Sakit kepala berulang meski sudah minum obat? Bisa jadi itu adalah tanda dari rebound headache. Istilah tersebut menggambarkan kondisi sakit kepala akibat penggunaan obat pereda nyeri dalam jangka waktu lama ataupun obat ergotamine untuk mengobati migrain yang dihentikan tiba-tiba, yang kemungkinan akan memicu sakit kepala jenis ini.
Secara medis, sakit kepala disebut sebagai cephalgia. Sakit kepala itu sendiri dibagi menjadi dua jenis, yakni sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder.
-
Sakit kepala primer
Jenis nyeri kepala ini tidak dipicu oleh penyakit lain yang ada dalam tubuh. Sifatnya bisa kronis, bisa muncul setiap hari dan dirasakan selama berhari-hari, bahkan bisa sampai satu bulan lamanya. Tipe sakit kepala primer yang umum ditemui adalah: sakit kepala tipe tegang (tension headache), sakit kepala cluster (cluster headache), dan migrain.
-
Sakit kepala sekunder
Sakit kepala jenis ini dipicu oleh adanya penyakit lain dalam tubuh. Jadi, kemunculan sakit kepala ini merupakan gejala penyakit tertentu. Tipe sakit kepala sekunder yang paling umum adalah: sakit kepala berulang (rebound headache), thunderclap headache, sakit kepala alerti atau sinus, sakit kepala akibat kafein, sakit kepala darah tinggi, sakit kepala saat olahraga (exertion headache), dan sakit kepala pasca trauma (post-traumatic headache).
Mengenal rebound headache lebih dekat
Dari penjelasan di atas, sakit kepala berulang atau rebound headache masuk ke dalam kategori sakit kepala sekunder. Gejala dari sakit kepala jenis ini meliputi emosi tidak stabil atau mudah marah, mual dan gelisah. Selain itu, kesulitan dalam mengingat juga bisa menjadi beberapa gejala adanya sakit kepala jenis ini.
Gejala yang muncul bisa berbeda, tergantung pada jenis obat yang dikonsumsi. Sakit kepala ini cenderung terjadi setiap hari dan umumnya lebih buruk dirasakan pada pagi hari. Kondisi ini dapat membaik dengan obat, tetapi dapat muncul kembali setelah efek obat habis.
Obat-obatan yang sering menimbulkan sakit kepala berulang ini adalah obat pereda nyeri seperti parasetamol, aspirin, ibuprofen, dan kodein.
Penggunaan obat-obatan tersebut secara terus-menerus atau secara berlebihan akan membuat tubuh kebal (resisten) terhadap obat tersebut. Akibatnya, tubuh memerlukan obat yang lebih kuat untuk mengatasi nyeri kepala yang dialami.
Ketika penggunaan obat dihentikan, bisa muncul respons seperti ketagihan. Kondisi inilah yang disebut dengan nyeri kepala berulang, sehingga penderita cenderung akan minum obat lagi. Pada titik ini, berhentinya minum obat yang sebenarnya memicu sakit kepala.
Sebaliknya, obat sakit kepala cukup dikonsumsi tak lebih dari 2-3 hari. Lebih dari itu, risiko mengalami rebound headache meningkat.
Rebound headache bisa dihindari
Penggunaan obat sakit kepala berlebihan bisa dihindari dengan mencari tahu penyebabnya, sehingga pasien tidak bergantung pada obat dan bisa mengontrol nyeri dengan metode lebih alami.
Selain itu, menghindari pemicu sakit kepala (pada kasus sakit kepala primer) adalah cara paling efektif. Pemicu yang sering ditemukan adalah akibat konsumsi cokelat, keju, MSG, garam, serta kondisi lainnya seperti kurang tidur, stres, masalah hormonal, dan lain-lain.
Mengusir sakit kepala terus-menerus memang paling baik adalah dengan mengatasi akar penyebabnya terlebih dulu. Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan sakit dan mengurangi frekuensinya, antara lain:
- Mengurangi penggunaan obat nyeri kepala, yaitu jangan lebih dari 15 hari tiap bulannya.
- Coba terapi pijat atau akupresur untuk mengurangi ketegangan pada otot-otot kepala, leher, dan pundak.
- Cari tahu, catat, dan hindari pemicu sakit kepala. Catat secara mendetail tiap serangan terjadi, seperti kapan dimulainya, apa yang sedang dilakukan saat itu, dan berapa lama serangan terjadi.
- Jangan melewatkan waktu makan, hindari pula makanan atau minuman yang mengandung kafein.
- Bila berat badan berlebih, usahakan untuk diet.
- Rutin berolahraga.
- Kelola stres dengan baik dengan melakukan meditasi atau mendalami hobi.
Itulah rebound headache, sakit kepala berulang meski sudah minum obat. Jika Anda mengalaminya, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat. Hindari mengobati sendiri sakit kepala dengan obat-obatan warung tanpa resep dokter, apalagi mengonsumsinya secara berlebihan.
(RN/ RVS)