Kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat kota besar maupun pedesaan, sudah tercemar beragam racun dan bakteri. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air, merupakan penyebab terjadinya pencemaran air tanah. Ditambah lagi, banyak orang buang sampah, kotoran maupun limbah ke sungai. Bahkan, tak sedikit industri yang membuang limbah berbahaya di kedalaman sungai atau laut.
Padahal, sungai-sungai itu merupakan sumber air bersih bagi masyarakat di kota-kota besar. Jakart misalnya, sumber air bersih di peroleh dari Sungai Citarum (80%), Cisadane (15%) dan sisanya Ciliwung. Sungai-sungai itu melintasi berbagai pedesaan, permukiman, industri, dan transportasi yang cukup padat.
Namun, sungai-sungai tersebut, kini sudah mengandung senyawa kimia beracun. Senyawa kimia ini dapat terjadi secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia mencemari air minum. Beberapa zat kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia meliputi logam berat, pestisida, senyawa polutan hidrokarbon, zat-zat radio aktif alami atau buatan dan sebagainya.
Hal itu diungkapkan pakar air bersih dan limbah cair, Arie Herlambang di Jakarta beberapa waktu lalu. Di pedesaan, kata Arie, masyarakat mengalami krisis air layak minum. Soalnya, penggunaan pestisida berlebihan, mencemari air persawahan yang mengalir ke sungai. Sementara sungai itu dimanfaatkan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh senyawa nitrat yang terkandung dalam pupuk nitrogen (urea), bila tercampur dengan air minum dalam jumlah besar dapat menimbulkan penyakit methaemoglobinameia. Kondisi haemoglobin di dalam darah berubah menjadi methaemoglobin, sehingga darah kekurangan oksigen. Senyawa kimia lainnya, Flourida (F) merupakan senyawa alami pada air di berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi kecil sekitar 1,5 mg/I akan bermanfaat pada kesehatan gigi. Apabila konsentrasi tinggi (lebih dari 2 mg/I) menyebabkan kerusakan gigi (gigi bercak-bercak). “Bila lebih besar lagi 3-6 mg/I menyebabkan kerusakan pada tulang. Dosis flourida di dalam air minum maksimal 0,8 mg/I.”
Hubungan antara kualitas kesehatan masyarakat dengan air bersih yang dikonsumsi saling terkait. Kemunculan penyakit diare, tifus, kolera, disentri, hepatitis A dan poliomelistis anterior akut sangat erat berhubungan dengan air (waterborne diseases).
Arie menekankan pentingnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya zat kimia di dalam air minum. Apalagi katanya, banyak masyarakat yang mengalami keracuan air minum. Sebab, senyawa kimia dalam air minum melebihi ambang batas konsentrasi yang diizinkan.sikes/II/08
Sumber : www.pdpersi.co.id