Ketika orang mendengar kata “rabies”, biasanya langsung teringat binatang anjing dan liurnya yang menetes-netes. Di Indonesia, rabies memang disebut sebagai penyakit anjing gila. Hampir semua orang tahu apa itu rabies. Namun, belum tentu semua orang tahu jika penyakit ini bukan hanya disebabkan oleh gigitan anjing, melainkan juga gigitan binatang lainnya.
Bukan hanya karena gigitan anjing gila
Rabies adalah penyakit virus yang menyerang sistem saraf pusat. Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan pada otak dan mengancam jiwa penderitanya. Kuncinya adalah melawan virus dengan mencari pertolongan secara cepat.
Hampir seluruh kasus rabies (95%) disebabkan oleh gigitan anjing gila. Biasanya rabies disebabkan oleh gigitan anjing yang belum divaksinasi. Namun, bukan hanya anjing yang dapat mengakibatkan rabies.
Rabies juga dapat disebabkan oleh gigitan binatang lain seperti kucing, kelinci, kelelawar, musang, sapi, kambing, kuda, berang-berang, rubah, monyet, rakun, dan sigung. Bahkan, rabies tidak hanya ditularkan melalui gigitan tetapi juga cakaran.
Virus rabies berasal dari binatang. Virus ini dapat tertular ke manusia melalui air liur dari gigitan atau cakaran. Namun, kontak dari selaput lendir atau luka terbuka juga dapat menyebarkan virus rabies. Biasanya penularan terjadi dari binatang ke binatang atau binatang ke manusia.
Penularan dari manusia ke manusia lain sangatlah jarang. Meski demikian, pernah ada laporan kasus mengenai penularan rabies akibat transplantasi kornea mata.
Kenali gejala rabies
Setelah digigit oleh anjing atau hewan lainnya, biasanya penderita tidak akan langsung menampakkan gejala rabies. Terdapat waktu inkubasi – jarak waktu antara gigitan dan gejala – selama sebulan hingga 3 bulan. Namun, waktu inkubasi juga dapat terjadi dari beberapa hari hingga 6 tahun.
Gejala awal rabies seperti sakit flu pada umumnya, yaitu demam dan nyeri otot. Penderita juga dapat merasakan sensasi terbakar pada bekas gigitan. Seiring dengan waktu, virus akan menyerang sistem saraf pusat. Terdapat dua tipe penyakit yang dapat terjadi dengan gejala berbeda, yaitu rabies ganas dan paralitik.
Rabies ganas menyebabkan penderita menjadi hiperaktif, mudah marah, dan berperilaku tidak menentu. Gejalanya meliputi insomnia, kecemasan, kebingungan, agitasi, halusinasi, liur berlebihan, kesulitan menelan, dan ketakutan akan air.
Rabies paralitik lebih jarang terjadi. Namun, keparahannya juga sama seperti rabies ganas. Penderita akan menjadi paralisis atau lumpuh. Seiring dengan waktu penderita akan menjadi koma dan meninggal.
Pertolongan pertama untuk gigitan binatang rabies
Ketika seseorang tergigit oleh binatang liar, segeralah mencari bantuan. Tenaga medis biasanya akan memberikan vaksin pencegah rabies untuk mencegah infeksi virus rabies sebelum gejala muncul. Vaksin akan dilakukan dalam beberapa tahapan.
Sulit untuk mendiagnosis rabies pada tahap awal. Biasanya ketika gejala sudah muncul, pemeriksaan darah atau sampel jaringan akan diperiksa untuk mengonfirmasi adanya rabies.
Selain itu, sangat penting untuk mencegah terjadinya rabies. Salah satunya adalah dengan menjaga jarak dengan binatang liar. Memberikan vaksin kepada hewan peliharaan juga tak boleh dilupakan.
Rabies tak hanya disebabkan oleh gigitan anjing, tetapi juga binatang lainnya seperti kucing, kelinci, sapi hingga kelelawar. Khusus untuk anjing, mengedukasi diri mengenai perilaku anjing dan langkah-langkah pencegahan sangatlah penting. Jangan lupa juga untuk memberikan vaksinasi secara rutin kepada hewan peliharaan Anda.
[RS/ RVS]