Tahun 2019 lalu (31/12) harus ditutup dengan hujan deras yang berlangsung hingga keeskoan harinya. Hal ini menyebabkan sejumlah besar daerah di Jabodetabek direndam banjir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan menyatakan sekitar 31.323 warga yang berasal dari 158 kelurahan di Jabodetabek terpaksa mengungsi akibat tempat tinggalnya terendam banjir.
Informasi yang dilansir dari DetikNews, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan curah hujan pada Rabu (1/1) lalu adalah yang tertinggi selama 24 tahun terakhir. Ini dicatat sejak tahun 1996. Kawasan yang paling tertinggi curah hujannya ada di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, yakni sekitar 377 mm/hari. Tentunya, hal ini membuat Bandara Halim Perdanakusuma lumpuh. Bahkan, daerah sekitarnya juga terkena imbas.
Bagi warga yang tinggal di wilayah yang “akrab” dengan banjir, penyakit yang menyertai banjir dan musim hujan mesti diwaspadai. Pasalnya, ada risiko infeksi bakteri yang terbawa oleh banjir. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan, penyakit yang bisa timbul akibat banjir bisa berasal dari air banjir itu sendiri (water-borne disease) maupun bersumber dari serangga (vector-borne disease).
Mengetahui risiko yang mungkin terjadi dan mengambil langkah-langkah pencegahan adalah cara paling efektif untuk mengurangi kemungkinan terkena penyakit saat banjir akibat infeksi bakteri.
Risiko Infeksi Bakteri Saat Banjir
Selama banjir, banyak jenis bakteri terkumpul dan tersimpan dalam genangan air. Itu dapat memunculkan risiko kesehatan serius bagi warga yang yang kebanjiran. Berikut ini adalah beberapa bakteri yang kerap ditemui saat musim banjir.
1. E. Coli
Bakteri ini berasal dari kotoran manusia dan hewan, yang bercampur dalam genangan banjir dan dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius jika tertelan.
Jika sampai terkontaminasi, bisa muncul gejala diare yang mendadak, parah, dan berair atau berdarah; kram perut; mual dan muntah; kehilangan nafsu makan; kelelahan; dan demam.
Artikel Lainnya: Rawan Banjir, Catat Posko Kesehatan yang Disiapkan Dinkes DKI Jakarta
2. Clostridium tetani
Bakteri tersebut merupakan penyebab penyakit tetanus, yang bisa masuk ke dalam tubuh lewat luka yang terbuka.
“Yang rentan mengalaminya adalah orang-orang yang mengalami luka dalam dan kotor, serta tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang lengkap sebelumnya,” kata dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, dari KlikDokter.
“Selain itu, tetanus juga rentan dialami oleh bayi yang baru saja dilahirkan melalui prosedur yang tidak steril. Miisalnya jika persalinan dilakukan sendiri di rumah atau tidak dibantu oleh tenaga kesehatan terlatih,” tambahnya.
3. Vibrio
Di Indonesia, bakteri Vibrio yang kerap dijumpai adalah Vibrio cholerae yang menyebabkan penyakit kolera. Selain lewat air yang terkontaminasi, ada beberapa cara penyebaran Vibrio cholerae.
“Diare yang disertai muntah dan kejang perut, dapat datang secara tiba-tiba. Penularannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri yang terdapat dalam muntahan maupun feses penderita,” kata dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter menjelaskan.
Jika tidak segera ditangani, penderitanya bisa kehilangan banyak cairan dan mengalami dehidrasi, bahkan bisa mengancam nyawa.
4. Salmonella typhi
"Salmonella typhi dapat mengontaminasi makanan atau minuman. Untuk menghindarinya, pastikan makanan yang akan dikonsumsi terjaga kebersihannya. Hindari mengonsumsi makanan dari area yang tidak bersih dan berisiko terkontaminasi bakteri," ujar dr. Nadia Octavia, juga dari KlikDokter mengingatkan.
5. Leptospira
"Penyakit karena bakteri ini adalah leptospirosis yang biasanya terdapat pada urine hewan seperti tikus dan sapi. Anda bisa terinfeksi leptospirosis apabila berada di air yang terkontaminasi dalam waktu lama atau melalui kontak dengan luka terbuka," kata dr. Nadia lagi.
Artikel Lainnya: Banjir di Musim Hujan, Waspadai Hipotermia!
Penyakit-Penyakit yang Ditularkan oleh Nyamuk
Saat musim banjir atau banyaknya genangan air karena hujan, nyamuk dapat berkembang biak lebih banyak, meningkatkan risiko penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah dengue (DBD). Cegah infeksi penyakit dengan cara-cara di bawah ini.
-
Jauhi Banjir
Cara terbaik untuk menjaga diri dari berbagai risiko penyakit adalah dengan menjauhi area banjir. Bila tak mungkin, jangan memaksakan diri untuk menerjang banjir atau batasi waktu Anda terpapar genangan banjir.
-
Pakai Pelindung
Kenakan pakaian pelindung yang akan membatasi paparan air banjir, misalnya sepatu bot banjir. Selain itu, tutupi semua luka terbuka dengan perban tahan air, terutama bila luka berada di tungkai bagian bawah.
Untuk melindungi diri dari nyamuk demam berdarah, pastikan kebersihan rumah dan siapkan obat pengusir nyamuk atau losion anti serangga. Amannya, jangan menerobos banjir jika status vaksin tetanus Anda tidak jelas atau belum pernah mendapatkannya.
-
Jaga Kebersihan
Setelah terpapar genangan atau banjir, segera mandi jika mungkin, ganti dengan pakaian bersih, atau paling tidak cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Benda-benda yang sempat terendam banjir dapat dibersihkan secara menyeluruh dengan campuran air dan pemutih.
Cara Survive Hadapi Banjir
Jika Anda bersentuhan atau terpapar dengan genangan air atau membersihkan barang-barang yang sempat terendam air, pastikan tidak ada luka terbuka pada kulit, apalagi sampai menunjukkan tanda infeksi.
Banjir tak hanya bikin emosi, tapi membuat warga harus waspada akan bakteri saat banjir. Untuk mencegahnya, terapkan kiat-kiat di atas. Jaga daya tahan tubuh dengan menerapkan pola makan sehat, istirahat cukup, olahraga rutin, serta jauhi kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol berlebih.
(RN/AYU)