Bronkitis adalah infeksi yang menyebabkan iritasi serta peradangan di area bronkus paru-paru. Gejala khasnya adalah batuk terus-menerus dengan lendir berwarna kuning atau kehijauan. Penderita juga mungkin mengalami sakit tenggorokan, hidung tersumbat, dan kelelahan.
Bronkitis sendiri dibagi menjadi dua, yakni bronkitis akut, yakni yang terjadi sementara; serta bronkitis kronik, yaitu batuk yang berlangsung lama, bisa lebih dari 3 bulan dalam satu tahun dan setidaknya 2 tahun berturut-turut.
Meski bisa sembuh sendiri, Anda sebaiknya tidak menyepelekan bronkitis. Pasalnya, beberapa kasus bronkitis dapat menyebabkan komplikasi yang cukup berbahaya.
Beberapa komplikasi bronkitis tersebut adalah:
1. Pneumonia
Pneumonia (radang paru-paru) merupakan komplikasi bronkitis paling umum. Menurut dr. M. Iqbal Ramadhan, “Pneumonia adalah keadaan di mana terjadi infeksi pada alveolus (kantung udara) yang malah terisi dengan cairan akibat infeksi.”
Pneumonia terjadi pada sekitar 5 persen orang. Orang yang terjangkit adalah anak-anak berusia 5 tahun ke atas serta orang dewasa. Penyebab paling umumnya adalah Streptococcus pneumonia.
Artikel lainnya: Bronkitis Akut dan Kronis Ini Perbedaannya
2. Infeksi Lainnya
Infeksi bakteri lainnya atau “superinfeksi” sering kali terjadi setelah mengalami bronkitis akut. Biasanya, infeksi sekunder tersebut akan memperpanjang dan memperburuk penyakit.
“Hal ini bisa terjadi karena seseorang yang menderita bronkitis memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga mudah untuk terkena infeksi lain,” tutur dr. Iqbal.
3. Dispnea
Dispnea adalah istilah medis yang mengacu pada sensasi sesak napas. Biasanya, gangguan kesehatan ini terjadi pada bronkitis kronik.
Dispnea akan membuat penderita tidak nyaman dan menyebabkan kecemasan yang signifikan. Selain itu, dispnea juga dapat mengganggu kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.
4. Kegagalan Pernapasan
Kegagalan pernapasan merupakan salah satu bahaya bronkitis kronik. Hal ini terjadi karena paru-paru gagal membawa oksigen yang cukup di jaringan tubuh (hipoksia).
Karena tidak tersedianya oksigen yang cukup, sejumlah sistem tubuh akan mengalami kerusakan. Hal ini juga dapat menyebabkan penumpukan karbon dioksida dalam aliran darah.
Sejumlah gejala mungkin menunjukkan bahwa terjadinya kegagalan napas. Serangan gagal napas yang tiba-tiba dapat membuat seseorang mengalami sianosis parah (warna kebiruan pada jari dan bibir) atau tidak sadarkan diri.
5. Gagal Jantung
Cor pulmonale atau gagal jantung sisi kanan dapat dialami oleh orang dengan bronkitis kronik jangka panjang.
Menurut dr. Iqbal, “Beberapa jurnal penelitian mengatakan, orang-orang yang menderita bronkitis mudah mengalami serangan jantung. Hal ini karena serangan jantung kondisi di mana terjadinya penyumbatan koroner.”
Artikel lainnya: Menyingkap Manfaat Sehat Bawang Putih untuk Bronkitis
6. Pneumotoraks
Pneumotoraks merupakan salah satu komplikasi yang wajib diwaspadai dari bronkitis kronik. Kondisi ini menyebabkan terperangkapnya sejumlah udara di dalam rongga pleura.
Pneumotoraks bersifat primer dan bisa terjadi pada seseorang tanpa penyakit paru yang mendasarinya.
7. Polisitemia
Polisitemia mengacu pada produksi sel darah merah yang tinggi. Pada kondisi bronkitis kronik, tubuh dapat merespons rendahnya kadar oksigen dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah hingga terjadi polisitemia.
Meningkatnya jumlah sel darah merah dapat menyebabkan pengentalan darah serta gumpalan darah. Bahayanya, kondisi tersebut antara lain meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, emboli paru, dan deep vein thrombosis (DVT).
8. Hemoptisis
Hemoptisis atau batuk darah dapat terjadi pada penderita bronkitis akut dan kronik. Jumlahnya mungkin tidak terlalu banyak hingga jarang disadari penderita.
Namun demikian, batuk darah sebenarnya adalah keadaan darurat medis. Jika Anda menemukan semburat merah usai batuk, segera hubungi dokter.
Itulah beberapa komplikasi bronkitis yang perlu Anda tahu. Segera obati penyakit bronkitis Anda secara tuntas.
Informasi seputar kesehatan paru lainnya dapat diakses dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
[HNS/JKT]