Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit plasmodium. Infeksi ini diketahui dapat menyebabkan efek samping jangka panjang bahkan setelah parasit dibersihkan. Malaria, misalnya, dapat menyebabkan tulang keropos.
Dokter Reza Fahlevi, Sp.A. mengungkapkan bahwa kondisi tersebut berkaitan dengan sel darah merah yang terus dipecah ketika malaria menyerang.
Di samping itu, terdapat pula penelitian pada tahun 2017 yang dilakukan untuk melihat hubungan antara malaria dan risiko tulang keropos. Lebih jauh mengenai hal tersebut, simak uraiannya berikut ini.
Infeksi Plasmodium Meningkatkan Pengeroposan Tulang
Seorang profesor dari The University of Tokyo, Jepang, Cevayir Coban, mengacu pada sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2003, menjelaskan bahwa malaria menyebabkan stunting atau pertumbuhan kerdil pada penderita malaria anak-anak.
Hal ini pun ia lihat sebagai hubungan antara malaria dan kesehatan tulang. Oleh sebab itu, Coban bersama timnya melakukan penelitian lanjutan pada tahun 2017 untuk melihat seperti apa hubungan tersebut.
Artikel Lainnya: Daftar Bahan Alami untuk Redakan Gejala Malaria
Pada penelitiannya, Coban menemukan bahwa produk plasmodium dari malaria berpotensi menyebabkan peradangan tulang kronis, pengeroposan tulang, dan keterbelakangan pertumbuhan tulang.
Selain itu, studi ini juga menunjukkan bahwa ketika infeksi malaria telah kronis, maka akan lebih banyak kepadatan tulang yang hilang. Risiko tulang keropos bahkan masih bisa terjadi setelah malaria sembuh secara total.
Penelitian yang dilakukan Coban dan tim ini melibatkan dua jenis plasmodium, yaitu Plasmodium yoelii Nonlethal (PyNL) dan Plasmodium chabaudi chabaudi (Pcc) pada tikus dengan malaria.
Infeksi Pcc lebih mirip dengan infeksi plasmodium falciparum pada manusia. Sehingga, para peneliti menggunakan infeksi Pcc untuk mengevaluasi efek infeksi kronis pada homeostasis atau ketahanan tulang.
Michelle Lee, selaku penulis pertama pada penelitian tersebut, menjelaskan bahwa penumpukan plasmodium yang terjadi di lekuk sumsum tulang akan diserap oleh tulang. Kondisi ini pula yang pada akhirnya akan mengganggu homeostasis tulang.
Artikel Lainnya: Mengenal Mosquirix, Vaksin Malaria Pertama di Dunia
Mengingat baru dilakukan pada tikus, penelitian lebih lanjut menyangkut malaria dan pengeroposan tulang pada manusia tentu masih harus terus dilakukan. Coban pun menyatakan bahwa penelitiannya tidak menyimpulkan bahwa malaria adalah penyebab utama tulang keropos.
Meski begitu, kaitan antara malaria dan risiko pengeroposan tetap ada. Jadi, penderita malaria, baik yang kronis maupun berulang, juga masih memiliki risiko pengeroposan tulang jika penyakit tidak ditangani dengan baik.
Menangani Pengeroposan Tulang akibat Malaria
Pengobatan dengan vitamin D akan menghasilkan peradangan yang lebih rendah dan pengeroposan tulang yang lebih sedikit setelah infeksi plasmodium.
Obat Alfacalcidol yang dikonsumsi secara oral dengan dosis rendah juga bisa mencegah pengeroposan tulang yang disebabkan oleh malaria. Sementara itu, Alfacalcidol dengan dosis yang lebih tinggi akan meningkatkan pertumbuhan tulang, meskipun tulang telah mengalami infeksi.
Melansir Immunopaedia, untuk mencegah pengeroposan tulang pada penderita malaria, dapat dilakukan terapi tulang dan mengombinasikannya dengan obat anti malaria.
Demikian kaitan antara malaria dan tulang keropos. Masih diperlukan penelitian lanjutan, terutama pada manusia, untuk mengungkap lebih dalam mengenai hal tersebut. Jika Anda terserang malaria, lakukan pengobatan dan perawatan menyeluruh supaya terhindar dari komplikasi atau efek sampingnya.
Manfaatkan fitur LiveChat 24 jam di aplikasi Klikdokter untuk berkonsultasi dengan dokter seputar kesehatan tulang atau masalah kesehatan lainnya.
[PUT/JKT]
Referensi:
National Library of Medicine (PubMed). Diakses 2021. Plasmodium products persist in the bone marrow and promote chronic bone loss.
Immunopaedia. Diakses 2021. Plasmodium infection promotes bone loss
Medline Plus. Diakses 2021. Gen MYD88