Tidak sedikit orang yang mengalami susah tidur. Penyebab susah tidur tentunya beragam, salah satunya adalah sindrom kepala meledak. Sindrom kepala meledak termasuk salah satu gangguan tidur. Apa itu sindrom kepala meledak?
Sindrom kepala meledak merupakan salah satu dari kelainan tidur yaitu parasomnia. Kelainan tidur parasomnia menyebabkan penderita terbangun dari tidur baik yang dangkal atau dalam. Kelainan lain yang termasuk parasomnia adalah mimpi buruk, penyakit teror tidur (night terror) dan sleepwalking.
Mengganggu Kualitas Tidur
Sindrom kepala meledak adalah salah satu gangguan yang terjadi ketika tidur. Sindrom ini bukanlah merupakan gangguan kesehatan yang serius. Namun dapat mengganggu kualitas tidur penderita sehingga memengaruhi fisik dan psikis penderita.
Pada penderita sindrom kepala meledak, mereka akan mengalami gangguan seperti mendengar suara keras ketika saat mau tertidur atau bangun tidur. Suara keras dapat menyerupai suara ledakan bom, kembang api, benturan keras, tembakan pistol atau sambaran petir.
Hingga kini, penyebab pasti dari sindrom kepala meledak masih tidak diketahui. Beberapa ahli berpendapat bahwa kemungkinan penyebabnya adalah kelainan saraf atau rasa ketakutan atau kecemasan. Sindrom kepala meledak juga mungkin berhubungan dengan perubahan posisi komponen pada telinga tengah pada malam hari.
Sindrom kepala meledak lebih sering terjadi pada orang yang mengalami stres tingkat tinggi atau memiliki gangguan tidur. Sindrom ini juga lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria..
Mendengar Suara
Gejala dari sindrom kepala meledak adalah mendengar suara keras seperti ledakan bom atau kembang api ketika saat mau tertidur atau bangun tidur. Sebenarnya kelainan ini termasuk halusinasi. Ketika suara terjadi saat mau tidur disebut halusinasi hypnogogic, dan ketika saat mau bangun tidur disebut halusinasi hypnopompic.
Walaupun gejala tersebut sebenarnya tidak nyata, suara pada sindrom kepala meledak terasa sangat nyata. Suara tersebut membuat penderita terbangun secara kaget dan membuat penderita sulit untuk tidur kembali. Hal ini dapat terjadi hanya satu kali atau beberapa kali.
Suara biasanya hanya terjadi ketika sedang berada diantara tahapan tidur dan akan hilang ketika penderita sudah bangun. Beberapa penderita mengalami gejala lain seperti:
- Melihat kilatan cahaya bersama suara keras
- Denyut jantung meningkat
- Merasa takut
- Kedutan otot.
Penanganan Kepala Meledak
Sindrom kepala meledak memiliki gejala yang khas dibandingkan dengan gangguan tidur lainnya. Untuk keperluan diagnosis, penderita dapat diminta untuk menginap di laboratorium tidur agar dapat dipantau.
Ahli tidur dapat melakukan pemeriksaan polysomnographic untuk mengevaluasi apa yang terjadi pada tubuh ketika sedang tidur seperti denyut jantung, pernapasan, kadar oksigen dalam darah, dan gelombang otak. Pemeriksaan tambahan lain seperti elektrosefalogram juga dapat dilakukan untuk memeriksa aktivitas saraf penderita.
Pengobatan tergantung dari usia, gejala dan keparahan sindrom kepala meledak penderita. Beberapa penderita merasa tidak butuh pengobatan karena kondisi ini tidak membahayakan. Pengobatan dapat merupakan kombinasi dari berikut ini:
- obat-obatan seperti antikonvulsan, antidepresan, dan penghambat kanal kalsium
- meditasi dan relaksasi
- aktivitas mengurangi stres seperti yoga, mendengarkan musik, membaca atau berendam air panas sebelum tidur
- psikoterapi dan konseling
- perubahan rutinitas tidur
Sindrom kepala meledak mungkin cukup sulit untuk dicegah karena penyebab pastinya masih tidak diketahui. Namun, sindrom kepala meledak sudah dihubungkan
dengan stres tingkat tinggi. Sehingga, dengan menurunkan tingkat stres mungkin dapat mencegah terjadinya sindrom kepala meledak.
Jika Anda mengalami sindrom kepala meledak, tidak perlu khawatir gangguan tidur ini tidak serius. Namun jika sudah mengganggu kehidupan sehari-hari sebaiknya Anda mencari bantuan ke dokter.
[RVS]