Tak semua masyarakat Indonesia bersukacita menyambut pergantian tahun bersama keluarga dan sahabat. Sebut saja para korban bencana erupsi gempa Lombok, gempa dan tsunami Palu, tsunami Selat Sunda, dan yang baru saja terjadi adalah bencana longsor di Sukabumi (31/12). Wilayah kampung Cimapag, Sukabumi, Jawa Barat, kini sudah rata dengan tanah akibat longsor yang terjadi akibat diguyur hujan deras selama beberapa jam yang disertai angin kencang. Bencana tak hanya bisa sebabkan korban jiwa dan rusaknya fasilitas serta infrastruktur. Masyarakat pun perlu waspada terhadap penyakit yang mengintai pasca bencana. Ini langkah antisipasinya.
Perlu diingat, letak geografis Indonesia berada di wilayah Cincin Api Pasifik alias Ring of Fire dan dikelilingi lautan, menjadikan negeri ini berpotensi dihantam banyak bencana alam seperti gunung meletus, gempa, hingga tsunami. Saat diselimuti musim hujan, beberapa wilayah pun rawan banjir dan longsor. Sudah waktunya seluruh lapisan masyarakat mengetahui cara mengantisipasi bencana untuk meminimalkan korban jiwa, sekaligus melakukan antisipasi penyakit yang bisa muncul pasca bencana.
Penyakit pasca bencawa rawan terjadi di lingkungan pengungsian
Ketika di pengungsian misalnya, tak jarang berbagai penyakit muncul akibat kacaunya situasi dan kurangnya sarana yang memadai. Untuk itulah, Prof. DR. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, memberikan penyuluhan tentang antisipasi Penyakit Pasca Bencana. Tujuannya, agar pada tahun 2019, semua lapisan masyarakat lebih peka terhadap isu tersebut dan bisa menekan angka gangguan kesehatan yang meningkat usai bencana.
Menurut Prof. Ari, penyakit utama yang paling banyak ditemukan di pengungsian ada tiga, yaitu diare, infeksi saluran napas atas (ISPA), dan gangguan pada kulit berupa gatal-gatal. Munculnya sejumlah penyakit akibat dari tempat pengungsian dipadati oleh para pengungsi, khususnya pada malam hari. Makin banyak orang yang berkumpul di satu tempat, maka makin besar pula risiko tertular berbagai penyakit. Suhu udara pada malam hari yang cenderung dingin juga bisa membuat anak-anak maupun orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang kurang baik terkena flu, atau radang sendi pada lansia.
Tak cuma itu, kondisi tempat untuk mandi cuci kakus (MCK) pun kurang memadai dan kebersihan lokasi pengungsian tidak benar-benar diperhatikan. Maka tak heran, begitu banyak penyakit yang bermunculan di tempat pengungsian akibat lingkungan yang tidak bersih, kuman yang bertebaran, dan lemahnya daya tahan tubuh, terutama pada kelompok usia anak-anak dan lansia.
Lemahnya daya tahan tubuh sebenarnya dipengaruhi oleh kondisi makan dan minum yang kurang layak. Belum lagi para korban dihinggapi duka dan stres, kualitas istirahat kurang, cemas bencana kembali terulang, memikirkan harta benda yang hilang, atau sedih akibat kehilangan anggota keluarga. Kalau sudah stres berat, tentu dapat berdampak pada daya tahan tubuhnya.
Upaya antisipasi penyakit pasca bencana
Lewat rilis pers yang diterima oleh KlikDokter, Prof. Ari merekomendasikan beberapa langkah antisipasi penyakit yang dapat muncul usai bencana, antara lain:
- Pengungsi harus mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian.
- Dapur-dapur umum yang tersedia harus selalu mendapat suplai bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum.
- Hindari mengonsumsi makanan matang yang sudah lewat waktu tanpa dihangatkan kembali, untuk mencegah keracunan makanan.
- Cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer sebelum makan untuk menghindari infeksi usus.
- Menyediakan alas tidur yang memadai dan selimut agar para pengungsi terlindungi, terutama dari angin malam.
- Menyediakan banyak tempat sampah di sekitar lokasi pengungsian. Lokasi sekitar juga harus rutin dibersihkan dengan antiseptik.
- Menyediakan sarana MCK yang memadai dengan persediaan air, sabun, peralatan mandi lainnya yang cukup.
- Menyediakan multivitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi harian akibat keterbatasan makanan dan minuman di pengungsian.
- Menyediakan stok obat-obatan sederhana, seperti obat penurun panas, obat antidiare, obat sakit kepala, dan oralit.
- Menyediakan pelayanan trauma healing dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak, dan kelompok bermain untuk anak-anak.
Dengan mengetahui langkah-langkah antisipasi penyakit pasca bencana yang sering kali terjadi usai bencana, khususnya di tempat pengungsian, diharapkan Anda bisa lebih waspada. Terlebih untuk Anda yang tinggal di wilayah yang dikategorikan sebagai lokasi rawan bencana. Butuh kerja sama dari berbagai pihak untuk menyebarkan panduan antisipasi ini, sehingga terjadinya penyakit pasca bencana bisa ditekan seminimal mungkin di kemudian hari.
[RN/ RVS]