Tren perawatan kulit memang tidak ada habisnya. Beberapa waktu lalu, 10 step Korean skin care menjadi booming dan diikuti banyak orang.
Kini, muncul tren kebalikannya, yakni skin fasting atau puasa skin care. Katanya, semakin sedikit pakai tahapan skin care, semakin bermanfaat untuk mengembalikan keseimbangan kulit secara alami. Benarkah demikian?
Apa itu Skin Fasting?
Skin fasting atau puasa skin care adalah tren perawatan terbaru yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi keseimbangan kulit.
Uniknya, bukan dengan memakai berbagai macam skin care, melainkan Anda harus puasa atau stop pakai skin care selama beberapa waktu.
Pemakaian skin care dianggap melatih atau merangsang kulit untuk melakukan fungsi sesuai tujuan produk perawatan itu sendiri. Maka, lama-kelamaan kulit akan kehilangan fungsi alaminya untuk bekerja merawat bagiannya sendiri.
Contohnya, saat pakai pelembap, Anda memberi sinyal atau perintah ke kulit agar tak perlu menghasilkan sebum minyak alami.
Lalu, saat pakai skin care eksfoliasi yang mengandung retinol, alpha hydroxy acids (AHA), atau beta hydroxy acids (BHA), secara tak langsung Anda memerintah kulit agar segera mengganti sel-sel lama dengan yang baru.
Ketika kita berhenti pakai skin care beberapa waktu, diharapkan bisa mengembalikan tugas atau fungsi alami kulit dan wajah bisa terlihat lebih sehat.
Artikel Lainnya: Mitos Tentang Skincare yang Tak Perlu Anda Percaya
Benarkah Skin Fasting Ini Bermanfaat?
Menanggapi tentang tren perawatan kulit ini, menurut dr. Adeline Jaclyn skin fasting bukan sesuatu yang sudah terbukti secara ilmiah, namun hanya sebatas pengalaman orang saja.
Manfaat yang didapat pun sekadar mencegah iritasi karena pemakaian beberapa jenis skin care yang berlebihan saja.
“Skin fasting dilakukan untuk stop menggunakan produk perawatan yang dapat mengiritasi, seperti antiaging (antipenuaan), vitamin C, atau eksfoliasi selama beberapa waktu,” jelas dr. Adeline.
“Bahan tersebut memang membantu masalah seperti pori tersumbat atau kulit kusam. Namun, dapat merusak struktur dan menghilangkan minyak alami kulit. Dengan berhenti pakai produk tersebut diharapkan kerusakan tidak terjadi, yang mana memberi kesempatan kulit untuk memperbaiki dan mengatur ulang fungsi alaminya sendiri,” sambungnya.
Senada dengan dr. Adeline, dr. Theresia Rina Yunita mengatakan skin fasting prosesnya bukan benar-benar menghentikan pemakaian skin care secara total.
“Tidak semua orang bisa puasa skin care. Beberapa kondisi kulit tetap butuh skin care, karena produk tersebut bisa memberikan nutrisi yang dibutuhkan kulit,” jelasnya.
Dokter Theresia memberikan contoh, “Pada orang dengan kulit kering, bisa jadi memang genetiknya seperti itu atau karena sering berada di ruangan ber-AC, kurang minum air putih, makanya kulitnya kering. Puasa skin care umumnya tidak memberikan dampak apa-apa karena memang kulit keringnya disebabkan faktor yang disebutkan di atas.”
“Justru, penggunaan moisturizer sangat penting membantu mengembalikan kelembapan yang memang tidak diproduksi oleh kulit itu sendiri. Kecuali kondisi kulit kering ini diperbaiki dengan perubahan pola hidup yang baik, kemungkinan kulit secara ‘alami’ menghasilkan kelembapan sendiri tanpa membutuhkan moisturizer,” tambahnya.
Artikel Lainnya: Ladies, Ini Cara Penggunaan Skincare yang Benar
Meskipun Puasa, Skin Care Ini Tetap Wajib Dipakai
Puasa skin care boleh-boleh saja menurut dr. Adeline dan dr. Theresia, terlebih kalau punya kulit normal alias tidak bermasalah seperti kulit kering atau berjerawat.
Namun, dr. Adeline menganjurkan Anda untuk tetap menggunakan beberapa skin care dasar. “Tetap gunakan produk dasar kulit seperti pelembap, tabir surya, dan sabun pencuci wajah jika puasa skin care,” saran dr. Adeline.
Ketiganya menjadi skin care wajib yang digunakan dalam kondisi apa pun, terutama sunscreen atau tabir surya.
Sebab, tabir surya pada dasarnya bukanlah produk yang merawat kulit. Tabir surya bertujuan mencegah terjadi kerusakan kulit akibat paparan sinar UV matahari. Risikonya jika tak pakai sunscreen, flek hitam atau kanker kulit bisa terjadi.
Dokter There menambahkan, idealnya skin fasting dilakukan selama sebulan saja, “Mengapa sebulan, karena umumnya kulit meregenerasi dengan alamiah setiap 28 hari. Makanya, kalau puasa skin care nggak masalah karena kulit tetap melakukan regenerasi secara alami.”
Artikel Lainnya: Tak Bisa Instan, Ini Waktu yang Diperlukan Skin Care untuk Tunjukkan Hasil
Begini Cara Melakukan Skin Fasting
Jika ingin mencoba puasa skin care, mulailah dengan stop pakai satu produk perawatan kulit selama satu minggu.
Misalnya, pada minggu pertama berhenti dulu pakai produk retinol, setelah itu baru lihat perbedaannya,
Jika tak terjadi perubahan atau efek samping yang signifikan, Anda bisa lanjutkan untuk tak pakai serum atau essence di minggu kedua, lalu lihat lagi perubahan ke depannya.
Intinya, coba hentikan satu per satu produk skin care hingga menyisakan pelembap, face wash, dan sunscreen.
Selama puasa skin care, Anda tetap wajib makan makanan bernutrisi seperti sayur atau buah dan minum air mineral dalam jumlah cukup agar kulit tetap terhidrasi baik.
Perlu diingat, setiap orang punya kondisi kulit berbeda. Jika memiliki masalah kulit wajah serius, jangan menghentikan penggunaan produk perawatan kulit yang diresepkan dokter.
Sangat disarankan untuk konsultasi ke dokter kulit sebelum melakukan skin fasting. Nantinya, dokter akan memeriksa dan menganjurkan produk skin care apa yang bisa Anda skip selama puasa perawatan kulit.
Untuk tahu tentang informasi lebih lanjut tentang masalah puasa skin care, kondisi kulit wajah, atau masalah kesehatan lainnya, Anda bisa membaca artikel yang tersedia di aplikasi KlikDokter. Untuk konsultasi lebih lanjut langsung dengan dokter, gunakan fitur LiveChat 24 jam, ya!
(AYU/ARM)