Seorang wanita bernama Titi Wati asal Palangka Raya, Kalimantan Tengah mengalami obesitas dengan berat badan mencapai 350 kilogram. Kegemarannya ngemil gorengan disinyalir menjadi pemicu dirinya mengalami obesitas. Tapi benarkah gorengan bisa memicu obesitas?
Nama Titi Wati (37) belakangan menjadi perbincangan masyarakat setelah tubuhnya yang seberat 350 kg viral menjadi bahan pemberitaan. Seperti melansir dari Liputan6.com, wanita yang diperkirakan sebagai wanita tergemuk di Kalimantan Tengah itu mengalami peningkatan berat badan drastis dalam kurun waktu 7 tahun terakhir.
Awalnya, wanita yang akrab disapa Wati ini mengaku bahwa berat badannya adalah 167 kg, tetapi lama kelamaan berat badannya semakin tidak terkontrol dan mencapai 350 kg. Saat ini, Titi hanya bisa berbaring di kamarnya dan sulit untuk bergerak.
Artikel Lainnya: Waspada Bahaya di Balik Makanan Gorengan
Bahkan, Wati saat ini sama sekali tidak bisa berdiri karena kakinya tidak mampu untuk menahan berat badannya yang semakin berat setiap harinya. Kondisi ini juga membuat ia selalu merasa kram dan badannya selalu sakit.
"Setiap kali bangun tidur, bagian kaki saya selalu sakit seperti kram, kemudian badan terasa sakit semua," ucap Wati.
Ibu satu anak ini mengaku berat badannya terus bertambah karena tidak pernah absen ngemil gorengan dan minum es setiap hari. Kini, dia sedang berjuang untuk mengurangi porsi ngemilnya supaya berat badannya tidak semakin bertambah.
Benarkah gorengan menyebabkan obesitas?
Siapa yang bisa menyangkal nikmatnya gorengan, dari mulai tahu, tempe, bakwan, dan pisang gorang. Makanan ini pun semakin nikmat jika baru diangkat dari penggorengan, dan dinikmati bersama saus atau cabai rawit!
Sayangnya, gorengan memang berpotensi tinggi mengakibatkan obesitas. Sebenarnya, penyebabnya bukanlah karena bahan pokoknya, melainkan karena minyak yang digunakan untuk menggoreng.
Menurut dr. Alberta Jesslyn Gunardi. BMedSc Hons dari KlikDokter, pengolahan bahan-bahan tersebut melalui proses digoreng membuat nutrisi seperti tempe, tahu, dan pisang menjadi ‘ternoda’. Sebab, minyak tersebut membuat gorengan memiliki kandungan lemak jenuh dan lemak trans. Apalagi, biasanya tukang gorengan jarang mengganti minyak goreng mereka.
Lemak jenuh dan lemak trans adalah jenis lemak yang sangat jahat bagi tubuh manusia. Penggunaan minyak dalam mengolah gorengan juga menjadikan camilan ini turut menyebabkan perut buncit.
"Satu sendok makan minyak goreng mengandung 13,6 gram lemak dan 117 kalori. Padahal, lemak memiliki kemampuan yang rendah untuk menstimulasi leptin (hormon yang menekan nafsu makan). Sehingga, ketika makan gorengan, orang sulit untuk berhenti," ujar dr. Jesslyn.
Artikel Lainnya: Bahaya Makan Gorengan untuk Kesehatan Kulit
Selain itu, tingginya kadar lemak pada gorengan dapat menyebabkan penumpukan lemak di hati yang nantinya akan berujung pada kerusakan organ hati secara permanen dan bisa menyebabkan kematian.
Namun, lemak tidak bisa disalahkan sebagai penyebab satu-satunya. Karena kalori juga dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Jika sudah terkena obesitas, penyakit lain bisa saja datang. Pasalnya, obesitas bisa menyebabkan penyakit jantung, hipertensi, kanker, dan diabetes.
Saat ini tim dokter dari RSUD dr. Doris Sylvanus berencana memberikan pertolongan medis berupa prosedur pengecilan lambung.
Kini Anda telah mengetahui betapa berbahayanya mengonsumsi gorengan secara berlebihan. Berkaca pada kondisi Titi Wati, wanita 350 kg yang mengalami obesitas, ada baiknya Anda mengurangi kegiatan ngemil, apalagi makan gorengan. Sebab, makan gorengan jelas bisa membuat badan Anda rentan mengalami obesitas yang berujung pada penyakit berbahaya lainnya.
[NP/ RVS]