Tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari Tuberkulosis Sedunia. Hari tersebut dipilih karena di tanggal yang sama pada 1882, dr. Robert Koch, mengumumkan temuannya, Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab tuberkulosis (TBC).
Hingga kini, dampak TBC pun semakin dirasa mengancam bagi manusia. Seperti dijelaskan dr. Alberta Jesslyn Gunardi, BMedSc., Hons., meski umumnya menyerang organ paru, bakteri penyebab TBC juga dapat menginfeksi hampir semua organ tubuh, seperti kulit, usus, dan tulang.
Penularan penyakit ini sering kali terjadi melalui udara dan saat seseorang dengan tuberkulosis batuk atau bersin yang akhirnya mencemari udara. Di lain sisi, orang dengan sistem daya tahan tubuh menurun seperti malnutrisi, diabetes, atau infeksi HIV, rentan tertular TBC.
“Gejala TBC meliputi batuk berdahak lebih dari tiga minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, berat badan turun, nafsu makan turun, keringat dingin pada malam hari, demam yang tidak terlalu tinggi, dan mudah lelah,” dr. Alberta menjelaskan.
Jumlah Penderita TBC di Indonesia Terus Meningkat
Untuk mengampanyekan kepedulian warga Indonesia pada TBC, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia membuat program TOSS TBC merupakan sebuah gerakan atau kampanye untuk “Temukan Tuberkulosis, Obati Sampai Sembuh TBC di Indonesia”.
Kampanye ini menargetkan pencapaian pada tahun 2025 adalah sebesar 50% penurunan insiden TBC serta 70% penurunan kematian TBC.
Kampanye tersebut juga memiliki target yang akan dicapai tahun 2030 adalah 90% penurunan insiden TBC dan 95% penurunan kematian TBC dibandingkan tahun 2014.
Menurut WHO, Sebanyak 1,3 juta orang meninggal karena TBC pada tahun 2022 (termasuk 167.000 orang dengan HIV). Di seluruh dunia, TBC merupakan pembunuh menular nomor dua setelah COVID-19 (di atas HIV dan AIDS).
Laporan edisi tahun 2023, didasarkan pada data yang dikumpulkan oleh WHO dari kementerian kesehatan nasional dalam pengumpulan data tahunan. Pada tahun 2023, sebanyak 192 negara dan wilayah dengan lebih dari 99% populasi dunia dan kasus TBC melaporkan datanya.
TB yang resistan terhadap banyak obat masih menjadi krisis kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. Hanya sekitar 2 dari 5 penderita TBC yang resistan terhadap obat yang melakukan pengobatan pada tahun 2022.
Artikel lainnya Kenali Gejala Tuberkulosis pada Anak
Banyak Infeksi Laten TBC yang Tersembunyi
Salah satu yang dampak TBC yang berbahaya adalah ketika seseorang mengalami infeksi laten TBC. Jika Kamu sampai mengalami ini, Kamu terkena sakit TBC tapi tersembunyi alias tidak sadar bahwa telah kena penyakit ini.
Menurut dr. Fiona Amelia, MPH, seseorang yang mengalami infeksi TBC laten tidak merasa sakit dan tidak menunjukkan gejala apa pun.
“Mereka terinfeksi oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis), tapi tidak memiliki gejala. Satu-satunya tanda orang tersebut terinfeksi TBC adalah hasil positif pada uji tuberkulin,” dia menjelaskan.
Orang yang mengalami infeksi TBC laten tidak infeksius dan tidak menularkan infeksi TBC kepada orang lain, termasuk melalui hubungan intim.
Berikut ciri-ciri lain dari orang yang terinfeksi TB laten:
- Uji tuberkulin atau darah positif terhadap infeksi TB.
- Rontgen dada normal.
- Hasil pemeriksaan dahak/ sputum BTA negatif.
- Memiliki kuman TB hidup di dalam tubuhnya, tetapi tidak aktif.
- Tidak merasa sakit.
- Tidak menularkan infeksi TB kepada orang lain.
