Makanan laut alias seafood adalah salah satu jenis makanan favorit masyarakat. Banyaknya restoran sajian bahari yang menawarkan berbagai jenis menu seafood menjadikan jenis makanan ini begitu digemari. Salah satu menu favorit adalah kerang. Sayangnya kerang disebut-sebut sebagai biang kerok keracunan makanan yang dialami oleh sebagian masyarakat setelah mengonsumsi seafood. Seringnya kasus ini terjadi – dan menimpa beberapa orang di sekitar Anda – membuat Anda percaya akan hal ini. Tapi benarkah faktanya demikian?
Gejala umum keracunan makanan – akibat kerang - adalah mual, mulas, pusing, kram perut, hingga gatal-gatal. Bahkan, ada juga yang tidak tahan dan langsung melesat ke toilet karena ingin buang air besar.
Dilansir dari laman Science Daily, orang-orang yang mengalami keracunan makanan setalah mengonsumsi kerang menandakan bahwa kerang yang dimakan didapat dari laut yang tercemar. Selaini itu, bisa jadi cara pengolahannya tidak benar atau tidak higienis.
Perlu Anda perhatikan, bahwa kerang makin berisiko membawa bakteri patogen atau virus jika tidak dicuci sampai bersih, diletakkan atau disimpan di tempat yang kotor, dan tidak dimasak hingga benar-benar matang. Meski demikian, ternyata hal-hal tersebut bukan penyebab utama seseorang mengalami keracunan kerang.
Penyebab seseorang keracunan kerang
Kerang merupakan penghuni laut yang ditakdirkan untuk menyerap apa saja yang berada di sekitar lingkungannya untuk bertahan hidup. Meski mampu menyerap apa saja, tetapi kerang tidak memiliki filter yang mampu memisahkan hasil penyerapan antara zat beracun dan zat yang tidak beracun.
Nah, jika Anda mengonsumsi kerang yang ditangkap dari laut yang tercemar (khususnya tercemar limbah industri dan logam berat), Anda pun terancam mengalami keracunan, meski kerang sudah dimasak hingga matang.
Bagi konsumen, mengetahui dari mana kerang yang akan dikonsumsi memang tak mudah. Dilansir dari Science Nordic, meski tak tercemar limbah, jika kerang hidup di lingkungan laut yang dikelilingi ganggang beracun, Anda tetap bisa terancam keracunan.
Tips paling mudah dan sederhana adalah dengan menerapkan konsep “ada rupa ada harga”—semakin murah harga kerang, semakin besar pula risiko Anda mengonsumsi kerang dari sumber yang kurang layak. Kalaupun Anda terpaksa makan di tempat yang tampak kurang higienis, sebisa mungkin batasi jumlah kerang yang Anda makan.
Selain dapat memicu keracunan, makan kerang secara berlebihan juga bisa membuat Anda overdosis vitamin B12. Hal ini karena kerang mengandung vitamin B12 yang amat tinggi dan berperan dalam pembentukan asam amino serta enzim untuk memproduksi hemoglobin. Ketika Anda terlalu banyak menerima vitamin B12, justru tubuh akan bereaksi dengan cara mengeluarkan ruam merah, gatal-gatal, hingga diare.
Cara mengatasi keracunan kerang
Dilansir dari WebMD, jika Anda – atau seseorang di sekitar Anda – mengalami keracunan makanan setelah konsumsi kerang, ada dua hal penting yang penting untuk diingat.
- Jangan memaksa memuntahkannya.
- Sebisa mungkin jaga hidrasi tubuh dengan minum air putih. Cairan intravena (IV) mungkin dibutuhkan jika mual dan muntah tak bisa dikendalikan.
Keracunan makanan umumnya tidak membutuhkan pengobatan khusus dan bisa membaik dengan sendirinya dengan istirahat cukup. Namun, ketika keracunan juga disertai dengan demam tinggi dan ada darah pada tinja atau muntahan, segeralah pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat. Jika sudah pulih, sebaiknya lebih selektiflah dalam memilih makanan seafood (dan makanan lainnya), serta batasi konsumsi kerang, khususnya dari tempat-tempat yang kebersihannya tampak meragukan, untuk menghindari terjadinya keracunan makanan lagi!
[RN/ RVS]