Amylophagia merupakan gangguan makan terigu mentah. Kondisi tersebut ini salah satu jenis pika, kondisi yang menyebabkan seseorang secara kompulsif menyantap makanan yang tidak memiliki nilai gizi.
Dikutip dari Healthline, pengidap pika tidak hanya mengonsumsi makanan nihil gizi, tetapi juga asupan yang berbahaya bagi kesehatan. Seperti potongan logam, cat kering, pasir, tanah liat, abu rokok, hingga terigu mentah seperti yang dilakukan pengidap amylophagia.
Umumnya, gangguan amylophagia kerap terjadi pada anak-anak, ibu hamil, serta orang dengan kondisi kognitif berkebutuhan khusus.
Jika tidak ditangani secara serius, kondisi kesehatan fisik dan psikologis pengidap amylophagia dapat terganggu.
Penyebab Amylophagia
Penyebab pasti amylophagia hingga kini belum diketahui pasti. Namun, diduga amylophagia dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya dicurigai berhubungan adalah defisiensi zat besi.
Artikel Lainnya: Anoreksia Nervosa Miliki Risiko Kematian yang Tinggi, Benarkah?
Anemia defisiensi zat besi sendiri merupakan salah satu jenis anemia yang disebabkan kekurangan zat besi. Zat ini diperlukan tubuh untuk menghasilkan sel darah merah.
Saat anemia defisiensi zat besi terjadi, jumlah sel darah merah sehat yang diperlukan tubuh berkurang.
Amylophagia yang muncul sebagai dampak anemia defisiensi zat besi, dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan malnutrisi, infeksi, hingga gangguan pencernaan seperti obstruksi usus dan tumpukan massa.
Penyebab amylophagia lainnya, ditambahkan oleh psikolog Ikhsan Bella Persada, M. Psi., antara lain gangguan OCD (obsessive compulsive disorder), anoreksia, atau skizofrenia.
Dikutip dari Healthline, penderita skizofrenia dan OCD dapat mengembangkan amylophagia sebagai mekanisme koping atau cara menyelesaikan masalah serta menghadapi situasi mengancam.
Tak hanya berdampak buruk secara medis, amylophagia juga dapat memengaruhi kondisi mental seseorang.
Artikel Lainnya: Kenali Diabulimia, Gangguan pada Penderita Diabetes yang Berbahaya!
“Kalau dari psikologis, amylophagia bisa menimbulkan perubahan kebiasaan pola makan, misalnya jadi enggan untuk konsumsi makanan yang lain,” kata Ikhsan.
Cara Mengobati Amylophagia
Hingga saat ini belum ada tes atau alat yang dapat mengobati penderita amylophagia. Umumnya, dokter akan mendiagnosis pasien berdasarkan riwayat dan sejumlah faktor lain.
Pengidap amylophagia juga disarankan jujur saat pemeriksaan seputar kebiasaan menyantap terigu mentah. Hal ini akan membantu dokter atau psikolog mengembangkan diagnosis secara akurat.
Setelah mendapatkan penanganan medis, psikolog Ikhsan juga menyarankan agar pengidap amylophagia memperoleh penanganan psikoterapi.
“Ketika kondisi fisiknya sudah lebih stabil maka individu tersebut harus ke psikolog untuk mendapatkan treatment psikoterapi agar akar masalah penyebabnya menjadi amylophagia dapat dipahami dan dikurangi,” kata Ikhsan.
“Terapi dengan psikolog bisa dengan cara CBT (cognitive behavior therapy),” tambahnya.
CBT dapat membantu pengidap amylophagia untuk mengubah sudut pandang terhadap kecenderungan makan terigu mentah. Pendeerita juga akan dilatih cara bereaksi atau merespons jika keinginan itu muncul.
Terapi ini membantu penderita kesehatan mental untuk mencari pendekatan baru serta solusi masalahnya secara mandiri.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar amylophagia dan penanganannya, konsultasikan ke dokter via Live Chat dari aplikasi Klikdokter.
[HNS/JKT]