Sesak napas saat beraktivitas dapat menandakan adanya gangguan di organ paru. Dokter dapat mengklasifikasikan kondisi atau penyakit paru-paru yang Anda alami berdasarkan faktor penyebabnya.
Kondisi paru yang pertama disebut sebagai penyakit paru obstruktif. Penyakit paru ini menyebabkan Anda mengalami kesulitan bernapas.
Selanjutnya ada penyakit paru restriktif yang membuat paru-paru Anda sulit mengembang.
Apa penyebab dan perbedaan dari keduanya? Simak perbedaan penyakit paru obstruktif dan restriktif berikut ini.
Artikel Lainnya: Penyebab PPOK yang Mesti Anda Ketahui dan Waspadai
1. Penyebab Penyakit Paru Obstruktif dan Restriktif
Dokter Dyah Novita Anggraini mengatakan penyakit paru obstruktif disebabkan oleh adanya hambatan pada jalan napas. Selain itu, kondisi ini dapat disebabkan oleh kerusakan paru-paru.
Akibatnya, udara yang diembuskan keluar lebih lambat dari biasanya. Bahkan ketika sudah melakukan ekspirasi (pengembusan napas) penuh, sebagian besar udara masih tertinggal di paru-paru.
Karena sulit mengeluarkan semua udara dari paru-paru, penderita penyakit paru obstruktif mengalami sesak napas, terutama ketika menjalani aktivitas fisik yang berat.
Berdasarkan WebMD, penyebab umum penyakit paru obstruktif antara lain:
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) meliputi emfisema dan bronkitis kronis.
- Asma.
- Bronkiektasis.
- Fibrosis Kistik.
Artikel Lainnya: Cegah Penyakit Paru Obstruktif Kronis dengan Cara Ini
Sementara itu, penyakit paru restriktif terjadi karena penurunan kapasitas total paru-paru, sehingga organ pernapasan ini sulit berkembang.
Akibatnya, orang dengan penyakit paru restriktif tidak dapat mengisi paru-paru mereka dengan udara sepenuhnya.
“Gangguan paru restriktif bisa terjadi karena perubahan pada struktur organ paru-paru, atau adanya penyakit pada pleura maupun dinding dada,” jelas dr. Dyah Novita.
Perubahan struktur organ tersebut bisa berupa kondisi paru-paru yang menjadi semakin kaku. Selain itu, melemahnya otot serta rusaknya saraf paru-paru juga dapat memicu kondisi penyakit paru restriktif.
Adapun kondisi medis yang menyebabkan penyakit paru restriktif antara lain:
- Penyakit paru interstisial, seperti fibrosis paru idiopatik.
- Skoliosis.
- Sarkoidosis.
- Obesitas, termasuk sindrom hipoventilasi obesitas.
- Penyakit neuromuskular, seperti distrofi otot atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
Artikel Lainnya: PPOK, Penyakit Paru Kronis yang Bikin Sesak Napas Berkepanjangan
2. Gejala Penyakit Paru Obstruktif dan Restriktif
Penyakit paru obstruktif dan restriktif sama-sama menyebabkan penderitanya sesak napas.
Pada tahap awal, Anda mungkin hanya mengalami sesak napas ketika beraktivitas. Namun seiring waktu, sesak napas bahkan dapat Anda alami ketika beristirahat.
Gejala umum penyakit paru obstruktif dan restriktif lainnya adalah batuk. Umumnya gejala tersebut bisa berupa batuk kering maupun berdahak putih.
Selain itu, pengidap kedua penyakit paru tersebut juga dapat mengalami kecemasan dan depresi. Terutama, ketika gejala penyakit paru obstruktif dan restriktif menghambat aktivitas harian secara signifikan.
3. Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif dan Restriktif
Untuk mengetahui perbedaan penyakit paru obstruktif dan restriktif, Anda harus berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis paru.
Dokter dapat melakukan identifikasi melalui tes fungsi paru, wawancara pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium maupun tes pencitraan seperti rontgen atau CT Scan.
Pada beberapa kasus, dokter dapat mendiagnosis kondisi paru-paru menggunakan prosedur bronkoskopi. Pemeriksaan ini menggunakan bantuan sebuah alat yang memiliki tabung fleksibel dengan kamera dan perangkat khusus.
Alat endoskopi dimasukkan ke dalam tubuh, agar dokter dapat memeriksa kondisi saluran udara paru. Alat ini juga digunakan untuk mengambil sampel jaringan paru-paru.
Itu dia perbedaan penyakit paru obstruktif dan restriktif. Jika Anda mengalami sesak napas saat beraktivitas, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar gangguan paru-paru, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter langsung melalui fitur Live Chat di aplikasi Klikdokter.
(OVI/JKT)