Anda tentunya selalu ingin sehat dan terjauh dari segala penyakit. Tapi, bisa saja kekebalan tubuh Anda melemah karena virus dan bakteri. Ketika hal ini terjadi, Anda membutuhkan antibiotik yang sesuai dengan resep dokter agar virus dan bakteri yang berkembang dalam tubuh bisa benar-benar mati.
Antibiotik sendiri adalah obat yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Obat antibiotik memang bisa menyelamatkan nyawa manusia karena mempunyai fungsi membunuh bakteri dalam tubuh. Jadi, wajar saja ketika Anda sakit karena virus atau bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik. Seorang apoteker atau petugas apotek akan menyarankan, "Jangan lupa dihabiskan, ya", ketika menyerahkan obat-obatan yang diresepkan dokter.
Nah sebenarnya perlu atau tidakkah menghabiskan antibiotik yang sudah diresepkan dokter meski sudah sembuh dari penyakit?
Penelitian terhadap konsumsi antibiotik
Louis Rice, MD., Ketua Departemen Kedokteran di Warren Alpert Medical School di Universitas Brown, Amerika Serikat, menjadi salah satu peneliti yang setuju agar penggunaan antiobiotik harus dihentikan ketika pasien merasa sudah lebih baik.
Menurutnya, melanjutkan antibiotik sampai habis, berisiko terjadinya reaksi alergi, kerusakan ginjal, kerusakan sel darah, atau masalah hati. Rice kemudian berargumen bahwa paparan antibiotik inilah yang membuat bakteri menjadi kebal.
Dengan kata lain, jika infeksi yang terjadi pada tubuh Anda sudah bisa diatasi dan Anda terus meminum antibiotik, bakteri akan memiliki lebih banyak waktu untuk mempelajari cara menghindari obat-obatan. Pada akhirnya, tubuh Anda dapat mengalami resistansi antibiotik di masa depan.
"Semakin lama antibiotik diberikan, semakin mungkin bahwa bakteri yang resistan akan mendominasi, terutama di saluran pencernaan dan kulit," kata Dr. Rice kepada Prevention.
Tetap harus dihabiskan
Namun, hal yang bertolak belakang disampaikan oleh dr. Atika dari KlikDokter. Menurutnya, antibiotik harus dihabiskan. Sebab, obat antibiotik butuh waktu untuk membunuh semua bakteri yang ada di dalam tubuh. Antibiotik biasanya bisa dihabiskan dalam rentang waktu 5-10 hari, atau berdasarkan resep dokter.
Saat gejala tidak muncul sebenarnya bukan berarti bakteri dalam tubuh sudah mati. Bisa saja bakteri sedang tidak aktif karena pemberian antibiotik. Hal inilah yang mendasari dr. Atika untuk menyakini konsumsi antibiotik harus dihabiskan.
"Misalnya saja pada seseorang yang punya gejala karena infeksi bakteri. Saat minum obat antibiotik selama 2 hari pertama, kuman akan mati dan berkurang gejalanya, tapi masih ada kuman-kuman dalam tubuhnya yang belum tuntas. Nah, sisa-sisa kuman tersebutlah yang harus dimatikan dengan cara mengonsumsi antibiotik sepanjang waktu yang ditentukan," ujar dr. Atika saat dikonfirmasi soal pemakaian antibiotik.
Dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Atika, terdapat sebuah penelitian tentang penyakit ISPA, bahwa obat cefadroxil atau azithromycin biasanya membutuhkan rentang waktu 5-10 hari untuk pengobatan. Durasi ini bisa berbeda-beda, tergantung kondisi kesehatan dan jenis penyakit yang diderita.
“Tapi ingat, anjuran antibiotik untuk dihabiskan itu harus ditepati oleh pasien,” tegasnya menutup wawancara.
Meski terdapat penelitian yang mengatakan bahwa menghabiskan antibiotik dari resep dokter setelah kondisi tubuh membaik dapat menimbulkan resistansi antibiotik, hasil penelitian tersebut belum bisa dijadikan patokan. Yang terpenting adalah apa yang dianjurkan oleh dokter Anda. Bagaimanapun juga, mengikuti petunjuk dokter tetap yang terbaik.
[NP/ RVS]