Serum anti-bisa ular sempat jadi perbincangan hangat. Pasalnya, hanya serum itulah yang bisa menetralkan racun mematikan yang telanjur masuk ke dalam tubuh korban. Ya, hanya serum, bukan dengan menyedot kulit yang terpapar bisa seperti cara heroik seorang pahlawan pada film. Apabila racun ular tidak segera ditangani, menurut dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid dari KlikDokter, akan terjadi kegawatdaruratan medis yang dapat berujung pada kematian.
Sementara itu, di Indonesia sendiri, serum anti-bisa ular yang umum digunakan bersifat polivalen. Artinya, jenis serum anti-bisa ular efektif terhadap beberapa jenis bisa.
Berkenalan dengan Anti-Bisa Ular Polivalen dan Monovalen
Sayangnya, dilansir dari laman Detik, dr. Wisnu Pramudito D. Pusponegoro, SpB dari Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) mengungkapkan, serum anti-bisa ular yang sering digunakan hanya efektif untuk tiga jenis ular. Yaitu, ular kobra (Naja sputatrix), ular belang (Bungarus fasciatus), serta ular tanah (Agkistrodon rhodostoma).
Serum yang ampuh untuk menangani ketiga bisa tersebut dapat dijumpai di wilayah Indonesia bagian barat.
Artikel lainnya: Ramai Kemunculan King Kobra, Ini Pertolongan Pertama Saat Digigit Ular
Hingga sekarang, belum ada antidot (penawar racun/bisa) yang dapat mengatasi jenis bisa ular secara spesifik di sini. Sebab, serum tersebut hanya terbuat dari ular kobra dan tanah. Apabila ada korban yang digigit oleh ular lainnya, ada kemungkinan serum yang tersedia tidak mampu sebagai penawarnya.
Untungnya, untuk wilayah Indonesia bagian Timur, sebagian rumah sakit menyediakan serum anti-bisa ular yang diimpor dari Australia dan mampu menangkal lima jenis bisa ular. Ada pun beberapa jenis ular berbisa yang racunnya bisa “ditangkis” dengan serum tersebut, ialah tiger snake, taipan snake, black snake, dan lain-lain.
Sementara itu, negara-negara lain di wilayah Asia, khususnya Thailand, sering juga menggunakan serum monovalen, yaitu satu serum untuk satu jenis ular. Cara kerja racun ular tidak seperti virus atau bakteri, sehingga tidak bisa dicegah menggunakan vaksin. Hanya serum anti-bisa atau anti-venom yang bisa menyelamatkan nyawa korban tergigit.
Kasus Gigitan Ular Berbisa di Indonesia
Serum anti-bisa ular di Indonesia penting diperhatikan. Pasalnya, jumlah serum yang masih sedikit belum bisa menanggulangi bisa ular yang lebih spesifik. Diharapkan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memiliki program khusus untuk mengatasi kondisi ini.
Sebab, negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand, sudah punya bidang khusus yang memang bertugas untuk mengatasi permasalah bisa ular ini. Serum yang mereka milliki pun lebih beragam.
Artikel lainnya: Benarkah Darah Ular Kobra Bermanfaat untuk Kejantanan Pria?
Mengutip pendapat dr. Tri Maharani kepada Kompas TV, sampai tanggal 22 Desember lalu, korban meninggal akibat gigitan ular berbisa di Indonesia mencapai 54 orang. Sementara, untuk angka kejadiannya, ada 135.000 per tahun.
Jumlah ini sangat timpang jika dibandingkan dengan Thailand yang angka kejadiannya hanya 7.000, Vietnam 5.000, serta Malaysia dan Australia yang berjumlah 10.000 kasus. Bahkan, di Malaysia, korban meninggal hanya berjumlah 2 orang.
Oleh karena itu, dr. Tri Maharani mengharapkan dokter dan perawat di Indonesia mempelajari lebih dalam lagi soal gigitan ular berbisa ini, bahkan gigitan hewan beracun lainnya. Sebab, tak bisa disangkal bahwa jumlah hewan beracun—dalam hal ini ular berbisa—di Indonesia memang banyak.
Dia juga mengatakan, Indonesia perlu mencontoh Australia yang memiliki mekanisme dan riset yang baik dalam menangani gigitan ular berbisa. Lagi pula, Indonesia sebenarnya bisa memproduksi serum anti-bisa ular yang bernilai tinggi tanpa harus mengimpor dari Australia ataupun Thailand.
Australia membuat serum anti-bisa ular khusus kobra menggunakan ular kobra asal Indonesia. Jika ular tersebut dibuat jadi anti-venom, itu dapat lebih menguntungkan negara dan masyarakat.
Itulah penjelasan jenis serum anti-bisa ular dan kasusnya di Indonesia. Terlepas masih banyaknya pekerjaan rumah untuk mengatasi hal tersebut, segera berikan pertolongan apabila ada korban tergigit. Misalnya dengan membatasi gerak area yang terkena bisa, melepaskan aksesori dan pakaian ketat, serta membawanya ke fasilitas kesehatan.
[HNS/RPA]