Sudah menjadi rahasia umum bahwa sulit tidur nyenyak alias insomnia itu menyiksa. Tapi, bagaimana bila Anda mudah mengantuk dan mudah tertidur meskipun sudah tidur cukup pada malam hari? Apakah hal tersebut patut disyukuri? Tentu saja tidak. Karena pada dasarnya, keduanya merupakan kondisi yang tidak normal dan dapat dikatakan sebagai gangguan tidur.
Insomnia umumnya lebih populer ketimbang kondisi sering mengantuk dan mudah tertidur. Kondisi sering mengantuk dan mudah tertidur pada siang hari itu disebut dengan hipersomnia.
Apa penyebab hipersomnia dan bagaimana gejalanya?
Orang yang mengalami hipersomnia biasanya akan kesulitan saat waktu bangun tidur tiba. Pada kondisi ini, keinginan untuk tidur dapat terjadi kapan saja, sekalipun saat Anda berkendara atau melakukan pekerjaan sibuk lainnya. Itulah mengapa, hipersomnia sangat berbahaya, karena berisiko mengganggu keselamatan saat beraktivitas sehari-hari.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hipersomnia, antara lain:
- Gangguan tidur, seperti narkolepsi (rasa kantuk pada siang hari) dan apnea tidur (gangguan pernapasan saat tidur)
- Memiliki berat badan berlebih
- Penggunaan obat-obatan terlarang ataupun alkohol
- Pernah mengalami cedera kepala atau memiliki penyakit neurologis, seperti sklerosis ganda• Faktor genetik
Sebelum memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan apakah benar Anda terkena hipersomnia, ada baiknya Anda memperhatikan beberapa gejalanya, yakni:
- Sering tertidur pada siang hari dan meskipun sudah sempat tertidur, Anda tidak merasa segar setelahnya.
- Tertidur secara tiba-tiba, bahkan saat Anda sedang makan ataupun berbicara.
- Meski sudah tidur siang, Anda tetap tidur dalam waktu yang lama pada malam hari.
Apabila benar Anda mengalami sejumlah gejala di atas, segera periksakan kondisi itu ke dokter untuk mendapatkan diagnosis lebih pasti. Selain melihat riwayat medis dan riwayat keluarga, dokter akan melakukan pemeriksaan skala kantuk epworth untuk menilai rasa kantuk yang dialami, mencatat agenda tidur, melakukan polisomnogram untuk memantau aktivitas otak hingga kadar oksigen saat Anda tertidur.
Sehari setelah polisomnogram, akan dilakukan pemeriksaan latensi tidur multipel untuk mengukur rasa kantuk, tipe, serta derajat tidur yang dialami selama tidur siang. Jika hasilnya benar bahwa Anda mengalami hipersomnia, dokter akan memberikan pengobatan stimulan tertentu untuk membantu tubuh tetap terjaga pada siang hari. Selain itu, dokter juga akan menyarankan Anda untuk membuat pola tidur malam yang rutin dan menghindari alkohol serta kafein.
Penyebab lain dari mudah mengantuk
Kondisi selalu mengantuk dan mudah tertidur ini mirip dengan gejala gangguan kesehatan lain di luar hipersomnia. Apabila Anda sudah mendapatkan pemeriksaan dan hasilnya bukan hipersomnia, menurut dr. Dyan Mega Inderawati dari KlikDokter ada penyebab lain dari kondisi tersebut.
“Ya, mudah mengantuk dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya kekurangan oksigen di otak, anemia, penyakit kronis, kurang olahraga, hipoglikemia, dan masih banyak lagi,” jelas dr. Dyan. Tak cuma itu, asupan makanan yang kurang memadai sehingga menyebabkan defisiensi mineral tertentu untuk tubuh juga dapat membuat Anda mudah mengantuk.
Hipersomnia merupakan gangguan tidur yang harus segera dicari akar penyebabnya. Karena kalau tidak, hal tersebut akan membahayakan kesehatan dan keselamatan diri Anda. Anda bisa menurunkan risiko hipersomnia dengan menciptakan lingkungan tidur yang memadai dan menghindari alkohol. Serta, hindarilah obat-obatan yang dapat menyebabkan kantuk serta jangan sering begadang.
[RS/ RVS]