Manfaat Akar Valerian untuk Tidur Nyenyak Hingga Redakan Stres

Akar valerian merupakan herbal yang berasal dari tanaman Valeriana officinalis. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan pengobatan tradisional di daratan Asia dan Eropa.

Akar valerian kerap diolah menjadi beragam produk herbal seperti kapsul, tablet maupun teh. 

Biasanya, akar valerian yang sering dijadikan campuran obat terdiri dari satu paket bagian tanaman Valeriana officinalis. Komponen tanaman yang dimaksud adalah akar, rimpang (batang di bawah tanah), dan stolon (pangkal batang). 

Beberapa manfaat akar valerian untuk kesehatan yaitu dapat meredakan stres dan membuat tidur lebih nyenyak. 

Bagaimana mekanisme akar valerian dalam mendukung khasiat kesehatan tersebut? Yuk, cari tahu!

Artikel Lainnya: Cegah Stres dengan Rutin Minum Air Putih

Riset soal Manfaat Akar Valerian untuk Redakan Stres dan Bikin Tidur Nyenyak

Terdapat sejumlah penelitian yang mengkaji manfaat akar valerian untuk meredakan stres dan meningkatkan kualitas tidur. Salah satunya dimuat oleh Oman Medical Journal pada tahun 2021.

Studi dilakukan dengan melibatkan 39 relawan yang menjalani hemodialisis alias terapi cuci darah. Para peserta diminta mengonsumsi 530 miligram akar valerian setiap satu jam sebelum tidur. Hal ini dilakukan selama satu bulan.

Hasil riset menemukan bahwa akar valerian dapat mengurangi gejala kecemasan akibat respons terhadap stres secara signifikan. 

Akar tanaman valerian juga terbukti meningkatkan kualitas tidur para peserta. Herbal ini efektif mempercepat tidur, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.

Mekanisme Akar Valerian dalam Redakan Stres dan Bikin Tidur Lebih Nyenyak

Akar valerian memiliki sejumlah mekanisme dalam meredakan stres dan membuat tidur lebih nyenyak. Disampaikan dr. Dyah Novita Anggraini, salah satu mekanismenya melalui kandungan senyawa valepotriates.

Valepotriates merupakan senyawa yang bertanggung jawab menimbulkan bau menyengat dan tidak menyenangkan pada akar valerian.

“Kandungan valepotriates di dalam akar valerian mempunyai efek antidepresi dan anti-anxiety (kecemasan),” jelas dr. Dyah. Selain valepotriates, akar valerian juga mengandung senyawa valerenat dan valerenol.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan melalui Journal of Evidence-Based Integrative Medicine, kedua senyawa tersebut bermanfaat mendukung aktivitas asam gamma-aminobutirat (GABA) di dalam tubuh.

GABA merupakan hormon otak yang bertugas menghambat reaksi neurologis yang tidak menguntungkan bagi tubuh. 

GABA juga berperan sebagai neurotransmitter yang membantu mengatur impuls saraf di sistem saraf manusia. 

Artikel Lainnya: Benarkah Air Rendaman Selada Bikin Cepat Tidur?

Studi mengungkapkan asam valerenat dan valerenol di dalam akar valerian dapat memodulasi reseptor GABA. Keduanya juga meningkatkan kadar GABA di sistem saraf pusat.

Asam valerenat juga berperan meningkatkan perlindungan terhadap GABA. Caranya dengan menghambat enzim yang menghancurkan hormon otak tersebut.

Ketika kadar GABA meningkat, kadar kecemasan akibat stres pun dapat diminimalkan. 

Penelitian juga mengungkapkan bahwa senyawa di dalam akar valerian dapat berinteraksi dengan reseptor serotonin dan adenosin. Kedua komponen kimia tersebut berperan penting meningkatkan kualitas tidur dan suasana hati. 

Itu dia manfaat akar valerian untuk meredakan stres dan membuat tidur lebih nyenyak. Harap dicatat, temuan di atas merupakan studi yang skalanya masih terbatas. 

Karena itu, dibutuhkan penelitian lanjutan guna mengonfirmasi khasiat kesehatan akar tanaman valerian. 

Jika ingin tanya lebih lanjut seputar manfaat herbal lainnya, konsultasi ke dokter via LiveChat.

(OVI/AYU)

Referensi:

• Wawancara dr. Dyah Novita A. 

• Healthline. Diakses 2022. How Valerian Root Helps You Relax and Sleep Better.

• Journal of Evidence-Based Integrative Medicine. Diakses 2022. Valerian Root in Treating Sleep Problems and Associated Disorders—A Systematic Review and Meta-Analysis.

• Oman Medical Journal. Diakses 2022. The Effects of Valerian on Sleep Quality, Depression, and State Anxiety in Hemodialysis Patients: A Randomized, Double-blind, Crossover Clinical Trial.