Kesehatan Umum

Orang Terdekat Sakit Parah, Ini 5 Cara Menghadapi Emosinya

Ayu Maharani, 21 Des 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Bingung menghadapi emosi orang terdekat yang sedang sakit parah? Rangkul mereka dengan cara ini.

Orang Terdekat Sakit Parah, Ini 5 Cara Menghadapi Emosinya

Ketika ada anggota keluarga yang sakit parah, biasanya kondisi rumah langsung berubah total. Sebab, baik orang yang sakit maupun orang yang merawat harus bisa saling beradaptasi. Entah itu beradaptasi dengan perubahan fisik dan perubahan kegiatan sehari-hari, ataupun menyesuaikan diri dengan segala perubahan emosi.

Bicara soal perubahan emosi, biasanya orang yang sekarat akibat penyakit parah memiliki emosi yang tak terkendali. Dan emosi yang tak terkendali itu, umumnya berupa amarah.

Dilansir Very Well Health, meski tidak semua orang sakit parah memiliki emosi yang meluap-luap, tapi pada dasarnya kemarahan adalah reaksi normal terhadap kehilangan. Orang yang sekarat akan merasa kebahagiaannya “dirampok” begitu saja oleh penyakitnya itu. Tak sedikit juga yang menyalahkan Sang Pencipta ataupun membenci anggota keluarga dan teman-temannya.

Hal tersebut sebenarnya bisa dipahami. Orang yang sekarat merasa tertinggal karena orang lain bisa menjalankan kehidupan dengan normal, sedangkan dirinya tidak. Rasa tidak puas diri dan amarah pun akhirnya terbentuk. Apa pun yang Anda - maupun perawatnya - lakukan, terkadang selalu salah.

1 dari 1

Menangani emosi orang yang sakit parah

Di balik amarah mereka, sebenarnya orang yang sedang sakit parah membutuhkan kepedulian yang tak terhingga dari Anda. Jika Anda memiliki anggota keluarga atau teman dekat yang tengah terguncang karena penyakitnya, berikut ini 5 cara yang dapat Anda lakukan untuk membantu mereka merasa lebih baik.

  • Tetap perlakukan seperti orang dewasa, bukan anak-anak

Sudah menjadi perilaku alamiah bahwa ketika merawat orang yang sakit parah, Anda akan memperlakukannya seperti anak kecil yang tidak mampu melakukan apa pun. Misalnya saja, mengambilkan barang yang berada di dekatnya, membopong saat berjalan, menyuapi, memantau segala pergerakannya agar tak terjatuh, dan lain-lain.

Niatan Anda memang hanyalah membantu, tapi sayangnya, semakin banyak hal yang tidak bisa dikerjakannya sendiri, ia akan merasa minder dan tidak memiliki kepuasan terhadap dirinya sendiri. Alhasil, amarahlah yang keluar dari mulutnya.

Untuk itu, ketimbang Anda memperlakukannya seperti anak kecil, sebaiknya tetap biarkan dia untuk melakukan beberapa hal yang memang bisa dilakukannya sendiri. Kalaupun Anda khawatir, Anda bisa mengatakan “Kalau butuh bantuan, panggil saja, ya” ketimbang melarangnya macam-macam.

  • Jangan dimasukkan ke dalam hati

Orang yang sedang diselimuti amarah biasanya akan mencari seseorang untuk disalahkan. Ketika ketika kemarahan itu dilemparkan kepada Anda, sebaiknya jangan langsung dimasukkan ke dalam hati. Penting untuk diingat bahwa mereka sebenarnya tidak marah kepada Anda, tetapi pada penyakit dan situasinya secara umum.

Lagi pula, Anda juga bisa mengingat-ingat kembali segala kenangan indah atau sifat baiknya sebelum ia terserang penyakit. Sehingga, Anda tidak akan terlalu merasa sakit hati.

  • Coba pakai sudut pandang mereka

Mencoba melihat sesuatu dari sudut pandangnya dapat membantu Anda memahami mengapa mereka bertindak seperti itu. Coba pikirkan tentang kehidupan orang yang sekarat: semua orang yang dicintainya, kegiatan yang dia sukai, pekerjaan yang dia lakukan, impian yang dia miliki, semuanya hilang begitu saja. Kalau Anda jadi dia, pasti ada rasa sesal dan marah juga, bukan?

Karena itu, jangan langsung menghakimi sikap mereka yang sebentar-sebentar marah. Pahami, maka Anda akan jauh lebih sabar dalam menghadapi anggota keluarga yang sakit.

  • Biarkan ia meluapkan emosinya, lalu alihkan dengan kegiatan lain

Tak apa ia marah terhadap segala kehilangan dan keterbatasannya. Yang terpenting, jauhkan ia dari benda-benda berbahaya. Setelah ia selesai meluapkan emosinya, biasanya ia akan jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Ketimbang membiarkannya murung dan lelah setelah marah, lebih baik alihkan perhatiannya dengan mengajaknya melakukan kegiatan yang ringan dan menyenangkan. Misalnya, bercerita atau bertukar pikiran, membantu memilih pakaian yang sesuai, menonton film atau tayangan pertunjukan seni, hingga berdoa bersama untuk menenangkan hati.

  • Memahami bahwa marah adalah emosi yang normal

Memahami dan menerima bahwa marah adalah emosi yang normal, itu yang juga sangat penting. Kemarahan dapat membantu orang yang sedang sakit parah untuk melewati fase kemarahan. Biasanya, fase kemarahan adalah kelanjutan dari fase penyangkalan. Mereka sudah tahu penyakitnya nyata sehingga memunculkan rasa marah, takut, dan frustrasi.

Selanjutnya, Anda dan orang terdekat dapat berbicara mengenai bagaimana mengelola ledakan emosi tersebut dan mengantisipasinya. Hal ini akan membantu meringankan rasa sakit dan amarahnya. 

Itulah 5 cara untuk menghadapi perubahan emosi orang terdekat yang sakit parah. Pada intinya, beradaptasi dengan segala perubahan dan rasa kehilangan memang sangat tidak mudah. Oleh karena itu, kelima cara di atas diharapkan mampu membuka pikiran Anda untuk lebih sabar dan memahami kondisi mereka. Sebab, bukan tak mungkin suatu hari Anda-lah yang berada di posisi mereka.

[RS/ RVS]

Emosi
Sakit Parah
Frustrasi
Penyakit Parah