Tak hanya anak-anak, orang dewasa juga bisa mengalami tantrum. Masih ingat beberapa waktu lalu ada viral pria yang mengamuk dan membanting motornya karena tak terima dirinya ditilang oleh polisi? Mungkin bisa terjadi pada Anda atau orang-orang di sekitar, ketahui cara mengatasi tantrum pada orang dewasa.
Kalau anak kecil mengatasi tantrum, mungkin orang dewasa lebih mengerti tentang apa yang harus dilakukan. Namun, jika itu terjadi pada orang dewasa, Anda mungkin akan kebingungan.
Tantrum adalah suatu perilaku mengganggu berupa ledakan emosi yang sering kali melibatkan kegiatan fisik atau berteriak. Pada anak kecil, kondisi ini lebih sering ditemui, akibat masih kurangnya kemampuan mengontrol emosi dan komunikasi untuk mengekspresikan kemarahan, rasa kecewa, atau frustasi.
Orang dewasa umumnya dianggap memiliki berbagai kemampuan yang sudah matang dibandingkan anak kecil. Namun, nyatanya orang dewasa juga masih bisa mengalami tantrum. Padahal, orang dewasa diharapkan dapat mengekspresikan kemarahan melalui kata-kata, malah bukannya tantrum.
Artikel lainnya: Anak Tantrum, Dibujuk atau Dibiarkan Saja?
Sama seperti pada anak-anak, bentuk tantrum pada orang dewasa bisa berupa menjerit-jerit dan berteriak, ledakan emosi, melempar-lempar barang, dan sebagainya. Namun, yang terjadi juga bisa kebalikannya, yakni dalam bentuk perilaku pasif agresif, seperti mendiamkan dan mengacuhkan sebagai cara memanipulasi agar kehendaknya dituruti.
Cara Mengatasi Tantrum pada Orang Dewasa
Langkah pertama adalah tetap tenang. Perlu diakui, melihat orang dewasa tantrum bisa sangat menjengkelkan dan bisa jadi Anda terpancing emosi. Namun, semakin Anda terlibat, maka perilaku tersebut bisa makin menjadi-jadi. Jadi, sebisa mungkin jagalah emosi Anda tetap netral. Seperti tantrum pada anak kecil, biarkan orang tersebut melewati fase tantrumnya.
Selanjutnya, lakukan ini:
-
Waspada Terhadap Situasi
Apabila terlihat membahayakan, jangan ragu untuk meninggalkan orang dewasa yang sedang tantrum. Misalnya saja jika orang tersebut mengancam akan menyakiti, atau sampai melempar barang. Orang dewasa yang sedang mabuk atau dalam pengaruh obat juga bisa berpotensi membahayakan diri orang-orang di sekitarnya.
Bila mengalami kondisi tersebut, amankan situasi terlebih dulu, yaitu dengan menjauhinya. Bagaimanapun juga, Anda tak akan mampu membangun komunikasi bila ia masih meledak-ledak.
Artikel lainnya: Tak Cuma Balita, Bayi Ternyata juga Bisa Tantrum
-
Mulai Komunikasi Bila Orang Tersebut Terlihat Mulai Tenang
Bila kondisi tantrum sudah mereda, Anda bisa memanfaatkan momen tersebut untuk berkomunikasi.
Mulailah percakapan dengan menunjukkan empati. Tantrum disebabkan oleh luapan emosi yang tidak dikendalikan dengan baik. Anda bisa mencoba memulai komunikasi dengan mengatakan, “Saya paham kenapa kamu emosi atau frustasi ...”
Setelah mencoba untuk berempati, coba jelaskan tentang batasan perilaku yang bisa atau tidak diterima, seperti tetap berusaha memahami perasaannya. Misalnya, jelaskan bahwa Anda mengerti kenapa ia kesal akan kondisi tertentu. Namun, perilaku mengamuk atau meneriaki Anda tak bisa ditoleransi.
Jika penjelasannya bisa diterima, Anda dapat melanjutkan komunikasi untuk mencari tahu akar permasalahan yang memicu tantrum yang dialaminya.
Usahakan menggunakan pertanyaan terbuka, sehingga lawan bicara dapat lebih bebas mengekspresikan dirinya. Dengarkan baik-baik penjelasannya, tidak perlu merasa diserang secara pribadi, dan nilai apakah ada benarnya alasan lawan bicara Anda emosi.
Dengan demikian, diharapkan Anda dan lawan bicara dapat berkomunikasi dengan baik untuk sama-sama memahami masalah penyebab tantrum, lalu cari jalan keluarnya.
Apabila selama berkomunikasi situasi malah memanas, jangan ragu untuk berhenti dulu. Jelaskan bahwa pembicaraan perlu dihentikan sementara, tetapi bisa dilanjutkan apabila situasi sudah lebih tenang.
- Minta Maaf Jika Anda Melakukan Kesalahan
Apabila Anda melakukan kesalahan, akui dan segera minta maaf secara baik-baik. Hal tersebut dapat meredam emosi dan membuat keadaan jadi lebih baik. Tak ada salahnya sesekali mengalah. Bila emosinya sudah terlihat stabil, berbicara tentu akan lebih mudah.
Itulah beberapa cara untuk mengatasi tantrum pada orang dewasa. Namun, bila tantrum terjadi cukup sering atau makin sering, tak ada salahnya mencoba konseling, terapi amarah (anger management), psikoterapi dan sebagainya setelah berkonsultasi dengan ahli kejiwaan. Apalagi jika ada gejala seperti gangguan kecemasan atau depresi. Bagaimanapun juga, orang dewasa seharusnya lebih mampu mengontrol emosinya, bukannya malam tantrum seperti anak kecil.
(RN/RPA)