Ada banyak hal yang menentukan mutu rumah sakit, termasuk tingkat kebersihannya. Pasalnya, kebersihan di lingkungan rumah sakit kontribusinya sangat krusial bagi perbaikan kondisi pasien.
Inilah yang menjadikan PT Unilever Tbk. melalui Indonesia Hygiene Forum (IHF) kembali menggelar diskusi interaktif pada hari Kamis (28/3) di bilangan SCBD, Jakarta Selatan. Bekerja sama dengan Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), IHF menyoroti langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk menangani permasalahan yang masih dihadapi rumah sakit di Indonesia, yakni penyebaran infeksi yang disebabkan oleh bakteri, yang dikenal sebagai infeksi nosokomial atau sekarang juga dikenal sebagai healthcare-associated infections (HAIs).
Waspadai infeksi
Infeksi nosokomial merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman dari rumah sakit. Infeksi ini umumnya lebih serius dan menimbulkan gejala lebih berat dibandingkan dengan infeksi kuman yang didapat dari lingkungan di luar rumah sakit.
Infeksi nosokomial dapat menyerang berbagai organ, di antaranya saluran kemih, luka operasi, saluran pencernaan, selaput otak, dan paru-paru. Infeksi nosokomial umumnya juga lebih sulit diatasi karena kuman penyebabnya sering kali sudah resistan terhadap banyak jenis antibiotik.
Bukannya sembuh, pasien yang dirawat justru dapat mengalami perburukan kondisi akibat infeksi tersebut. Inilah kenapa penting sekali menjaga kebersihan seluruh fasilitas di lingkungan rumah sakit untuk pencegahan infeksi.
“Rumah sakit bukan cuma menawarkan kesembuhan, tetapi juga bisa menjadi potensi berbagai penyakit. Kuman-kuman di udara, air, atau permukaan bisa mengakibatkan infeksi nosokomial. Angka kejadian tersebut cukup tinggi, sehingga pihak rumah sakit harus fokus terhadap penanganan hal tersebut,” kata Dra. Cucu Cakrawati Kosim, M.Kes, selaku Kepala Sub Direktorat Penyehatan Udara, Tanah dan Kawasan, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Dalam diskusi tersebut, turut pula hadir dr. Anis Karuniawati, SpMK, PhD. Beliau merupakan dokter spesialis mikrobiologi klinis yang berpengalaman dalam bidang pengendalian dan pencegahan infeksi, serta pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit.
“Riset membuktikan bahwa lingkungan rumah sakit yang tidak higienis berpotensi menjadi sumber infeksi. Awalnya, bakteri pada tubuh pasien akan menempel pada permukaan sekitar pasien. Bakteri ini lalu hidup dan bertahan di permukaan, lalu mengontaminasi benda dan orang atau pasien lain. Bakteri lalu berpindah dari satu orang ke orang lainnya, sehingga bakteri dari pasien rawat sebelumnya akhirnya menjangkiti pasien rawat berikutnya,” jelasnya.
Itulah kenapa dr. Anis juga setuju bahwa higienitas rumah sakit sangat penting. Karena, semakin rendah jenis bakteri di lingkungan tersebut, maka semakin rendah pula risiko terjadinya infeksi.
Cara mencegah penyebaran infeksi di rumah sakit
Kemudian, dr. Anis juga menambahkan bahwa penyebaran infeksi melalui permukaan benda hidup (tangan) dapat diinterupsi melalui perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, atau dengan tindakan antiseptik lainnya.
Sementara itu, penyebaran melalui benda mati harus diinterupsi melalui pembersihan, disinfeksi, dan/atau sterilisasi. Menurut dr. Anis, pemilihan disinfektan dan metode disinfeksi sepatutnya mempertimbangkan beberapa hal di bawah ini.
- Sifat benda yang akan mendapatkan tindakan disinfeksi
- Jumlah mikroba pada permukaan
- Resistansi mikroba terhadap efektivitas disinfektan
- Jumlah kotoran yang terkandung di permukaan
- Tipe dan konsentrat disinfektan yang digunakan
- Suhu dan waktu kontak dengan disinfektan
Ketua PERSI, dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes, menyatakan bahwa rumah sakit wajib melaksanakan program pencegahan dan pengendalian infeksi yang terintegrasi, terprogram, dan terpantau.
“Contohnya adalah dengan membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien melalui cuci tangan dan penggunaan sarung tangan, melakukan disinfeksi untuk mengontrol risiko penularan dari lingkungan, serta memastikan kebersihan lingkungan rumah sakit dan seluruh permukaan fasilitas rumah sakit,” ungkap dr. Kuntjoro.
Untuk mengatasi ancaman dari infeksi nosokomial, pemerintah tentu tak tinggal diam. Lewat Kementerian Kesehatan, Dra. Cucu mengungkapkan bahwa upaya-upaya yang sudah atau akan dilakukan, di antaranya:
- Advokasi dan sosialisasi
- Peningkatan kapasitas
- Kemitraan
- Mengembangkan pengelolaan limbah medis berbasis daerah
- Mendorong komitmen dari pimpinan-pimpinan rumah sakit
Sebagai salah satu tempat dimana pasien mencari kesembuhan, karenanya menjaga kebersihan di lingkungan rumah sakit sangat penting. Ke depannya, diharapkan IHF dan berbagai pihak terkait lainnya dapat mewujudkan lingkungan rumah sakit yang lebih bersih dan higienis menuju masyarakat sehat.
[RVS]