Pernapasan

Waspada, Ini Cara Penularan Difteri

dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, 24 Agu 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Untuk mencegah penularan difteri, ketahui cara penyebaran penyakit yang menyerang organ pernapasan tersebut di sini.

Waspada, Ini Cara Penularan Difteri

Difteri adalah salah satu infeksi bakteri berbahaya yang menyerang membran mukosa di tenggorokan dan hidung. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Corynebacterium diphteriae.

Difteri dapat ditularkan melalui berbagai media. Maka dari itu, agar penyebaran difteri tersebut dapat dihindari, pengetahuan akan cara penularan difteri menjadi hal yang sangat penting.

Berbagai Cara Penularan Difteri

Sebelum mengetahui cara penularan difteri, ada baiknya Anda mengetahui bahaya penyakit ini. Bakteri penyebab difteri—Corynebacterium diphteriae—akan mengeluarkan zat berbahaya yang disebut dengan toksin.

Nah, toksin ini akan menyebar di pembuluh darah dan biasanya menyebabkan selubung tebal berwarna abu-abu pada daerah hidung, tenggorokan, lidah, dan saluran pernapasan.

Penebalan ini akan membuat orang yang terinfeksi akan kesulitan bernapas dan menelan. Pada beberapa kasus, toksin ini juga menyebabkan kerusakan pada organ-organ tubuh, seperti jantung, otak, dan ginjal.

Hal tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa. Komplikasi yang dapat terjadi, yakni peradangan otot jantung, kelumpuhan, dan gagal ginjal.

Artikel Lainnya: Fakta tentang Penyakit Difteri yang Perlu Anda Tahu

Mengetahui bahayanya, Anda perlu mengenali bagaimana difteri dapat menular. Berikut adalah beberapa cara penularan difteri yang umumnya terjadi:

  • Kontak dengan Penderita atau Benda yang Terkontaminasi

Bakteri penyebab penyakit ini biasanya mudah menyebar melalui kontak orang per orang atau melalui kontak dengan benda-benda yang memiliki bakteri pada permukaannya, seperti gelas atau tisu bekas.

  • Percikan Ludah Penderita

Cara penularan difteri juga bisa terjadi melalui percikan ludah penderita. Hal ini dapat terjadi jika Anda berada di sekitar orang yang terinfeksi, lalu mereka bersin, batuk, atau membuang ingus.

  • Luka yang Terinfeksi

Selain percikan ludah, Anda juga patut mewaspadai jika sedang melakukan kontak langsung dengan penderita. Sebab, cara penularan difteri salah satunya adalah bersentuhan langsung dengan luka di kulit penderita.

  • Partikel Udara

Udara tidak serta-merta langsung menjadi media untuk penyebaran difteri. Udara dapat mengontaminasi individu sehat dengan penyakit ini apabila mengandung partikel bersin atau batuk penderita.

Artikel Lainnya: Kenali Beragam Jenis Difteri

1 dari 2

Waspadai Gejala Difteri

Gejala difteri bisa saja tidak ditunjukkan, meskipun Anda telah terinfeksi. Satu hal yang perlu diingat, orang yang terinfeksi tetap dapat menyebarkan infeksi bakteri hingga enam minggu setelah terinfeksi pertama kali.

Meski gejala difteri memang tidak selalu ditunjukkan, Anda perlu mengetahui kemungkinan infeksi. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi difteri, antara lain:

  • Tidak pernah atau tidak menyelesaikan seluruh jadwal vaksinasi difteri.
  • Mengunjungi negara yang tidak menyediakan vaksinasi.
  • Mempunyai kelainan sistem kekebalan tubuh, seperti AIDS.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada anak-anak dan lansia.
  • Tinggal di daerah padat penduduk atau rendah kebersihannya.

Artikel Lainnya: Kondisi yang Tidak Diperbolehkan Mendapatkan Vaksin Difteri

2 dari 2

Vaksinasi untuk Cegah Difteri

Vaksin adalah salah satu cara untuk membantu Anda terhindar dari penyebaran difteri seumur hidup, meskipun tidak 100 persen. Vaksinasi harus dilakukan sesuai dengan jadwal agar dapat bekerja secara optimal.

Vaksin untuk imunisasi difteri dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu vaksin DPT-HB-HiB, vaksin DT, dan vaksin Td. Ketiganya diberikan pada usia berbeda secara bertahap.

  • Imunisasi dasar pada bayi (di bawah usia 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-HiB dengan jarak masing-masing 1 bulan.
  • Imunisasi lanjutan (booster) saat anak usia 18 bulan sebanyak 1 dosis vaksin DPT-HB-HiB.
  • Imunisasi lanjutan (booster) saat anak kelas 1 SD  sebanyak 1 dosis vaksin DT.
  • Imunisasi lanjutan (booster) saat anak kelas 2 SD  sebanyak 1 dosis vaksin Td.
  • Imunisasi lanjutan (booster) saat anak kelas 5 SD  sebanyak 1 dosis vaksin Td.
  • Imunisasi ulangan setiap 10 tahun sekali pada orang dewasa.

Meski telah mendapatkan vaksin, ada kemungkinan untuk tetap terinfeksi. Namun, efek yang ditimbulkan tidak akan separah orang yang belum pernah mendapatkan vaksin.

Itulah beberapa cara penularan difteri. Difteri adalah salah satu penyakit yang dapat memberikan komplikasi buruk pada kesehatan. Penyebaran difteri bisa terjadi dengan cepat melalui kontak dengan penderitanya ataupun benda yang sudah terkontaminasi.

Pencegahannya dapat dilakukan dengan vaksinasi. Karenanya, berkonsultasilah kepada dokter lewat fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter untuk mengetahui informasi mengenai vaksin difteri. Lebih baik mencegah daripada mengobati, bukan?

[WA]

 

Difteri