Happy hypoxia sedang ramai dibicarakan beberapa pekan terakhir sebagai salah satu gejala mematikan dari COVID-19. Sering disebut juga silent hypoxia, hal ini adalah kondisi menurunnya kadar oksigen dalam tubuh.
Orang dengan hipoksia tersebut tidak menyadari kalau dirinya sedang mengalami hal itu. Oleh karena itu, biasanya orang yang mengalami silent hypoxia merasa baik-baik saja.
Singkatnya, seperti tidak ada penurunan kadar oksigen dalam tubuh. Itulah yang justru sangat berbahaya.
Nah, kondisi ini menjadi makin berbahaya karena sudah menjadi salah satu gejala COVID-19. Untuk mendeteksi hipoksia, alat oximeter bisa digunakan.
Apa Itu Oximeter dan Hypoxia?
Oximeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat saturasi oksigen atau tingkat oksigen dalam darah.
Alat tersebut dapat dengan cepat mendeteksi bahkan bila ada perubahan kecil dalam efisiensi oksigen yang terbawa dari jantung, termasuk pada kaki dan lengan.
Oximeter sebenarnya paling sering digunakan pada jari. Alat ini biasa tersedia di area untuk perawatan kritis seperti ruang gawat darurat rumah sakit. Biasanya, ahli paru menggunakannya.
Alat ini juga digunakan untuk memantau kesehatan seseorang dengan jenis kondisi apa pun yang dapat memengaruhi kadar oksigen darah, terutama saat berada di rumah sakit. Kondisi tersebut meliputi:
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
- Asma.
- Radang paru-paru.
- Kanker paru-paru.
- Anemia.
- Serangan jantung atau gagal jantung.
- Cacat jantung bawaan.
Nah, bagaimana dengan yang terkena COVID-19 dengan gejala hypoxia, apakah bisa diukur dengan oximeter. Menurut dr. Nabila Viera Yovita, alat ini memang bisa digunakan untuk itu.
"Iya bisa. Apabila seseorang memiliki pengukur kadar oksigen di rumah yang mudah digunakan dan tidak invasif, akan berguna untuk melihat apakah seseorang memiliki kemungkinan sedang mengalami happy hypoxia atau tidak," jelas dr. Nabila.
Namun, dr. Nabila mengingatkan bahwa hipoksia tidak selalu menjadi gejala virus corona. Bisa saja seseorang mengalami gejala demam, nyeri otot, atau gangguan pencernaan tapi kadar oksigennya tetap normal.
Artikel Lainnya: Hati-hati, Pasien COVID-19 Bisa Alami Silent Hypoxia!
Apa Oximeter Boleh Dipakai Bebas?
Alat ini biasa digunakan oleh ahlinya sehingga banyak yang mengatakan oximeter tidak boleh dipakai bebas oleh masyarakat biasa. Hal ini cukup wajar, mengingat biasanya para ahli yang memakainya.
Alat medis yang biasanya dipakai oleh ahli kerap tidak boleh dipakai sendiri oleh orang awam. Sebab, penggunaan alat-alat khusus medis perlu disertai pelatihan khusus terlebih dahulu.
Namun, sebagian meyakini bahwa oximeter dibutuhkan untuk mengecek kondisi hypoxia yang sulit terdeteksi. Menurut dr. Nabila, oximeter bisa digunakan oleh orang non-medis.
"Memungkinkan untuk dipakai orang awam, karena yang terbaca di situ detak jantung dan saturasi oksigen dalam satuan persen," ungkap dr. Nabila.
Artikel Lainnya: Waspada, Remaja Hobi Vaping Tujuh Kali Berisiko Terkena COVID-19
Gejala Hypoxia yang Harus Segera Dibawa ke UGD
Hypoxia memang bisa menjadi kondisi yang sangat berbahaya. Kalau Anda atau orang terdekat mengalami hal ini, perlu pertolongan segera supaya nyawanya tertolong.
Bahkan, seseorang bisa sampai masuk UGD kalau mengalami gejala tertentu. Mulai dari sulit bernapas sampai detak jantung meningkat.
"Tampak sulit bernapas, sesak napas, kuku tangan, kaki, maupun bibir tampak kebiruan, tampak atau terasa kebingungan, dan detak jantung meningkat," jelas dr. Nabila.
Kalau sudah mengalami kondisi seperti itu, segera bawa ke UGD. Hal ini dilakukan demi mendapat penanganan yang cepat agar tidak terjadi risiko yang lebih parah.
Gejala virus corona pada setiap orang bisa berbeda-beda. Untuk itu, waspadalah terhadap berbagai gejala yang muncul. Konsultasi ke dokter seputar COVID-19 lebih cepat dengan LiveChat di aplikasi Klikdokter.
(FR/AYU)