Fenomena alam kembali terjadi beberapa waktu belakangan. Secara tiba-tiba, Gunung Merapi mengeluarkan letusan freatik. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) masih menetapkan kondisi normal hingga saat ini. Akan tetapi warga dalam radius tiga hingga lima kilometer dari kawasan gunung mulai dianjurkan untuk pindah ke pengungsian.
Letusan freatik yang terjadi pada Gunung Merapi kali ini dipicu oleh adanya uap air yang bertemu dengan panas. Letusan ini akan mengeluarkan uap air dan debu vulkanik yang terdiri dari beberapa komponen seperti silika, sulfur, dan alumunia.
Sebenarnya, letusan ini bukan yang pertama kali terjadi. Gunung Merapi sudah mengalami letusan freatik beberapa kali sebelumnya.
Gangguan pernapasan akibat letusan gunung
Selain menyebabkan kepanikan tersendiri, letusan gunung juga menimbulkan gangguan pernapasan. Berikut adalah empat jenis gangguan pernapasan yang umum terjadi pasca letusan gunung berapi:
1. Trauma inhalasi
Debu vulkanik, terutama sesaat setelah terjadi letusan, umumnya masih berada dalam suhu yang panas. Saat terhirup, debu panas tersebut dapat menyebabkan saluran pernapasan membengkak (edema) hingga tersumbat. Kondisi ini disebut dengan trauma inhalasi.
Bila hal tersebut terjadi dan tidak diatasi segera, penderitanya akan merasa sesak napas, batuk, terdengar mengi, hingga gagal napas.
2. Peradangan saluran pernapasan bagian atas
Udara yang tercemar debu vulkanik dapat menyebabkan timbulnya iritasi pada saluran pernapasan bagian atas, mulai dari hidung, tenggorokan, hingga trakea. Gejala yang terjadi bervariasi, mulai dari iritasi hidung, batuk, nyeri tenggorokan hingga suara serak. Peradangan ini dapat terjadi pada segala usia, tetapi bayi, anak dan usia lanjut lebih rentan mengalaminya.
3. Kambuhnya alergi dan asma
Bagi mereka yang mengidap asma atau mengalami alergi tertentu, menghirup debu vulkanik dapat menyebabkan gejala alergi dan asma kambuh lebih sering. Saat kambuh, yang terjadi adalah rasa sesak napas, dada terasa berat, suara napas terdengar mengi dan batuk.
4. Gangguan paru-paru kronik
Secara jangka panjang, komponen mineral dalam debu vulkanik yang telah terhirup bisa tetap ada di jaringan paru-paru dan merusak sel paru (pneumosit). Kondisi ini disebut dengan silikosis.
Silikosis termasuk dalam kelompok penyakit pneumonitis yang disebabkan oleh partikel dalam paru. Partikel ini akan menyebabkan jaringan paru rusak dan terbentuk jaringan parut yang membuat kemampuan paru untuk mengembang terganggu sehingga penderitanya akan kesulitan bernapas.
Mencegah gangguan pernapasan akibat letusan gunung
Untuk menghindari berbagai gangguan pernapasan akibat letusan gunung, berikut beberapa tips yang dapat diterapkan:
- Tetap berada dalam rumah. Hindari keluar rumah bila tidak ada keperluan yang mendesak. Tutup pintu dan seluruh jendela rumah. Hal ini dapat memperkecil masuknya debu vulkanik ke dalam rumah.
- Gunakan alat pelindung diri. Apabila terpaksa harus keluar rumah atau berpindah tempat, gunakan alat pelindung seperti topi, helm, dan masker.
- Mencuci bersih semua makanan. Sebelum makan, selalu cuci semua bahan makanan, agar sedapat mungkin tidak terdapat debu di permukaannya.
- Siapkan obat-obatan darurat. Bagi Anda penderita asma atau alergi, siapkan obat di tempat yang mudah dijangkau. Sewaktu-waktu kondisi alergi atau asma kambuh, Anda dapat dengan segera mengatasinya.
- Konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan. Bila Anda atau anggota keluarga mengalami gejala seperti batuk tidak berhenti, sesak napas, nyeri dada atau suara mengi, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan untuk segera mendapat pengobatan.
Setelah letusan Gunung Merapi, beberapa gangguan pernapasan memang dapat terjadi. Tetap waspada dan ikuti beberapa tips di atas agar Anda terhindar dari masalah kesehatan tersebut. Salam sehat!
[NB/ RVS]