Anjuran untuk membaca label kemasan makanan sebelum membeli memang tengah digaungkan kepada para konsumen. Hal ini dimaksudkan agar Anda sebagai konsumen menjadi lebih peka terhadap kandungan gizi dan zat alergen di setiap minuman atau makanan kemasan yang hendak dibeli di pasar atau swalayan.
Namun sayangnya, informasi yang tercantum di label kemasan yang dibuat oleh produsen terkadang bikin dahi berkerut. Dibaca, ada banyak istilah yang tidak dimengerti. Tak hanya itu, ada pula produsen “nakal” yang sengaja membuat label terlihat rumit, supaya konsumsen “pusing” dan langsung mengiyakan apa pun yang tertera di sana.
Tenang, ada kiat jitu baca label kemasan makanan agar Anda tak lagi dibuat bingung. Nah, agar Anda tidak dibodohi dan dirugikan akibat label kemasan makanan, ini tipsnya:
1. Jangan langsung percaya klaim “sehat” di kemasan
Meski tampak meyakinkan dengan adanya kata “sehat” di kemasan, jangan langsung menaruhnya di keranjang belanjaan. Bisa jadi adanya label tersebut adalah salah strategi pemasaran produsen agar tampak unggul dibanding kompetitor.
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa menambahkan klaim “sehat” di kemasan produk dapat memengaruhi pilihan konsumen. Ini karena sebagian besar konsumen hanya fokus pada tampilan depan kemasan. Sayangnya, banyak produsen yang kerap tidak jujur dengan kandungan produknya.
Contoh yang paling banyak ada produk sereal untuk sarapan. Tak sedikit produsen yang menuliskan berbagai macam kebaikan di tampilan depan kemasan. Namun, ketika Anda membaca detail dan komposisi di kemasan bagian belakang (dengan tulisan yang sangat kecil), tak terlalu banyak kandungan bergizi yang dijadikan bahan utama. Faktanya, banyak yang tinggi gula.
2. Perhatikan bahan dasarnya
Dikutip dari Healthline, jika Anda hendak melihat bahan-bahan produk dicantumkan berdasarkan jumlah (dari tertinggi ke terendah), maka tiga bahan yang tertulis pertama adalah bahan yang paling banyak digunakan produsen. Tiga bahan utama inilah yang harus Anda perhatikan secara saksama, karena itulah yang paling banyak Anda makan.
Apabila tiga bahan pertama yang disebutkan adalah biji-bijian olahan, lalu gula, atau minyak terhidrogenasi, yakinlah bahwa produk tersebut tidak sehat.
Tak cuma itu, jika daftar bahan lebih dari 2-3 baris, Anda dapat mengasumsikan bahwa produk tersebut melewati pemrosesan berulang-ulang. Sebagai gantinya, cobalah memilih produk yang tiga bahan utamanya terbuat dari bahan alami dan tidak memiliki komposisi lebih dari tiga baris.
Selanjutnya
3. Pahami betul-betul istilah ini sebelum membeli
Terkadang, ada istilah-istilah yang ditambahkan oleh produsen untuk meyakinkan konsumen. Apalagi jika produk yang hendak Anda beli adalah produk impor, makin banyak pula istilah yang kurang Anda pahami. Supaya Anda tidak terkecoh dan tak asal beli, berikut ini akan dijelaskan masing-masing istilah yang dimaksud:
- Light. Produk ini memiliki kalori dan lemak yang sedikit. Namun, perhatikan juga label di belakang kemasan. Jika banyak kandungan gula, berarti produsen berusaha mengelabui Anda.
- Multigrain. Kedengarannya sehat, ya? Namun, pada dasarnya ini berarti ada lebih dari satu jenis biji-bijian dalam produk. Kemungkinan produsen juga menyertakan bijian-bijian olahan, kecuali jika produk tersebut ditandai sebagai gandum utuh.
- Natural atau alami. Mengandung campuran bahan alami.
- Organik. Saat ditanam atau diternak, produk tidak terpapar bahan kimia atau hormon. Namun hati-hati, hanya produk organik bersertifikatlah yang dijamin organik.
- No added sugar. Tidak ada tambahan gula. Namun, kalau rasanya tetap manis, berarti mereka menggantinya dengan sesuatu yang mungkin sama tak sehatnya dengan gula.
- Low-calorie (rendah kalori). Produk ini mengandung ⅓ lebih sedikit kalori daripada produk asli merek yang sama.
- Low-fat (rendah lemak). Produk ini memiliki lemak yang lebih sedikit, tetapi biasanya mengandung lebih banyak gula.
- Made with whole grain (dibuat dengan gandum utuh). Mungkin ada sedikit gandum utuh dalam produk. Periksa komposisinya dan lihat di mana gandum utuh ditempatkan. Jika tidak dalam tiga bahan pertama, sebaiknya tak usah dibeli.
- Fortified atau enriched (diperkaya). Beberapa nutrisi telah ditambahkan ke produk. Sebagai contoh, vitamin D sering ditambahkan ke produk susu.
- Gluten-free (bebas gluten). Bebas gluten tidak sama dengan sehat. Produk ini tidak mengandung gandum. Sayangnya, banyak makanan bebas gluten, tetapi melalui pemrosesan yang rumit dan sarat lemak dan gula yang tidak sehat.
- Perasa buah. Tidak menggunakan buah asli, melainkan zat kimia untuk memberikan rasa.
- Zero trans fat. Produk ini mengandung kurang dari 0,5 gram lemak trans per sajian, bukannya tak ada sama sekali.
Selanjutnya
4. Kenali nama lain dari “gula”
Begitu melihat tak ada kata “gula” dalam label kemasan, Anda langsung berpikir bahwa makanan atau minuman tersebut sehat. Padahal, ada banyak zat pengganti gula yang sama manis dan sama tak sehatnya, seperti:
- Sirop jagung fruktosa tinggi (high-fructose corn syrup)
- Sirop malt (malt syrup)
- Laktosa (lactose)
- Galaktosa (galactose)
- Glukosa (glucose)
- Maltodextrin
- Maltosa (maltose)
- Bubuk malt (malt powder)
- Sirop gandum (wheat syrup)
- Konsentrat jus buah (juice from concentrate)
Tak jarang produsen mencantumkan “bebas gula”, tapi sebetulnya di label kemasan tertera satu atau beberapa istilah lain gula yang disebutkan di atas. Inilah kenapa memahami kandungan di label kemasan penting supaya Anda tak tertipu oleh klaim produk.
Sebenarnya keempat cara di atas bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti atau melarang Anda membeli produk tertentu. Namun lebih pada supaya Anda tidak tertipu oleh klaim produk—apalagi jika Anda memang benar-benar membutuhkannya. Itulah pentingnya membaca dan memahami label kemasan makanan dan minuman.
[RN/ RVS]