Fakta menyebutkan bahwa 70% bagian otak terbuat dari lemak. Meski demikian, hal itu tidak berarti bahwa kesehatan otak bisa meningkat berkali-kali lipat dengan banyak mengonsumsi makanan berlemak.
Justru, konsumsi makanan berlemak secara berlebihan dapat mengganggu fungsi dan kesehatan otak secara keseluruhan. Tahukah Anda mengapa bisa demikian?
Dampak Makanan Berlemak bagi Kesehatan Otak
Seperti telah diketahui, konsumsi makanan berlemak secara berlebihan dapat dengan cepat menyebabkan kenaikan berat badan.
Nah, sebuah studi menunjukkan bahwa peningkatan berat badan akibat konsumsi makanan berlemak dapat merusak sel-sel otak sehingga akan memengaruhi fungsi kognitif seseorang.
Dalam studi tersebut dijelaskan bahwa konsumsi makanan berlemak dalam jumlah besar akan merusak sinaps-sinaps di dalam otak, terutama di daerah hipokampus. Hal ini berakibat pada terjadinya penurunan daya ingat dan kemampuan belajar.
Artikel Lainnya: Tips Makan Nasi Padang Tanpa Perlu Khawatir Kolesterol
Studi tersebut juga mengatakan bahwa kadar lemak berlebih di dalam tubuh bisa menyebabkan peradangan kronis di bagian mikroglia otak. Mikroglia itu sendiri berfungsi melindungi otak dari kerusakan.
Dengan kata lain, kadar lemak yang tinggi akan mengakibatkan fungsi mikroglia terganggu atau berhenti sama sekali.
Lebih buruknya, mikroglia bahkan akan melahap komponen sinaps di otak sehingga dapat menyebabkan penurunan kemampuan fungsi otak.
Serangkaian proses di atas dapat terjadi, khususnya jika Anda mengonsumsi makanan yang mengandung lemak jahat.
Beberapa contoh makanan yang mengandung lemak jahat, misalnya daging merah berlemak, mentega, makanan ringan, cookies, dan makanan cepat saji (junk food).
Sebaliknya, Anda bisa mencegah terjadinya proses kerusakan otak dengan mengonsumsi lemak baik. Yang dimaksud dengan lemak baik di sini adalah asam lemak omega-3.
Faktanya, omega-3 dapat melindungi otak dari penurunan fungsi kognitif, berperan penting dalam membangun otak, serta dalam menunjang fungsi pembelajaran dan memori.
Asam lemak omega-3 bahkan dapat meningkatkan sekresi senyawa antiradang di otak dan memiliki efek perlindungan terutama pada orang yang lanjut usia.
Anda bisa menemukan omega-3 pada ikan salmon dan sarden, flax seeds, chia seeds, dan kacang walnut.
Artikel Lainnya: 5 Cara Mengobati Penyakit Jantung Koroner Secara Alami
Bahaya Lemak Berlebih bagi kesehatan
Selain dapat menyebabkan mengancam kesehatan otak, konsumsi makanan berlemak jahat juga bisa berakibat pada terjadinya kondisi berikut ini.
Kegemukan atau Obesitas
Seperti telah disinggung sebelumnya, konsumsi makanan tinggi lemak dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang berujung pada kegemukan atau obesitas.
Penyakit Jantung dan Stroke
Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi makanan berlemak secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) di dalam tubuh. Kondisi ini adalah awal mula terjadinya penyakit jantung dan stroke.
Artikel Lainnya: Mata Sering Bintitan Akibat Sering Konsumsi Makanan Berlemak?
Diabetes
Makanan berlemak dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Ini karena jenis makanan tersebut dapat menyebabkan peradangan di dalam tubuh serta mengganggu pengendalian gula darah (glukosa).
Gangguan Pencernaan
Lemak merupakan jenis nutrisi yang paling lambat dicerna. Ini berarti bahwa makanan berlemak akan menghabiskan waktu lebih banyak pada saluran pencernaan Anda, sehingga meningkatkan risiko terjadinya perut kembung, mual, dan sakit perut.
Makanan berlemak tinggi terbukti dapat mengancam kesehatan otak dan tubuh Anda. Karenanya, mulailah untuk segera membatasi porsi konsumsi makanan yang berlemak sehari-hari.
Sebagai gantinya, konsumsi makanan sehat dan mengandung gizi seimbang. Kombinasikan dengan olahraga, cukup istirahat, kelola stres dengan baik, dan menghindari rokok maupun alkohol. Dengan begini, kesehatan otak dan tubuh Anda akan senantiasa terjaga.
Jika Anda masih punya pertanyaan mengenai makanan berlemak atau kesehatan otak, tak perlu sungkan untuk berbicara langsung pada dokter melalui Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.
(NB/AYU)