Menjamurnya bisnis kuliner serta kemudahan membeli aneka makanan dan minuman tanpa harus ke luar rumah – karena memakai aplikasi – memudahkan banyak orang. Namun tanpa disadari fenomena ini justru rentan membuat orang jadi lebih mudah gemuk.
Di tengah segala kehebohan perkulineran tanah air, mungkin Anda bisa mengamati dua tipe orang. Ada orang yang makan apa saja tetapi tetap langsing. Namun ada pula mereka yang sudah diet mati-matian, namun tetap gemuk.
Apakah itu memang sudah nasib, atau ada penyebab lain yang menyebabkan sebagian orang tertentu menjadi mudah gemuk?
Pengaruh perilaku, lingkungan dan genetik
Hampir semua orang mengetahui bahwa berat badan terutama dipengaruhi oleh pola makan dan olahraga. Hal ini berkaitan dengan berapa jumlah kalori, lemak, dan gula yang dikonsumsi, serta seberapa sering Anda membakar kalori dengan berolahraga.
Singkatnya, berat badan adalah hasil dari berapa banyak kalori yang kita masukkan dan keluarkan. Apabila Anda mengonsumsi makanan tinggi kalori, maka kelebihan kalori tersebut akan disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak.
Namun, apabila Anda rutin berolahraga setidaknya 30 menit per sesi, tubuh akan membakar lemak tersebut tergantung dari berat ringan dan durasi olahraga yang dilakukan.
Namun demikian, selain faktor perilaku dan lingkungan tersebut, tidak banyak orang mengetahui bahwa faktor genetik juga ikut berperan. Hal ini berawal dari kehidupan nenek moyang sejak zaman purba kala.
Sebelum hidup dengan bercocok tanam, masyarakat menggantungkan hidup dengan berburu. Apabila berhasil mendapatkan binatang buruan, maka mereka dapat makan hingga kenyang. Namun jika tidak berhasil, maka mereka harus kelaparan dan berpuasa selama beberapa saat.
Pola hidup yang keras tersebut lantas mengharuskan tubuh untuk beradaptasi dengan membuat metabolisme yang “irit”, yakni banyak menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak apabila ada asupan makanan, dan berhemat dalam mengeluarkan energi ketika beraktivitas.
Tujuan dari metabolisme yang hemat tersebut adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, di saat sulit mendapatkan makanan sekalipun.
Namun malangnya, gen dan metabolisme ‘irit’ yang diwariskan nenek moyang kepada manusia millenial kini tampaknya tidak cocok dengan gaya hidup manusia modern, yang minim gerak namun banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori, lemak, dan gula. Akibatnya, berat badan pun menjadi mudah bertambah, bahkan obesitas.
“Irit” sejak dalam kandungan
Selain itu, para ahli juga menemukan bahwa janin yang mengalami masalah kekurangan nutrisi selama berada di dalam kandungan juga akan memprogram metabolisme tubuhnya sendiri agar lebih irit dibandingkan dengan janin lain yang mendapatkan nutrisi yang cukup selama dalam kandungan.
Ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan hal tersebut, misalnya ibu tidak mengonsumsi nutrisi dan energi dalam jumlah yang cukup, ibu mengalami preeklampsia atau kelainan tali pusat, sehingga terjadi gangguan transportasi makanan dan nutrisi dari ibu ke janin.
Janin yang mengalami hal tersebut akan merasa dirinya akan hidup dalam nutrisi yang berkekurangan juga saat ia lahir ke dunia nanti. Oleh karena itu, dibuatlah gen yang irit dan hemat dalam mengatur metabolisme energi.
Sehingga ketika ia lahir nanti, dengan mengonsumsi makanan sedikit saja dan beraktivitas fisik sedemikian rupa, cadangan lemak dan energi di dalam tubuhnya tetap cukup dan tidak banyak berkurang.
Hal inilah yang menyebabkan orang menjadi mudah gemuk, meski makan dalam porsi yang dianggap ‘normal’ dan berolahraga ala kadarnya.
Para ahli telah menemukan lebih dari 400 gen yang turut andil dalam menentukan berat badan seseorang. Ada gen yang memengaruhi nafsu makan, rasa kenyang, cepat atau lambatnya metabolisme, kesukaan (preferensi) makanan, penyebaran lemak tubuh, hingga kecenderungan seseorang untuk menyikapi makanan saat ia sedang mengalami stres.
Orang yang memiliki nafsu makan tinggi, metabolisme lambat, gemar makan makanan berlemak dan manis, serta makan kalap saat stres cenderung lebih mudah gemuk.
Pengaruh gen ini terhadap berat badan bisa bervariasi untuk setiap orang, berkisar antara 25-80 persen. Bisa jadi, gen berperan besar dalam pengaturan berat badan.
Namun, bila sejak kecil Anda sudah kelebihan berat badan, sangat sulit untuk menurunkan berat badan, terlepas dari usaha apapun yang dilakukan. Belum lagi, ketika orang tua dan kebanyakan keluarga besar Anda juga kelebihan berat badan.
Tak mudah gemuk belum tentu sehat
Bagi Anda yang memiliki bakat gen yang mudah gemuk, jangan santai. Anda yang memiliki gen irit otomatis akan lebih terpacu untuk menjaga pola makan dengan lebih baik, memilih makanan sehat yang Anda konsumsi, dan lebih rajin dan termotivasi untuk rutin berolahraga minimal 3 kali seminggu.
Kebanyakan dari mereka yang tetap langsing meski makan banyak bisa jadi terlena dengan keadaan, dan tidak mengontrol makanan yang dikonsumsi, serta malas berolahraga.
Padahal, langsing itu belum tentu sehat, lo. Ada orang langsing yang malah memiliki masalah tekanan darah dan kolesterol tinggi akibat tidak menjaga makanan dan kurang berolahraga.
Jadi, pastikan Anda tetap mengatur pola makan dan rajin berolahraga, untuk tubuh sehat dan ideal.
Tubuh yang mudah gemuk memang bikin kesal. Tapi, jangan patah semangat. Dengan pola makan, diet yang tepat, serta olahraga yang rutin, menurunkan berat badan bukan hal yang sulit. Hal yang berbeda adalah bila gen Anda memang bertubuh besar. Untuk kondisi ini, cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan pola diet yang efektif.
[NP/ RVS]