- Tetap memerlukan pengobatan TB agar penyakit TB tidak berkembang.
Tetapi, ini justru yang berbahaya. Penyakit yang datang tanpa gejala justru kerap luput dari pengawasan. Akhirnya, karena tidak diobati, kondisi ini akhirnya justru mematikan.
Artikel lainnya: Ini yang Harus Anda Lakukan Saat Kena TBC
Pencegahan TBC Rekomendasi WHO
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Kamu lakukan dalam membantu mencegah infeksi dan penyebaran tuberkulosis (TBC) menurut WHO pada tahun 2023:
- Cari pertolongan medis jika Kamu mengalami gejala TBC. Gejala TBC termasuk batuk berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), demam, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Pengobatan dini TBC sangat penting untuk menghentikan penyebaran penyakit dan meningkatkan peluang Kamu untuk sembuh.
- Lakukan tes TBC jika Kamu berisiko tinggi. Orang yang berisiko tinggi terkena TBC termasuk orang yang mengidap HIV, orang yang melakukan kontak dengan orang yang mengidap TBC di rumah atau tempat kerja, dan orang yang tinggal di daerah dengan tingkat TBC tinggi.
- Jika Kamu diresepkan pengobatan untuk mencegah TBC, selesaikan pengobatan secara lengkap. Menghentikan pengobatan sebelum waktunya dapat menyebabkan TBC resisten obat, yang lebih sulit diobati.
- Jika Kamu mengidap TBC, jaga kebersihan saat batuk. Hal ini termasuk:
- Menghindari kontak dengan orang lain
- Memakai masker saat batuk atau bersin
- Menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin
- Membuang dahak dan tisu bekas dengan benar
- Tindakan khusus seperti respirator dan ventilasi penting untuk mengurangi infeksi di layanan kesehatan dan institusi lainnya.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Kamu dapat membantu melindungi diri dan orang lain dari TBC.
Tips tambahan:
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Meningkatkan ventilasi di rumah dan tempat kerja
- Mengonsumsi makanan bergizi
- Berhenti merokok
Pengobatan TBC Rekomendasi WHO
Penyakit tuberkulosis (TBC) dapat disembuhkan dengan antibiotik. Pengobatan ini dianjurkan untuk mengatasi infeksi dan penyakit TBC. Berikut adalah beberapa antibiotik yang paling umum digunakan:
- Isoniazid
- Rifampisin
- Pirazinamid
- Etambutol
- Streptomisin
Agar pengobatan efektif, penting untuk minum obat setiap hari selama 4-6 bulan. Menghentikan pengobatan lebih awal atau tanpa nasihat medis sangat berbahaya. Hal ini dapat menyebabkan bakteri TBC yang masih hidup menjadi kebal terhadap obat, sehingga TBC menjadi lebih sulit diobati.
Jika TBC tidak merespons obat standar, maka disebut TBC resistan terhadap obat.TBC resistan terhadap obat memerlukan pengobatan yang lebih lama dan lebih toksik dengan obat yang berbeda.
Memeringati Hari Tuberkulosis Sedunia, kiranya Kamu bisa lebih mewaspadai penyakit ini. Ingat, dampak TBC mematikan dan sangat mudah ditularkan. Mulailah menjaga kebersihan lingkungan serta perkuat imunitas tubuh dan teruslah #JagaSehatmu.
Kamu bisa kosultasi dengan dokter menggunakan fitur tanya dokter dan buat janji dokter dengan layanan temu dokter untuk konsultasi yang lebih praktis. Kamu bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat, dengan cara booking di layanan medis & lab di KlikDokter!
Jangan lupa juga untuk mengunduh aplikasi KlikDokter di Google Play dan App Store dan gunakan juga KALStore untuk beli suplemen dan vitamin untuk menjaga kesehatan Kamu.
- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (2024, March 8). Tuberkulosis. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis
- Tuberkulosis Indonesia. (2024, March 8). Seputar TOSS TBC. Available at: https://tbindonesia.or.id/seputar-toss-tbc/