Setiap orang punya preferensi berbeda-beda terhadap aroma yang disuka. Ada yang suka aroma bunga, aroma hujan, bensin, ada pula yang suka menghirup aroma lilin batik (malam) yang dipakai untuk membuat batik tulis. Ternyata, kegemaran tersebut bisa mengundang bahaya bagi kesehatan.
Berkenalan dengan malam
Dikutip dari berbagai sumber, sebelum menggunakan malam untuk membuat batik tulis atau batik cap, dulunya pembatik banyak memanfaatkan sarang lebah. Bagian dalam sarang lebah yang berbentuk heksagonal ternyata terbuat dari semacam lilin.
Lilin dalam sarang lebah tersebut tersusun atas asam lemak dan senyawa alkohol. Sarang lebah itu sendiri disebut oleh orang Jawa sebagai “malam”. Itu sebabnya, hingga kini lilin untuk membatik (meski sudah tidak sepenuhnya memakai sarang lebah) tetap disebut sebagai malam.
Lilin batik secara umum terbuat dari berbagai macam bahan yang mampu menahan air, misalnya gondorukem (getah pinus), parafin, microwax, getah pohon damar, lemak binatang (gajih), minyak kelapa, bees wax (lilin lebah), dan lain sebagainya.
Apakah asap dan aroma lilin batik berbahaya jika sering dihirup?
Sebelum dijadikan “tinta gambar” oleh pembatik, malam biasanya dilelehkan dulu. Caranya adalah dengan meletakkannya di wajan kecil di atas bara api. Setelah mencair, barulah cairan malam tersebut diambil menggunakan canting dan digoreskan di atas kain.
Semakin lama lilin dipanaskan, maka akan timbul asap dari wajan kecil tersebut. Menurut dr. Karin Wiradarma dari KlikDokter, jika asap dari pemanasan malam itu terus-menerus dihirup oleh pembatik atau orang di sekitarnya, bisa terjadi gangguan pernapasan. Misalnya batuk-batuk atau sesak napas jika sensitif.
“Asap, apa pun itu asapnya, mau dari pembakaran sampah, pabrik, kendaraan, hingga pemanasan lilin batik, tetap saja tidak baik untuk kesehatan. Di dalam asap, terdapat polutan atau zat-zat kimia yang berbahaya. Mungkin efeknya tidak langsung terasa, tetapi bukan berarti aman-aman saja meski baunya bagi sebagian orang dianggap enak,” kata dr. Karin menjelaskan.
Ia juga menegaskan bahwa bukan berarti Anda dilarang untuk menghirup aroma atau asam lilin, tetapi jangan dilakukan terlalu berlebihan.
Asap hasil pemanasan atau pembakaran biasanya mengandung ozon. Ozon merupakan zat polusi yang paling berhubungan dengan angka kejadian sakit kepala. Oleh sebab itu, tak cuma gangguan pernapasan, orang sensitif yang kerap menghirup asap hasil proses pelelehan malam akan mengalami sakit kepala, khususnya migrain.
Ada sebuah penelitian yang diterbitkan dalam “Jurnal Respirasi Indonesia” tahun 2014 berkesimpulan, terdapat hubungan antara paparan asap lilin batik terhadap perubahan fungsi paru pekerja industri batik tradisional walaupun secara statistik tidak bermakna.
Kelompok yang terpapar asap lilin batik memiliki risiko untuk mengalami kelainan fungsi paru 4,67 lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpapar. Selain itu, pekerja dengan kelainan fungsi paru mempunyai rerata masa bekerja yang lebih lama dibandingkan dengan pekerja dengan fungsi paru normal.
Jika asap pemanasan lilin batik memang dianggap berbahaya jika dihirup setiap saat, bagaimana dengan menghirup aroma lilin batik yang sudah digoreskan pada kain dan sudah mengering (sudah dalam bentuk kain batik yang siap jual)?
“Kain batik tulis memang memiliki aroma khas yang disukai oleh sebagian orang. Jika yang dihirup adalah malam yang sudah kering di kain, maka itu tidak menimbulkan efek berbahaya,” pungkas dr. Karin.
Memang terdapat bahaya di balik paparan menghirup aroma lilin batik (malam). Namun asal tidak dilakukan secara terus-menerus atau secara intens, efek samping bisa dihindari. Sekaligus memperingati Hari Batik Nasional tiap tanggal 2 Oktober, daripada menghirup aroma lilin batik, lebih baik tambah pengetahuan tentang sejarah batik dan motifnya, cara pembuatannya, serta kenakan batik favorit Anda di rumah.
(RN)