Untuk pertama kalinya, otoritas kesehatan Guinea di Afrika Barat mengonfirmasi satu kasus tewas akibat demam berdarah Marburg. Penyakit ini disebabkan infeksi virus Marburg.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan virus Marburg sangat menular dan mematikan. Virus ini pernah menewaskan lebih dari 200 orang di Angola.
Sejak ditemukan pertama kali pada 1967, penyebaran virus Marburg sangat masif di kawasan Afrika bagian selatan dan timur. Lantas, apa yang menyebabkan virus ini begitu menular? Simak penjelasan medis berikut.
Mengenal Virus Marburg
Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, virus Marburg dapat menyebabkan demam berdarah pada manusia dan primata non-manusia.
Artikel lainnya: Mengenal Virus MERS Penyebab Flu Unta
Secara genetik, virus RNA hewan ini berasal dari keluarga filovirus. Salah satu anggota keluarga filovirus yang dikenal mematikan adalah virus Ebola.
Virus Marburg pertama kali diidentifikasi pada tahun 1967. Virus ini menyebabkan wabah demam berdarah di lingkungan laboratorium Marburg dan Frankfurt, Jerman.
Pada saat bersamaan, demam berdarah Marburg juga menjangkiti petugas laboratorium di Beograd, Yugoslavia (kini Serbia).
Saat itu, terdapat 30 orang yang terinfeksi, terdiri dari pekerja laboratorium, tenaga medis, serta keluarga yang merawat. Tujuh di antaranya dilaporkan tewas.
Orang pertama yang terinfeksi, terpapar virus Marburg usai membedah monyet hijau yang diimpor dari Afrika.
Berdasarkan hasil penelusuran, inang reservoir virus Marburg merupakan kelelawar buah, Rousettus aegyptiacus. Hewan ini bermukim di seluruh gua yang tersebar di Afrika.
Namun uniknya, kelelawar Rousettus tidak menunjukkan gejala apa pun ketika virus Marburg bersarang di tubuh mereka.
Justru primata—termasuk manusia—yang terinfeksi virus Marburg dapat mengembangkan penyakit serius hingga mengalami kematian.
Artikel lainnya: Awas, Infeksi Virus Lambung Mengintai Kesehatan Anda
Bagaimana Penularannya?
Anda dapat tertular jika melakukan kontak langsung dengan cairan maupun jaringan tubuh hewan yang terinfeksi virus Marburg. Penularan juga dapat terjadi melalui benda atau peralatan yang terkontaminasi cairan tubuh hewan tersebut.
Selain itu, CDC mencatat penularan virus Marburg dari hewan ke manusia bisa melalui kotoran serta aerosol hewan.
Berdasarkan FK UI, aerosol merupakan tetesan pernapasan yang sangat kecil. Aerosol dapat menempel di udara selama berjam-jam.
Sementara itu, penularan di antara sesama manusia terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi virus Marburg.
Gejala Demam Berdarah Marburg
Gejala demam berdarah Marburg muncul setelah virus ini mengalami masa inkubasi selama 5-10 hari di dalam tubuh orang yang terinfeksi.
Pada tahap awal, gejala virus Marburg menyebabkan:
- demam
- menggigil
- sakit kepala
- nyeri otot
- ruam makulopapular (paling terlihat jelas di area dada, punggung, dan perut)
- mual
- muntah
- nyeri dada
- sakit tenggorokan
- sakit perut
- diare
Infeksi virus Marburg kemudian dapat berkembang dan memicu sejumlah gejala lanjutan, antara lain penyakit kuning, radang pankreas, penurunan berat badan secara drastis, delirium, gagal hati, perdarahan masif, dan disfungsi multiorgan.
CDC mencatat tingkat fatalitas kasus (angka kematian yang disebabkan penyakit) demam berdarah Marburg berkisar 23-90 persen.
Artikel lainnya: Mengenal Aedes Aegypti, Si Pembawa Virus Zika
Perawatan Demam Berdarah Marburg
Hingga saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk mengatasi infeksi virus Marburg. Namun demikian, secara umum dr. Alvin Nursalim, Sp. PD mengatakan orang yang positif demam berdarah Marburg harus diisolasi dan diberikan perawatan suportif.
Isolasi pasien demam berdarah Marburg harus dilakukan secara ketat. Tenaga kesehatan (nakes) yang merawat pun harus disiplin menerapkan protokol kesehatan. Tidak boleh ada kontak fisik langsung dengan pasien.
“Untuk menghindari darah terdampak virus, mereka juga harus mencuci tangan dan menggunakan APD,” jelas dr. Alvin.
Selain itu, nakes harus melakukan sterilisasi dengan membuang jarum, peralatan maupun ekskresi pasien dengan semestinya.
Bentuk perawatan suportif yang dilakukan antara lain memastikan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien, mempertahankan status oksigen dan tekanan darahnya, serta memberikan darah tambahan.
Apabila diperlukan, dapat pula dilakukan pengobatan lanjutan untuk mengatasi komplikasi infeksi virus Marburg.
Itu dia serba-serbi penularan virus Marburg. Terapkan pola hidup bersih dengan raji mencuci tangan dan menggunakan perlindungan untuk mencegah terpapar virus tersebut.
Manfaatkan fitur Live Chat 24 jam dari aplikasi Klikdokter untuk berkonsultasi langsung dengan dokter.
[HNS/JKT]