Kulit yang normal biasanya bisa meregang dan kembali ke posisi semula jika terhidrasi dengan baik. Namun, beberapa orang ada yang memiliki kulit sangat elastis. Bila diregangkan atau ditarik, kulitnya akan sulit untuk kembali semula.
Kondisi itu disebut dengan kulit hiperelastis, atau ada juga yang menyebut hiperelastik.
Hiperelastisitas kulit umumnya terjadi karena gangguan pada produksi zat kolagen dan elastin. Kedua zat tersebut merupakan protein yang berfungsi mengontrol elastisitas kulit.
Kondisi kulit sangat elastis ini bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan. Berikut beberapa penyakit penyebab kulit elastis yang perlu kamu ketahui:
1. Sindrom Ehlers-Danlos (EDS)
Sindrom ini terjadi karena adanya kerusakan pada gen tertentu. Kerusakan gen tersebut memengaruhi protein kolagen dan membuat jaringan ikat menjadi jauh lebih lemah. Hal inilah yang kemudian berdampak pada elastisitas kulit.
Jaringan ikat terdapat di seluruh bagian tubuh. Jaringan ini berfungsi menyokong kulit, tendon, ligamen, pembuluh darah, organ dalam, serta tulang. Tugas lainnya adalah mengangkut jaringan dan zat lain.
Pada sindrom Ehlers-Danlos, terjadi hiperelastisitas dari jaringan ikat sehingga kulit menjadi sangat elastis.
Terdapat beberapa jenis kondisi EDS, di antaranya adalah hypermobility, arthrochalasia, kyphoscoliosis, dermatosparaxis, vascular, dan klasik.
Dari beberapa jenis tersebut, sindrom EDS vaskular merupakan kondisi yang paling serius karena dapat memengaruhi dinding pembuluh darah dan usus.
Artikel Lainnya: Mau Kulit Lebih Kencang? Coba Lakukan Treatment HIFU
2. Sindrom Marfan
Sindrom Marfan merupakan kelainan genetik yang dapat menjadi penyebab kulit elastis, karena memengaruhi jaringan ikat di dalam tubuh.
Mutasi protein fibrillin-1 adalah faktor penyebab sindrom ini terjadi. Mutasi tersebut dapat meningkatkan produksi transformasi growth factor-beta (TGF-β).
Dampaknya, kerusakan jaringan ikat bisa terjadi dan hiperelastisitas kulit pun akan muncul pada penderitanya.
3. Limfoma Sel-T Subkutan
Limfoma merupakan jenis kanker kulit yang muncul pada sel darah putih sistem kekebalan tubuh.
Kondisi ini bisa ditandai dengan ruam di kulit yang menyebar ke seluruh tubuh.
Limfoma sel-T kulit berkembang sangat lambat di dalam tubuh. Jika penyakit ini dapat dideteksi sejak awal, tingkat kesembuhan pasien bisa lebih tinggi.
4. Osteogenesis Imperfecta
Salah satu kondisi yang berhubungan dengan hiperelastisitas kulit adalah osteogenesis imperfecta.
Osteogenesis imperfecta ditandai dengan kondisi tulang mudah patah. Ini disebabkan kelainan pada kolagen.
Patah tulang akibat osteogenesis imperfecta sering terjadi tanpa alasan yang jelas. Terkadang, patah tulang dapat terjadi secara bersamaan. Bahkan, ada beberapa kasus langka di mana patah tulang dialami pada bayi yang belum lahir.
Kelainan yang berhubungan dengan kolagen ini bisa menjadi faktor yang memengaruhi elastisitas kulit.
Artikel Lainnya: Ternyata, Ini Fungsi Kulit bagi Tubuh Manusia
5. PXE
PXE merupakan kelainan yang terjadi ketika terdapat penumpukan mineral di dalam serat jaringan ikat. Pada akhirnya, penumpukan mineral ini memicu hiperelastisitas kulit.
Orang dengan kondisi PXE dapat memiliki benjolan kuning yang disebut dengan papula. Papula biasanya ditemukan di lipatan tubuh seperti leher, ketiak, dan siku.
6. Penuaan
Kerusakan jaringan elastin di dalam tubuh dapat disebabkan oleh penuaan. Semakin tua usia seseorang, maka semakin menurun produksi elastin di dalam tubuhnya.
Akibatnya, tingkat elastisitas kulit jadi menurun. Penuaan dapat membuat kulit meregang dan longgar.
Beberapa faktor yang dapat memicu penuaan dini adalah sebagai berikut:
- Paparan sinar matahari. Sering terpapar sinar matahari dapat merusak kolagen dan menghambat tubuh untuk memproduksi kolagen baru. Dampaknya, kulit menjadi melar dan timbul kerutan. Selain itu, paparan sinar ultraviolet (UV) matahari bisa memecah serat elastin dan membuat kulit kendur.
- Merokok. Kadar enzim yang disebut matrix metalloproteinases (MMP) dapat meningkat saat kamu merokok. Enzim ini mampu menurunkan kadar kolagen di kulit. Peningkatan MMP juga bisa menghambat sintesis kolagen dan membuat kulit mengalami hiperelastisitas.
- Dehidrasi. Ketika tubuh kekurangan cairan, maka kulit dapat mulai menipis dan kendur.
- Kehilangan lemak. Hilangnya lemak dari dalam tubuh dapat mengakibatkan kulit longgar dan melar.
Artikel Lainnya: Jangan Salah Pilih Produk, Kenali Jenis Kulit Anda
Itulah beberapa penyakit yang bisa menyebabkan hiperelastisitas kulit. Umumnya kondisi ini tidak berbahaya, tapi penderitanya tetap harus berhati-hati karena mungkin lebih mudah mendapatkan goresan atau luka pada kulit.
Jika kamu atau keluarga mengalami kulit melar secara tidak normal atau memiliki kulit yang sangat halus, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter guna mencari tahu penyebab pastinya.
Untuk #JagaSehatmu, baca artikel kesehatan yang terbaru dan tepercaya hanya di KlikDokter. Kamu juga dapat berkonsultasi dengan dokter melalui layanan online Tanya Dokter.