Beberapa pasangan memilih untuk merencanakan berapa anak yang ingin mereka miliki. Ketika jumlah anak yang diinginkan terwujud, program Keluarga Berencana (KB) biasanya akan diikuti.
Berbagai macam metode kontrasepsi telah hadir di Indonesia. Metode tersebut terbagi menjadi dua.
Pertama, metode sederhana yang terdiri dari kalender, suhu basal, dan lain sebagainya. Kedua, metode modern berupa pil, suntik, implan, dan lainnya.
Di samping itu, juga ada kontrasepsi dengan metode tubektomi yang dikenal efektif mencegah kehamilan.
“Efektivitasnya tinggi, bisa mencapai lebih dari 90 persen,” kata dr. Astrid Wulan Kusumoastuti.
Bagaimana Proses Kontrasepsi Tubektomi?
Metode tubektomi merupakan sebuah kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah keluarnya ovum (sel telur) dengan cara mengikat atau memotong kedua saluran tuba.
Dalam Jurnal Biometrika dan Kependudukan (JBK) tahun 2018, tubektomi atau Metode Operasi Wanita (MOW) diartikan sebagai setiap tindakan operasi pada dua saluran telur perempuan dengan cara diikat atau dipotong.
Kondisi tersebut akan menghalangi bertemunya sel sperma dan ovum di ampula.
Operasi tersebut bersifat permanen. Jadi, membuat wanita tidak akan melahirkan anak lagi.
Artikel lainnya: Mana Metode Kontrasepsi yang Lebih Efektif, IUD atau Pil KB?
Apa Syarat Metode Tubektomi?
Menurut dr. Astrid, metode tubektomi pada praktiknya biasanya akan dianjurkan untuk ibu berusia di atas 30-35 tahun dengan anak minimal dua yang hidup dan sehat. Adapun usia anak terakhir setidaknya 2-3 tahun.
“Kalau kontraindikasi medisnya, bila ibu memiliki kendala operasi secara umum yang dapat meningkatkan risiko saat operasi. Misalnya, gangguan pembekuan darah atau tekanan darah tidak normal, atau adanya kendala persetujuan dari ibu dan pasangannya,” jelas dr. Astrid.
Selain itu, ada beberapa kondisi yang membuat wanita tidak dapat menjalani metode kontrasepsi tubektomi, antara lain:
- Wanita hamil atau dicurigai hamil.
- Adanya perdarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya.
- Adanya infeksi sistematik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih dikontrol.
- Adanya kondisi yang menyebabkan ibu tidak boleh menjalani proses pembedahan.
- Ibu dan/atau pasangan masih kurang mantap atau kurang pasti dengan rencananya terkait fertilitas pada masa mendatang.
- Belum memberikan persetujuan tertulis (informed consent).
Pada dasarnya, metode KB tubektomi dapat dilakukan pada wanita usia berapa pun, tapi tanpa kontraindikasi medis.
“Dengan catatan, selama pasien dan pasangan telah mendapat informasi lengkap mengenai kelebihan dan kekurangan metode ini, beserta alternatif metode KB lainnya dan yakin tanpa tekanan akan melakukan tindakan ini. Lalu, dituangkan hitam di atas putih,” dr. Astrid menerangkan.
Artikel lainnya: Perhatikan Ini Saat Memilih Metode Kontrasepsi
Persiapan dan Perawatan setelah Tubektomi
Dokter Astrid mengatakan, biasanya ibu yang akan melakukan prosedur tubektomi diminta untuk menghindari hubungan seksual dengan ejakulasi di dalam vagina.
Selain itu, juga diminta menggunakan KB lain selama satu bulan sebelum tindakan, semisal IUD. Hal tersebut guna benar-benar memastikan tidak ada kemungkinan kehamilan saat prosedur dilakukan.
“Persiapan lainnya kurang lebih sama dengan tindakan medis lain. Karena, kehamilan merupakan kontraindikasi dilakukan tubektomi,” sebut dr. Astrid.
Sementara itu, beberapa perawatan pasca tubektomi yang sebaiknya dilakukan di antaranya:
- Melakukan perawatan luka sesuai metode tindakan (ada beberapa metode tubektomi) dan instruksi dokter.
- Hindari angkat beban berat setidaknya 1 bulan.
- Hindari aktivitas berat selama 1-2 minggu.
- Hindari dulu hubungan seksual sampai dinyatakan boleh saat kontrol rawat jalan.
Itulah beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang kontrasepsi tubektomi. Disarankan untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter sebelum memutuskan menggunakan tubektomi atau kontrasepsi lainnya. Pakai Live Chat dari KlikDokter untuk konsultasi ke dokter lebih mudah.
(FR/JKT)