Tahun 2018 adalah tahun politik untuk mempersiapkan Pilpres. Di masa-masa ini, pikiran dan tenaga para politisi terkuras untuk berlomba-lomba mencari dukungan politik dari berbagai pihak. Kunjungan ke luar kota yang bertubi-tubi disertai agenda yang padat tentu dapat membuat para politisi kelelahan.
Salah satu politisi yang akhirnya harus dirawat akibat kelelahan, yakni mantan presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Beliau menjalani perawatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, sejak hari Selasa (17/7) silam.
Berkaca dari hal ini, apa yang membuat politisi begitu rentan mengalami kelelahan?
Kurang tidur adalah penyebab utama
Kelelahan akibat padatnya aktivitas kerap disebabkan oleh kurangnya waktu tidur dan buruknya kualitas tidur. Padahal, keduanya penting untuk mempertahankan fungsi berbagai organ tubuh dan kondisi kesehatan secara menyeluruh.
Politisi yang sibuk mungkin hanya bisa tidur 5–6 jam sehari atau bahkan kurang, dari yang seharusnya 7–8 jam per hari. Kurangnya waktu tidur ini ditemukan berhubungan dengan menurunnya kekebalan tubuh terhadap infeksi. Akibatnya, seseorang yang sering kurang tidur lebih mudah terserang infeksi seperti virus flu. Kurang tidur juga meningkatkan persepsi nyeri sehingga seseorang lebih sering sakit kepala atau mengalami pegal-pegal di seluruh tubuh.
Dalam jangka panjang, kurang tidur kronis dapat memicu timbulnya penyakit-penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, depresi, serangan jantung, stroke, serta meningkatkan risiko kematian. Pada yang rentan, kurang tidur juga dapat memicu munculnya gangguan jiwa seperti cemas berlebihan hingga depresi.
Secara spesifik, politisi yang obesitas lebih rentan mengalami kelelahan karena berisiko tinggi mengalami obstructive sleep apnea atau henti napas saat tidur. Kondisi ini menurunkan kadar oksigen di dalam otak, yang secara alami akan memicu seseorang untuk bangun dan bernapas. Siklus tidur pun terputus-putus dan saat akhirnya harus bangun, seseorang masih merasa lelah.
Mengapa kecukupan tidur penting?
Secara medis, kecukupan dan kualitas tidur penting untuk meregenerasi sel-sel tubuh serta memperkuat daya ingat. Studi pada hewan percobaan bahkan menunjukkan bahwa kecukupan tidur membantu mengeluarkan amiloid, yakni zat beracun di dalam otak yang menjadi tanda utama adanya demensia Alzheimer.
Regenerasi sel-sel tubuh bagaikan otak yang mengalami refreshment, atau disegarkan kembali. Jadi, bila ini tidak berjalan baik maka tubuh akan mudah lelah dan mudah terserang penyakit.
Sedangkan bagi otak sendiri, kecukupan tidur dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi kognitif yang mengatur fokus, konsentrasi, emosi, daya ingat, daya belajar, serta kemampuan untuk melakukan beberapa pekerjaan secara bersama-sama (multitasking) atau pekerjaan yang rumit.
Mencegah kelelahan saat sibuk
Bila waktu tidur memang kurang, sempatkan diri untuk mengambil power nap atau tidur singkat di sela-sela aktivitas yang padat. Durasi power nap yang tidak lebih dari 20 menit, sudah cukup untuk meningkatkan kewaspadaan dan performa. Power nap bisa dilakukan di mana saja, seperti di tempat kerja atau selama perjalanan. Beberapa tokoh politik seperti John F. Kennedy, Ronald Reagan, dan George W. Bush kerap melakukan hal ini saat masih menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.
Pola makan juga perlu diperhatikan. Jadwal makan yang tidak teratur dan pemilihan jenis makanan yang tidak sehat dapat semakin memperberat keluhan kelelahan. Bagi yang terbiasa mengonsumsi kopi yang mengandung kafein, sebaiknya batasi dua cangkir per hari atau bila mungkin dihindari. Kafein akan membuat otak dan tubuh selalu berada dalam mode ‘waspada’ sehingga Anda tidak merasakan kantuk dan menjadi sulit tertidur.
Di zaman yang modern ini, politisi juga bisa mengatur jadwal dan menyetel pengingat melalui ponsel pintar atau gawai lainnya. Hal-hal mendetail yang ‘menguras’ memori otak juga bisa dicatat di sini, ketimbang diingat semua di dalam otak dan melelahkan pikiran. Biarkan otak dipakai untuk mengingat hal-hal yang jauh lebih penting.
Jadi, agar politisi tidak mengalami kelelahan fisik dan pikiran, pandai-pandailah mengelola waktu yang ada. Ini dibutuhkan agar pikiran tetap jernih dan tubuh tetap sehat, dan dengan demikian mampu mengambil keputusan-keputusan politik dengan baik.
[RS/ RH]