak waris, asuransi, dan sebagainya. Karena itu, proses identifikasi korban ini sangat penting.
Dalam kondisi bencana, proses identifikasi korban tersebut dilakukan oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri. Setelah terjadi bencana, tim DVI Polri akan melakukan proses identifikasi dalam empat tahap yaitu:
- Pemeriksaan di tempat kejadian
- Pemeriksaan mayat (post mortem examination)
- Pengumpulan informasi saat korban masih hidup (ante mortem information retrieval)
- Rekonsiliasi.
Dalam kasus pesawat jatuh, empat tahap tersebut sering kali menemui kesulitan karena jasad korban yang biasanya tidak utuh lagi. Salah satu cara yang digunakan adalah melalui pemeriksaan DNA.
Pemeriksaan DNA, bagaimana prosedurnya?
DNA atau disebut juga deoxyribonucleic acid merupakan materi genetik yang terdapat dalam sel tubuh manusia. DNA menyimpan informasi genetik yang sangat spesifik dan dapat dicocokkan dengan anggota keluarga kandung. Selain itu, pada jasad korban yang sudah tidak utuh, pengambilan sampel DNA tetap dapat dilakukan melalui rambut, tulang, otot, selaput dalam mulut (mukosa).
Untuk memeriksa DNA seorang korban bencana, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Beberapa tahapan prosedur pemeriksaan DNA tersebut meliputi:
-
Pengumpulan barang bukti
Tim awal akan mendatangi TKP dan mengumpulkan sebanyak mungkin bukti. Sedapat mungkin, tim akan merekonstruksi jasad korban. Bila masih dapat dikenali oleh keluarga, maka tidak akan dilakukan pemeriksaan DNA lanjutan. Namun, bila sulit dikenali, tim akan lanjut ke tahap berikutnya.
-
Pemeriksaan jasad korban
Tim akan melakukan pemeriksaan terhadap seluruh bagian tubuh korban, mulai dari gigi, wajah, tulang, dan organ tubuh lainnya. Pada tahap ini pula akan diambil sampel untuk pemeriksaan DNA.
Terdapat dua jenis DNA yaitu DNA inti sel dan DNA mitokondria. DNA inti sel umumnya lebih akurat, namun bila terjadi kerusakan pada DNA misalnya karena suhu atau terbakar maka yang diperiksa adalah DNA mitokondria. DNA mitokondria biasanya dicocokkan dengan profil DNA ibu korban. Sampel DNA tersebut akan dianalisis dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) lalu kemudian dibuat profil DNA korban secara spesifik.
-
Pengumpulan data ante mortem
Pada tahap ini, tim akan mengumpulkan data dari keluarga korban berupa pakaian yang terakhir digunakan korban, ciri khusus seperti tahi lalat, tanda lahir, bekas operasi, tato, dan sebagainya, data rekam medis korban saat masih hidup. Selain itu, tim DVI juga akan meminta sampel baik darah, liur, selaput mukosa, cairan sperma, dari keluarga kandung korban untuk dilakukan pemeriksaan DNA. Nantinya, akan dicocokkan dengan profil DNA korban.
-
Tahap rekonsiliasi
Apabila ditemukan kecocokan antara profil DNA korban dan keluarga serta data ante mortem lainnya, maka korban tersebut dinyatakan telah berhasil teridentifikasi.
Proses pemeriksaan DNA merupakan proses yang rumit, kompleks, dan memerlukan teknologi biologi molekular yang canggih. Namun, akurasinya cukup tinggi, bahkan keakuratannya bisa mencapai hingga 99%. Oleh karena itu, teknik ini tetap dipakai terutama dalam kondisi bencana seperti pesawat jatuh.
Hingga saat ini, Basarnas dan Tim DVI Polri masih terus berupaya untuk menemukan korban pesawat jatuh Lion Air JT 610. Semoga seluruh proses pencarian korban – termasuk pemeriksaan DNA – dapat berjalan baik dan lancar agar para korban dapat segera teridentifikasi.
[RVS]