“Sudah diurut?” Pertanyaan itu sering diajukan kepada seseorang yang baru saja mengalami cedera, kecelakaan, atau patah tulang. Urut patah tulang memang salah satu pengobatan alternatif tradisional yang paling terkenal di Indonesia. Namun, jika ditinjau dari kaca mata medis seberapa efektif pengobatan ini?
Pengobatan urut sering kali dijadikan pengobatan alternatif pilihan utama bagi masyarakat Indonesia saat mengalami cedera pada otot, sendi, maupun tulang. Jika mengalami terkilir, dislokasi, bahkan sampai patah tulang, masih banyak masyarakat yang biasanya tidak langsung berobat ke dokter, melainkan ke tukang urut terlebih dahulu.
Mungkin, alasan dari sisi ekonomi jadi salah satu alasan yang paling sering digunakan masyarakat saat lebih memilih metode pengobatan alternatif ini.
Saat Anda berobat ke tempat urut patah tulang, biasanya si ahli urut akan melakukan pijatan dan urutan pada bagian yang cedera. Bisa diduga, akibatnya Anda akan merasakan nyeri yang tidak tertahan. Selama urut, minyak khusus juga digunakan untuk melicinkan dan dipercaya membantu pengobatan karena sarat dengan unsur spiritual.
Minyak tersebut biasanya terbuat dari tumbuhan alami dan disertakan doa demi kesembuhan pasien. Selain itu, jika dicurigai patah tulang, biasanya bagian tersebut akan ditarik, ditempelkan dengan papan kayu, serta dibalut dengan kapas dan perban agar pergerakannya berkurang.
Tindakan urut pada cedera patah tulang
Patah tulang bisa terjadi pada saat olahraga, jatuh, atau kecelakaan lalu lintas. Kejadian ini bisa terjadi jika daya hantam atau dorong yang terjadi cukup besar. Akibatnya bagian tubuh yang terdampak menjadi sangat nyeri, sulit digerakkan, muncul memar, dan bentuknya berubah menjadi tidak normal (bengkok tidak pada tempatnya).
Kejadian patah tulang sendiri biasanya terbagi menjadi 2. Pertama adalah patah tulang parsial atau sebagian, yang biasa disebut juga sebagai retak tulang. Sementara yang kedua adalah patah tulang komplit atau tulang terbagi menjadi dua bagian atau lebih.
Pada prinsipnya, tulang yang patah pasti akan menyambung kembali. Tapi masalahnya, apakah proses penyambungan tulang tersebut berjalan dengan posisi yang tepat?
Jika terjadi patah tulang komplit yang menyebabkan tulang terbagi dua bagian, posisi tulang harus diluruskan kembali. Kalau tidak, tulang yang patah tersebut nantinya akan menyambung dengan posisi yang salah (malunion).
Hal tersebut dapat menyebabkan tulang menjadi bengkok atau terjadi pemendekan alat gerak (kaki dan tangan). Bahkan, nantinya juga dapat menyebabkan keterbatasan gerak pada bagian yang mengalami patah tulang.
Pada tukang urut, penarikan memang dilakukan dengan tujuan reposisi atau mengembalikan posisi tulang agar lurus kembali dan disertai dengan fiksasi. Namun, hal tersebut tidak bisa memastikan tulang kembali ke posisi tepat, sehingga kemungkinan terjadinya malunion tetap ada.
Proses fiksasi di tukang urut
Fiksasi pada patah tulang sendiri bertujuan untuk mengikat atau menahan dan membatasi pergerakan bagian tubuh yang terdampak. Fiksasi dilakukan dengan cara memasang bidai dan perban dengan konsep meliputi dua sendi yang terlibat pada tulang patah.
Selain untuk membatasi gerakan pada tulang yang patah, fiksasi juga bertujuan agar jaringan otot di sekitar tulang yang patah tidak ikut rusak.
Pada tukang urut, fiksasi sebenarnya juga sudah dilakukan. Tapi sayangnya, mereka menggunakan papan kayu tipis yang cukup fleksibel dan biasanya hanya dipasang di salah satu sendi yang terlibat.
Hal tersebut sama sekali tidak memenuhi syarat fiksasi, sehingga tujuannya untuk membatasi gerak juga tidak akan tercapai.
Urut patah tulang mungkin berhasil pada sebagian orang, tapi efektivitas pengobatan alternatif ini tidak menentu dan lebih banyak risikonya, terutama dengan terjadinya malunion atau penyambungan tulang dengan posisi yang salah. Maka dari itu, jika Anda mengalami patah tulang, lebih baik segera dibawa ke dokter agar tatalaksananya lebih tepat.
[MS/ RVS]