Mengonsumsi makanan sehat sah-sah saja. Akan tetapi, terobsesi dengan hal tersebut bisa menjadi bumerang yang berujung pada gangguan makan bernama orthorexia (ortoreksia). Hati-hati, ada banyak efek negatif dari gangguan makan ini terhadap kesehatan tubuh.
Orang-orang yang mengalami orthorexia biasanya sangat memperhatikan kemurnian dari makanan yang mereka konsumsi dan obsesi pada manfaat dari makan sehat. Hanya saja, obsesi itu justru bisa berujung pada malnutrisi. Bagaimana bisa demikian?
Penyebabnya bisa beragam. Orang yang mengalami gangguan ini biasanya memiliki kecenderungan perfeksionis, kecemasan tinggi, atau merasa memiliki kebutuhan untuk mengontrol sesuatu. Tapi, meski mengonsumi makanan sehat, ternyata orthorexia memiliki efek negatif yang cukup berbahaya.
Efek Negatif dari Orthorexia
Dengan menyimak penjelasan di atas, kini Anda telah mengetahui kondisi ketika seseorang mengalami orthorexia. Kondisi ini sebaiknya segera diatasi. Karena, orthorexia berpotensi menimbulkan hal negatif terhadap diri seseorang.
Mengutip dari Healthline, efek negatif dari gangguan makan ini dibagi menjadi 3 masalah besar, yakni:
1. Efek fisik
Meskipun studi tentang orthorexia masih terbatas, studi yang ada menjelaskan bahwa kondisi ini cenderung mengarah pada banyak komplikasi medis yang sama seperti gangguan makan lainnya. Misalnya, kekurangan nutrisi penting yang disebabkan oleh pembatasan makanan, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi, anemia, atau detak jantung yang sangat lambat.
Konsekuensi tambahan yang mungkin terjadi termasuk masalah pencernaan, elektrolit dan ketidakseimbangan hormon, asidosis metabolik dan gangguan kesehatan tulang. Bahayanya, komplikasi fisik ini juga dapat mengancam jiwa. Oleh sebab itu, kondisi orthorexia tak boleh diremehkan.
2. Efek psikologis
Individu dengan orthorexia dapat mengalami stres hingga depresi ketika kebiasaan mereka yang berhubungan dengan makanan sehat terganggu. Terlebih lagi, melanggar aturan diet yang dipaksakan sendiri sangat mungkin menimbulkan perasaan bersalah, atau kebencian pada diri sendiri.
Selain itu, orang yang mengalaminya juga akan menghabiskan banyak waktu untuk meneliti apakah makanan tertentu cukup bersih atau murni. Hal ini dapat mencakup kekhawatiran tentang paparan sayuran terhadap pestisida, susu yang disuplementasi hormon dan perasa buatan atau pengawet.
Di luar jam makan, orang yang mengidap orthorexia mungkin saja menghabiskan waktu untuk meneliti, membuat katalog, menimbang, dan mengukur makanan atau merencanakan menu makanannya di masa depan.
Tapi hati-hati, penelitian terbaru melaporkan bahwa orang yang terlalu asyik meneliti makanan sehat tersebut dapat mengalami penurunan kualitas memori kerja. Parahnya lagi, individu dengan orthorexia cenderung tidak menyelesaikan tugas-tugas kantornya dengan baik karena kurang mampu berkonsentrasi. Tak hanya pada lingkungan, orang dengan orthorexia terkadang juga tidak mampu menjalin hubungan yang ‘hangat’ dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Selanjutnya
3. Efek sosial
Individu dengan orthorexia tidak mudah menyerah ketika berurusan dengan makanan. Mereka sering kali mengikuti aturan ketat yang dibuat sendiri, yaitu menentukan makanan mana yang dapat dikombinasikan dalam posisi duduk atau dimakan pada saat-saat tertentu.
Pola makan yang kaku seperti itu sebenarnya dapat menyulitkan seseorang untuk mengambil bagian dalam kegiatan sosial yang berhubungan dengan makanan, misalnya pada saat pesta makan malam atau makan di luar bersama teman-teman.
Kondisi ini akan semakin mempersulit interaksi sosial orang yang mengalami orthorexia dengan lingkungannya. Sayangnya, kebiasaan mereka dianggap umum bagi orang yang menderita orthorexia sendiri.
Cara mengatasi orthorexia
Seperti disebutkan di atas, masalah yang disebabkan karena orthorexia sama parahnya dengan yang berasal dari gangguan makan lainnya. Jika tidak ditangani dengan cepat, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada kesehatan.
Langkah pertama untuk mengatasi orthorexia adalah mengidentifikasi keberadaannya, yakni mengetahui apakah seseorang mengidap orthorexia atau tidak. Hanya saja, tahapan ini bisa menjadi tantangan serius. Karena individu yang memiliki gangguan ini kerap kali tak menyadarinya.
Cara terbaik untuk mengetahuinya adalah penderita sebaiknya mengaku sendiri bahwa dia mengalami orthorexia, dengan melihat gejala-gejala yang ada. Dengan begitu, semuanya menjadi jelas. Kemudian, seseorang dengan gangguan makan ini harus mendapat bantuan, tak hanya dari dokter, tapi dari psikolog dan ahli diet.
Perawatan umum yang bisa dilakukan untuk mengatasi orang yang mengalami orthorexia termasuk penjelasan terkait pencegahan, modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, dan berbagai bentuk pelatihan relaksasi.
Meski demikian, efektivitas jenis perawatan ini belum dikonfirmasi secara ilmiah. Namun, tak ada salahnya Anda melakukannya. Bila memang Anda pun merasakan berbagai gejala orthorexia di atas, jangan sungkan untuk memeriksakan diri Anda ke dokter. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan penanganan dini sebelum kondisi semakin parah.
Demikianlah beberapa efek negatif bagi kesehatan dari gangguan makan orthorexia yang sebaiknya Anda ketahui. Mengonsumsi makanan sehat boleh-boleh saja. Tapi ingat, jangan terlalu terobsesi. Yang terpenting, penuhilah kebutuhan nutrisi harian tubuh Anda untuk menjaga daya tahan tubuh agar tak mudah sakit, terutama di musim hujan saat ini.
[NP/ RVS]