KlikDokter.com - Rokok Elektronik atau yang sedang tren belakang ini dengan sebutan vapor saat ini, dijual dengan promosi lebih tidak beracun dibandingkan rokok biasa. Dengan populer istilah ‘vapor’, rokok elektronik senantiasa digaungkan dengan ciri khas pengepul uap air yang disugestikan tidak berbahaya bagi tubuh.
Namun kenyataannya, beberapa studi yang dilakukan baru-baru ini menunjukan bahwa rokok elektronik tetap mengandung partikel pencetus kanker dan peradangan organ pernapasan yang membuat bakteri lebih tahan terhadap antibiotik yang diberikan.
Artinya, rokok elektronik sama saja bahayanya untuk kesehatan Anda dengan rokok konvensional. Masih belum percaya? Maka sudah saatnya Anda harus mengetahui beberapa hal berikut ini mengenai fakta tentang rokok elektronik:
1. Dipromosikan lebih aman dibanding rokok biasa.
Stanton Glantz seorang peneliti masalah penggunaan tembakau di California, pernah mengatakan bahwa asap yang ditimbulkan oleh rokok elektronik lebih tidak beracun dibanding rokok biasa.
Namun tidak lama kemudian akhirnya ia meralat pernyataannya, karena sedikitnya terdapat 13 penelitian yang menunjukkan risiko yang besar dibanding yang para peneliti duga selama ini, diantaranya:
- Risiko peningkatan gejala asma
- Risiko penyaki jantung
- Serta gejala stroke, yang kian terjadi pada pengguna rokok elektronik.
2. Bercampurnya partikel Nikotin dan Perisa Rokok membawa efek yang berbahaya.
Vapor biasanya dibarengi dengan perisa atau elemen penambah rasa. Hal yang Anda harus ketahui, perisa tersebut tak lebih justru menambah derajat keparahan dampak buruk pada kondisi tubuh dalam penggunaan rokok elektronik tersebut.
Bagaimana bisa? Berikut penjelasannya:
Kelarutan dari nikotin dan perisa rokok yang ada membuat iritasi pada organ paru, senyawa yang larut itu akan berubah menjadi senyawa karbonil, yang merupakan salah satu senyawa penyebab kanker, disamping formaldehida dan asetaldehida.
Pada awal dibuat rokok elektronik tidak disertai dengan pengatur suhu untuk membuat nikotin yang dilepaskan lebih banyak, dibanding dengan rokok elektronik yang beredar saat ini dan tentunya hal ini lebih berbahaya.
Lalu apakah jika penggunaan vapor tanpa perisa jadi tidak berbahaya? Jawabnya sama saja bahayanya. Namun dengan penambahan perisa, Anda semakin menambah kegawatan risiko kondisi tubuh yang ada.
3. Partikel asap yang sangat kecil menjangkau lebih luas organ Paru.
Di dalam asap yang ditimbulkan dari rokok elektronik ini, ukuran partikel padat yang dihasilkan lebih kecil dibanding dengan rokok biasa, sehingga membuat sumbatan yang lebih luas karena mampu mengjangkau daerah-daerah yang lebih sempit di organ pernafasan, dalam hal ini paru-paru.
Berat partikel dari rokok elektronik ini sekitar 3 miligram per kubik meter udara, yang artinya 100x lipat lebih tinggi dari batasan normal sebuah udarah yang dapat dihirup selama 24 jam non-stop, hal ini akan berdampak pada pengendapan partikel padat dari asap rokok elektronik dalam.
4. Rokok elektronik membuat bakteri berbahaya lebih sulit untuk dibunuh.
Penelitian yang dilaporkan oleh Laura Crotty menyebutkan bahwa para ahli paru dan peneliti menemukan dalam rokok elektronik bakteri Staphylococcus Aureus yang tahan antibiotik, bakteri yang pada dasarnya lazim ditemukan pada tubuh manusia, namun mampu menyerang tubuh disaat penurunan kondisi.. Staphyloccus aureus diketahui merupakan bakteri yang lazim menginfeksi pada saluran nafas dan infeksi pada daerah kulit.
Kekebalan S. Aureus pada antibiotik ini diduga akibat dari paparan nikotin dari asap rokok elektronik yang membuat mereka mempunyai kemampuan untuk membentuk lapisan yang mampu melindungi diri dari ancaman antibiotik yang kita berikan.
Dalam pemberitahuan terbarunya, Komisi Obat dan Makanan di Amerika tidak memberikan garansi bahwa rokok elektronik lebih aman dibandingkan dengan rokok biasa, namun ada baiknya jika anda seorang perokok dan ingin mengalihkan perhatian anda terhadap rasa lapar akan rokok, pilihan beralih ke rokok elektronik bukan hal yang bijaksana.